Date a girl who reads

Date a girl who reads

Cerpen: Sang Penjudi dan Deretan Kartunya



Dia seorang penjudi...
Dan dia memiliki deretan kartu
Spade,
Heart,
Diamond,
Dan
Clover
Itulah aku dan saudara-saudaraku


ooOoo


SPADE
            Aku teringat masa tujuh tahun lalu,  ketika aku berumur 13 tahun, di hari pertama aku menjadi siswa SMP, wali kelasku yang berwajah mirip jangkrik bertanya padaku tentang pekerjaan ayahku, aku tak tau apa tujuan pertanyaan ini dilontarkan untuk para siswa, yeah sebenarnya bukannya aku tidak tahu, well,  aku tidak seidiot itu…tapi otak dangkal negatifku menganggap itu hanya sebagai suatu usaha untuk mempermalukan diri siswa baru seperti yang dilakukan para senior dalam kegiatan yang mereka sebut Masa Orientasi Siswa. Kalian mungkin berpikir aku terlalu mendramatisir, dia hanya bertanya tentang pekerjaan ayahku, bukan tentang apa punggung ayahku panuan atau tidak!Seandainya ayahku seorang Guru aku akan bangga mengatakan pekerjaannnya, atau andai ia seorang Petani aku juga sangat bangga, tapi sejujurnya aku sendiri tak tau apa pekerjaannnya, bagaimana dia menghidupi kami aku malah tak terlalu tau, yang kutau hidup terus berjalan dan aku masih hidup hingga detik ini, 10 tahun sejak peristiwa aku dipermalukan atas pertanyaan yang tak bisa kujawab itu, itu adalah satu-satunya pertanyaan yang tak bisa kujawab selama aku duduk dibangku sekolah padahal itu lebih mudah bila dibandingkan dengan soal-soal Fisika atau Sejarah.
      Aku tak sebodoh itu, aku tau apa yang dikerjakannya…aku tau tapi aku tak ingin mengatakannya, tak bisa, enggan, dan aku bahkan lebih memilih menjadi bisu daripada harus mengatakannya, aku tidak bisa menerima kenyataan tentang apa yang dilakukannya. Ini hanya bentuk kekecewaan yang membuat aku, seandainya boleh memilih, aku ingin dia … hmmmm….maaf pak guru…jika ada kesempatan sekali lagi, jika aku boleh menjawab pertanyaanmu, aku akan menjawab pertanyaanmu….pekerjaan ayahku adalah menjadi ayah bagi anak-anaknya.
ooOoo

HEART



Mereka bilang saya putri kesayangannya, kebangaannya, satu-satunya anak yang tak pernah mengecewakannya, saya mewarisi wajah rupawannya, tapi maafkan saya, dia bukan lagi kesayangan saya.. saya tak lagi menyayangi apapun!kecuali boneka beruang coklat dekil hadiah ulang tahun kelima saya dulu darinya, yang saat ini sedang saya  pakaikan seragam SMA saya yang penuh coretan pilox dan pulpen warna-warni tanda  tangan dan pesan dari teman-teman SMA saya, yang begitu girang melepas putih abu-abu menuju gerbang Universitas tempat mereka bisa belajar lebih banyak, tempat mereka bisa meraih cita-citanya-mereka-hanya mereka yang tanpa saya, karena saya sekarang sedang sibuk mengasihani diri sendiri, karena kemalangan saya, saya sang juara kelas yang selalu memperoleh peringkat satu, saya anak yang menjuarai lomba ini dan itu, saya siswa dengan segudang prestasi, kenapa harus saya yang punya ayah seperti itu? Ayah yang tak bisa memperjuangkan pendidikan anaknya, kenapa bukan si A yang ukuran dadanya bahkan lebih besar dari ukuran otaknya, atau si B yang phobia akan buku!kenapa harus saya? Hidup memang tidak adil!
          Saya tau kata benci adalah kata yang ekstrem tapi izinkan saya berteriak “ SAYA MEMBENCI AYAH!!!”

ooOoo

DIAMOND

                 “Kapan kamu berhenti bikin Papa malu?” bokap bertanya pelan ada nada putus asa di sana, nggak kayak biasanya, dia berteriak dan marah meledak-ledak, bahkan dia nggak segan nampar gue, gue udah sangat terbiasa ditampar! Bahkan sejak umur tiga tahun saat gue terlalu frustasi buat perbaiki mobil-mobilan gue yang rusak lalu melemparkannya ke kaca jendela yang langsung berbunyi “praaaaaangggg!!!” begitu keras dan membangunkan tidur bokap yang…. Bukankah harusnya jam 10 pagi semua orang udah bangun dan bukannya masih ngorok dan menikmati mimpi siang bolongnya?hah!
                 Bokap gue ….bokap yang…sebenarnya gue mengidolakan dia, tapi sumpah gue nggak pengen kayak dia pas gue tua nanti.
                 Yeah….seperti yang dikatakannya, gue selalu bikin malu, karena….
                 Gue bukan anak yang baik kayak kakak-kakak gue atau adek gue….
                 Gue nggak kayak Spade yang cerdas dan berani
                 Gue nggak kayak Heart yang jenius dan disayangi semua orang
                 Gue nggak kayak Clover yang mengikuti jejak Spade dan Heart
                 Gue cuma seorang anak yang masuk ke keluarga yang salah!

ooOoo

CLOVER
                 “Papa…kalo Clo besar nanti Clo pengen jadi kayak Papa”
              “Jangan!” dan Papa pergi, ninggalin Clo di tengah hamburan crayon dan kertas gambar…Clo baru aja menggambar sosok Papa dengan kostum sayap berkibar, kayak Superman, Superhero favorit Clo.
ooOoo

SANG PENJUDI
                 Saya laki-laki. Sudah menjadi naluri untuk bertarung. Menang dan kalah adalah penting, sedangkan tentang resiko sudah selayaknya terjadi. Saya percaya takdir, namun bukan berarti nasib begitu saja membawa saya semau-maunya. Saya juga bisa membentuk nasib saya sendiri, dan saya tidak ingin ada yang ikut campur mengenai hal ini. Saya bilang, jangan ikut campur!

           Di meja kecil ini saya mencoba mempertaruhkan segalanya untuk mengubah nasib. Tentunya dengan perhitungan, itu keahlian saya untuk menghitung hingga kartu-kartu yang ada di tangan saya. Hingga dapat membuahkan hasil. Dan saya harus menang. Apapun caranya, apapun bayarannya. Sungguh menyebalkan jika ada yang meremehkan kesukaan saya ini, meyebut saya penjudi, menyebut saya gila.
           Hidup ini sama dengan bermain judi, kadang menang kadang kalah. Apakah kita bisa menghindar akan hal itu? Dan saya ingin kaya, ya kaya dengan cara saya sendiri. Bukan dengan cara orang lain, saya tidak suka ikut-ikutan, karena saya punya keahlian. Sepintas memang remeh, hanya memegang setumpuk kertas dengan lambang-lambang dan gambar-gambar, lalu memainkannya dengan segala perhitungan dan resikonya. Ini tidak mudah, tidak semua orang bisa. Hanya orang pilihan macam saya yang dapat bermain dengan aneka taktik.
           Sayapun tahu, jika saya kalah, maka saya akan kehilangan semuanya. Saya tahu itu. Bukankah apapun yang kita lakukan mempunyai resiko? Apakah kita dapat menghindar? Saya rasa tidak. Andaipun keluarga saya tidak menyukai apa yang saya kerjakan, itu lumrah. Mereka tidak harus setuju dengan kesukaan saya ini. Saya butuh konsentrasi dan ingat jika saya menang, semuanya akan bahagia, saya akan kaya, dan keluarga saya akan memuja saya. Sebagai ayah yang hebat, jenius dan luar biasa.


Thanks to: Mas Granito Ibrahim untuk karakter sang Penjudi yang diciptakan









4 komentar:

  1. kak citraaaa!!
    asik deh sekarang cerpen2nya udah dikumpulin di sini.

    betewe, sering2 nulis ya, soalnya tiap baca cerita kak citra selalu jadi pengen ikutan nulis. hehehehe

    BalasHapus
  2. hehehehe neh blog baru diidupin lagi, hehehe, yuk kita nulisx yg smangat, q pengen nulis trus waktunya neh yg ga ada hehehe, q juga suka lho tulisan kamu :)

    BalasHapus
  3. hahhh. tulisan aku mah masih amatiran. perlu banyak belajar sama kak citra yang udah senior nih.. hehehehe

    iya.. yang rajin updatenya ya.. aku follow trus ah.

    BalasHapus
  4. heheheh ayok sama2 semangat nulisnya :D

    BalasHapus