Sumpah
terdengar lebih puitis dan sakral daripada hanya ‘sekedar’ mengaku, atau
mungkin memang kebanyakan kita lebih menyukai semua yang ‘terdengar’ indah’
daripada yang ‘terlihat nyata?’
Hari
ini saya malu sekali. Ya, tepat di hari Blogger Nasional rasanya selain malu ya
ada juga sedikit rasa bersalah, karena saya mengabaikan blog saya terlalu lama.
Untuk itu saya ingin menebusnya dengan menulis sesuatu. Dan besok (eh beberapa menit lagi) bertepatan
dengan tanggal 28 Oktober, baiklah Selamat Hari Sumpah pemuda, wahai Bangsa
Indonesia! Sebenarnya tidak ingin sok nasionalis dengan memposting tema ini,
tapi memang berbicara tentang para pemuda dan sumpahnya sungguh terdengar
menarik.
Sebelumnya
saya ingin bertanya, sungguhkah para pemuda itu pernah bersumpah ataukah mereka
hanya mengaku? Sumpah terdengar lebih puitis dan sakral daripada hanya ‘sekedar’
mengaku, atau mungkin memang kebanyakan kita lebih menyukai semua yang ‘terdengar’
indah daripada yang terlihat nyata?’ *abaikanlah*
Tapi
sejujurnya saya sangat menyukai bunyi sumpah, eh pengakuan para pemuda bangsa,
pengakuan itu sesungguhnya membuat saya terharu, bagaimana denganmu ketika
membaca deretan kata indah ini?
![]() |
teks asli Sumpah Pemuda |
SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Buat
saya maknanya begitu dalam, bertanah air satu (tanah disewa air dibeli? Eh)
Betapapun sulitnya tinggal di atas bumi Pertiwi, percayalah di atas bumi ini senyum
sangat mudah terlihat. Betapapun sulitnya kehidupan, di sini masih ada belas
kasihan. Indonesia masih memiliki harapan. Yang berharap untuk masa depan
Indonesia yang lebih baik, yuk lakukan sesuatu yang kalian bisa jangan cuma
bisa menyalahkan atau mengkritik tapi tak pernah bisa memberi solusi. Ada
banyak generasi muda bangsa kita yang masih waras yang mau melakukan hal baik,
saya percaya kalian harus percaya. Kalau kita mau, kita bisa, mari sama-sama.