Hidupku tidak mudah, entah apa karena aku
terlalu mendramatisir atau memang inilah faktanya, aku anak tunggal dari
sepasang orang tua yang aneh, aneh dalam artian yang sesungguhnya, bukan karena
aku mengada-ada, bagaimanapun juga mereka adalah orang tuaku. Seharusnya
mungkin aku tidak mengatai mereka aneh, tapi aku tak menemukan kata lain untuk
menggambarkannya, aku tak tak terlalu pintar dalam mendeskrpsikan sesuatu.
Keajaibanlah yang memaksaku lahir ditengah-tengah keluarga ini,
papaku adalah seorang gay, atau mungkin, lebih tepatnya seorang biseks, yeah
kurang lebih sama kayak hermaphrodite, dia menikahi mamaku karena alasan “
kecelakaan” yang membuat aku mau tak mau hidup di dunia yang tak ramah ini.
Bayangkanlah, kehidupan sosialku di sekolah, aku
serasa berada di neraka, aku tidak mempunyai seorang teman dan aku adalah
sasaran empuk untuk makhluk-makhluk cantik sempurna yang memandangku seperti
noda di sepatunya, selain itu aku terpaksa harus makan siang di toilet, karena
bila aku makan siang di kantin, para makhluk sempurna itu akan muntah-muntah,
kupikir akulah yang seharusnya muntah, mereka memaksaku makan di toilet! Dan
bukan salahku bila aku sedikit merusak pemandangan, entahlah, mungkin aku
mewarisi gen-gen jelek dari leluhurku terdahulu yang tiba-tiba melompati
generasi mama-papaku, ataukah iblis mengutukku?
Orang tuaku adalah makhluk cantik tampan secara
fisik tapi tidak secara perilaku, seperti yang kukatakan papaku adalah seorang
hermaphrodite, karena ia mengencani seorang desainer kondang kemayu yang
‘cantik’, aku tak tau apa rahasianya tapi kecantikannya melebihi kecantikan
seorang wanita. Sementara mamaku tak jauh beda dai ayahku, dia seorang tante
girang tanpa moral yang memacari brondong, setiap hari dia selalu menghabiskan
waktu dengan gigolo brengsek bernama Ariyan, yang sialnya adalah cowok yang
paling diinginkan oleh cewek-cewek seantero sekolah, seandainya si makhluk
sempurna Rhegia tau kecantikan dan rayuannya dkalahkan oleh seorang tante genit
seusia ibunya, aku yakin dia akan . . . mungkin mencari silet dan mengiris
nadinya, yeah mungkin di toilet sekolah, oh tapi kuharap itu tidak terjadi, aku
taak ingin berbagi “ruang favoritku”, tempat makan siangku dengan hantunya,
semasa hidupnya, dia sudah sejahat iblis dan aku tak sanggup membayangkan bila
ia mati kelak.
Namaku Aphrodite, itu adalah nama yang diambil
dari nama dewi dalam mitologi Yunani, dia adalah dewi cinta, dewi kecantikan
yang tentu saja sangat rupawan, tapi demi Tuhan aku jauh dari apa yang dimaksud
dengan cantik itu, tapi sebenarnya aku bukanlah si buruk rupa, hanya saja, oke,
semua orang bisa saja jadi cantik kalo mereka mau, yeah dengan perawatan
kecantikan yang membuat pengusaha kosmetik jadi multijutawan, tapi aku tak mau
repot-repot melenyapkan koloni jerawat di wajahku, atau memakai entah apa untuk
memperindah rambutku yang setipis dan sewarna bulu jagung, juga menghubungi
ahli tulang untuk memperbaiki tulang punggungku yang sedikit bermasalah yang
membuat tubuh jangkung kurusku agak bongkok dan memberiku kesan, aku si raksasa
kikuk. Dan ini membuat tante-tanteku yang centil dan genit putus asa hingga
terpaksa melenyapkan khayalan tolol mereka, bahwa keponakan mereka tersayang
takkan pernah bisa menjerat pria-pria kaya tampan, dan hidupnya akan happy
ending seperti Cindrella dan Prince Charming
***.
“Odit, apa yang kamu inginkan?” tanya mama
dengan kesabaran yang kuberi nilai sempurna, dia tak pernah terlihat sesabar
ini.
“Hmmmmmmm mungkin seribu butir Diazepam agar aku
bisa tertidur selamanya sampai Malaikat membangunkanku, Tuhan menyidangku
karena aku secara sengaja merusak rencananya tentang akhir hidupku, dan aku. .
.mungkin akan bilang pada-Nya ma, bahwa . . .memiliki orang tua seperti kalian
benar-benar menyulitkan hidupku, aku tertekan ma, please understand me, aku
cuma gadis 15 tahun dan hal ini terlalu berat buatku, sebenarnya aku tak suka
membahas ini. Seandainya aku boleh memilih, aku hanya ingin mempunyai keluarga
yang simple dan wajar, punya mama yang cerewet da galak memang menyebalkan,
tapi punya mama dan papa yang aneh itu dan tak wajar itu masalah lain, kamu
hanya akan jad anak yang memikirkan kematian setiap detik, kamu tidak akan
mempunyai keinginan untuk hidup” aku berbicaralebih untuk dirku sendiri.
“Masalahku sendiri sudah cukup rumit, sumpah aku
menginginkan seseorang tempatku untuk bicara, bercerita atau bahkan menangis,
karena kalian tidak pernah tau kan? Kalian tidak pernah ingin tau, seperti apa
aku diperlakukan di sekolah?oh sudahlah!cukup tentang aku, tapi yang pasti aku
nggak bangga punya mama tante girang dan papa gay” aku berbicara cepat-cepat
dan lancer, seakan-akan aku sudah menghapal kata-katanya. “Hmmm apa aku harus
memanggil Ariyan, sang ketua kelasku dengan papa?” sindirku sinis.
“Mama nggak tau bagaimana bisa kamu menuduh mama seperti itu?”
kesabaran mama mulai mengikis.
“Bau busuk mudah tercium” tandasku
“Kamu menyindir mama?itu sama sekali tak pantas,
aku mamamu, berhentilah men seperyalahkanku, papamu tak jauh lebih baik. .
.”suaranya serak dan sepertinya dia tak yakin dengan kata-katanya.
“Yeah aku tau ma, baiklah, aku minta maaf yang
sebesar-besarnya, tapi…asal mama tau, kalian. . .membuatku sedikit lebih
beruntung dari orang gila, aku sendiri heran ma. . .kenapa. . .aku. . .
.setidaknya, yeah sedikit sakit jiwa, oke, sekarang aku harus pergi.” Aku
meninggalkan makan malamku, dan mama, aku harus menghindarinya karena aku sudah
tak mampu lagi menahan air mataku, menahan tangis adalah hal tersulit buatku,
karena aku bukanlah orang yang bisa menagis di depan orang lain, kerapuhanku
cuma aku yang harus tau, aku tidak suka mempublikasikan kesedihanku dengan
menangis histeris, walaupun menyimpan kesedihan membuatku sesak.
Ditangga aku bertemu dengan papa, dia terlihat
seperti orang yang sama sekali tidak pantas dihormati, selayaknya seorang ayah,
aku merasa mual melihat wajah innocent-tampannya, seandainya dia tau apa
yang sudah aku ketahui tentang affair menjijikannya, apa dia
akan tetap menempelkan topeng munafik tanpa rasa bersalahnya?
“Schat? Ada apa?” dia menatapku dengan
tatapan bak malaikat dan tangannya membelai rambutku, ingin sekali kutepis
tangannya dan berteriak “berhentilah berpura-pura menjadi ayah yang sempurna!
Demi Tuhan aku menyesal menjadi putrimu!” untunglah aku masih bisa menahan
diriku, sekarang aku hanya tak ingin menyulut perang, dan aku tak berusaha
untuk menjawab pertanyaan tak pentingnya, aku berlari meninggalkannya yang
seolah membiarkan putrid menjadi pemberontak yang bisa dimaafkan.
Selama ini mereka adalah aktor dan aktris hebat,
untung saja mereka tidak ditemukan oleh pencari bakat dari Hollywood, kalau
tidak mungkin mereka akan mengalahkan kemampuanacting Al Pacino dan
Julia Robert, mungkin saja aku akan mengidolakan mereka dan tak peduli akan
keanehan mereka, mungkin aku akan melupakan dia seorang gay, seperti aku melupakan
ke-gay-an Sir Elton Jhon, atau seperti melupakan bahwa Demi Moore adalah
pecinta ‘daun muda’, perlu dicatat!disini aku tidak mengatakan bahwa Ashton
Kutcher adalah seorang gigolo. Mungkin ini masalah trend dan aku terlalu kuno
untuk menerima pengaruh zaman, aku tidak mengerti!aku muak!aku mau mati! Tak
ada yang peduli tentang perasaanku! Aku bosan jadi tolol! Dan sekarang kalian
semua boleh menertawakanku!
***
Seandainya Voldemort hidup di dunia nyata, aku
ingin sekali dia membunuhku dengan Avada Kedavra-nya dan aku tak perlu waktu
lama untuk merasakan kematian yang menyakitkan, aku hanya perlu waktu satu
nanodetik untuk berpindah alam, ini adalah sebuah kematian ekspres, dan jauh
lebih baik daripada bunuh diri karena bunuh diri bikin aku dibenci Tuhan.
Mati loncat dari gedung sama sekali nggak cool, mukaku akan gepeng jelek dan
mayatku akan bikin orang-orang ngeri, mati gantung diri bikin mayatku terlihat
konyol, orang mati dengan lidah terjulur?bayangkan wajah kaku dengan lidah
terjulur, mayat mengejek? Tetap aja seram walau ada sisi lucunya, sedangkan
mati menegak racun tikus, racun serangga, atau sejenisnya, juga mengiris nadi
itu kurang efektif, kemtianku bisa saja digagalkan bila seseorang menemukanku
dalam waktu cepat, kematianku bisa ditunda dan aku akan kesakitan dalam waktu
yang lama karena cara bunuh diri yang kurang cerdas. Seandainya ada peluru
nyasar aku akan rela jadi sasarannya, bahkan dengan senang hati, hanya
saja sayangnya aku bukanlah John Lennon ataupun Presiden Kennedy, aku tak punya
pengaruh yang bisa membuat orang tergoda untuk menembakku. Hidup memang
tak adil buatku!
Aku memutuskan naik kea tap rumah, tempat
favoritku, sekarang aku merasa sedikit bersalah karena selama lima bulan ini
aku tak menginjakkan kaki disini karena aku terlalu sibuk untuk menjadi
detektif dadakan untuk menyelidiki misteri di belakang punggung orang tuaku.
Sumpah aku merindukan tempat ini, tempat yang membuat aku merasa berkuasa, aku
lebih tinggi dari orang-orang, aku lebih bebas, aku merasa lebih kuat, inilah
tempat ternyaman di dunia, dan aku juga merindukan malam-malam saat aku menjadi
orang tolol yang mencoba menghitung bintang, jangankan menghitung bintang, aku
bahkan kesulitan menghitung bila jumlahnya melebihi jari-jariku, aku memang
payah! Ingin sekali aku telentang dan merasakan punggungku menyentuh atap yang
terasa hangat dan juga dingin pada saat yang sama, membiarkannya menyatu dengan
diriku, lalu aku akan memanjakan mataku untuk menatap lekat-lekat manik-manik
cantik yang menggantung sempurna di langit, menyanyikan twinkle-twinkle little
stars sekeras-kerasnya dengan suaraku yang serak.
Tapi alangkah terkejutnya aku ketika aku melihat
punggung seorang cowok membelakangiku, dan di sekitarnya asap rokok mengepul,
dia membuat polusi di area pribadiku.
“Hai Odit, kemarilah, aku merindukanmu, duduklah
di sampingku. . .” orang itu menyadari kehadiranku, apakah aku begitu berisik
hingga ia tau aku berada tepat di belakangnya. “Sudah berbulan-bulan aku
menunggumu dan aku nyaris menyerah menunggumu di sini setiap malam, tapi
keyakinana dan kesabaranku membuahkan hasil, sudah lama sekali aku ingin bicara
denganmu”
Entah apa yang membuatku terhipnotis untuk duduk
di sampingnya, aku bahkan tak peduli dengan asap rokoknya yang bisa membuat
asmaku kambuh. Aku heran kenapa mulutku enggan melempar pertanyaan untuk
menanyakan siapa dia, aku merasa dia sepeti teman lamayang sangat aku rindukan,
dan ketika aku bertemu dengannya, aku seakan kehilangan kata-kata.
“Apa kabar Odit? Tidak terlalu baik kurasa” dia
menjawab pertanyaannya sendiri, tapi jawaban itu sudah mewakili apa yang ingin
kukatakan. “Aku juga tidak terlalu baik, bahkan aku tidak pernah dalam keadaan
baik, tapi keajaiban membuatku bertahan hidup. Kita sama sayang, kita hanya
orang-orang yang bertahan hidup, tapi aku tau, kamu sangat sibuk belakangan
ini, sebenarnya aku ingin membantu.”
“Kamu membacaku seakan aku buku yang terbuka,
kurasa kamu bahkan lebih tau tentang aku, dibanding diriku sendiri” aku tak tau
apa yang keluar dari mulutku, kata-kata itu keluar begitu saja tanpa sempat
diolah terlebih dahulu oleh otakku.
“Kita satu”
“Aku tak mengerti”
“Aku Odit yang lain”
“Jangan bercanda dan jangan membuatku
takut, aku tak ingin memikirkan sesuatu yang rumit sekarang. . . aku terlalu
lelah untuk berpikir” Kataku lemah dan putus asa.ah
“Kamu ingin mengistirahatkan otak dan meliburkan
jiwamu, jangan bilang aku benar, karena aku tak pernah salah” dia mengatakan
kebenaran tentangku, sekali lagi dia benar, dia tak pernah salah.
“Kamu cenayang?”
“Lebih dari sekedar cenayang”
“Kamu misterius”
“Tidak semisterius yang kamu bayangkan. .
.berbaringlah. . .kita akan menunggu bintang jatuh membawa keajaiban yang
mungkin akan mengubah hidup kita.” Kamipun berbaring, dan untuk beberapa saat
kami hanya memandang langit yang bertabur payet-payet kelap-kelip, kami bahkan
tak peduli dengan angin dingin da embun yang akan membuat kami bersin-bersin
besok pagi tanpa henti.
“Kenapa kita tidak dilahirkan sebagai bintang?”
bisiknya lirih
“Hidup begitu aneh. . .”
“Dan misterius, kita hanya tokoh yang
diciptakan dengan karakter lemah untuk cerita yang terlalu rumit”
“Kamu sangat mengenal hidup”
“Seperti hidup mengenalku”
“Apa arti hidup buatmu?”
“Sebuah cerita yang ditulis di atas
lembar-lembar kertas putih dan entah akhirnya seperti apa, entah dramatis
seperti Romeo-Juliet, atau happy ending kayak Cinderella dan
Prince Charming.”
“Aku terlalu idiot untuk memahami kata-katamu,
otakku terlalu sulit diajak bekerja sama bila menyangkut hal-hal berat, aku
payah!kamu tau, kan?”
“Aku..tentu saja tau, sangat tau, kamu ingin
kisahmu seperti apa?”
“Entahlah, aku suka yang sederhana, , punya ibu
yang menyayangiku, walau kadang-kadang dia cerewet bila aku sedikit nakal,
punya ayah . . .dia boleh sedikit galak tapi dia sangat saying dan peduli
padaku, aku tidah punya nama yang aneh, Aphrodite?itu nama dewi kecantikan, dan
aku jauh dari yang dimaksud dengan cantik, aku rasa aku punya wajah seperti
kucing. . .”
“Kurasa Cathy nama yang cocok untukmu, kamu
bilang kamu mirip kucing,tidak, kurasa itu terlalu berlebihan, oke Odit. .
.lanjutkanlah”
“Hmmmm. . .aku ingin punya otak yang lebih
besar, bukannya otak seukuran kacang polong kisut, aku mau jadi sedikit lebih
menarik, setidaknya orang-orang tidak akan muntah kalau aku makan bersama
mereka, dan aku menjadi anak manis yang akan disukai banyak orang, aku punya
teman, selama ini aku tidak punya siapapun, siapapun yang bisa disebut teman.
Rasanya. ...”aku menghela nafas panjang mencoba mengkhayalkannya “rasanya. .
.aku ingin terbangun di pagi hari dengan aroma coklat hangat dan roti madu dari
dapur, ibuku akan membangunkanku dengan aroma kehangatan, cinta, dan kasih
sayangnya, sedangkan ayahku setiap pagi akan mengomeli isi Koran yang semakin
tak karuan tapi dia akan selalu menyambutku dengan ciuman selamat paginya yang
menyenangkan. Bukankah aku menginginkan hal yang sangat sederhana? Tapi mengapa
hal itu sangat sulit?”
“Sebenarnya. . .kita akan menjadi seperti apa
yang kita inginkan. . .lihat! bintang jatuh, ucapkanlah keinginanmu Odit”
Dan cahaya berkilauan warna-warni yang sangat
indah menerpaku, sensasi unik, aneh, dan ajaib masuk ke dalam tubuhku, menembus
kulitku, aku melayang dan merasa isi otakku ditarik keluar dari dalam kepalaku,
dan jiwaku terasa diperas, hingga apa yang membebani terasa hilang begitu saja,
aku ringan, dan bersih, bebas, serta luar biasa bahagia. Inikah rasanya
mengistirahatkan otak dan meliburkan jiwa???semuanya terasa menyenangkan, aku
sangat menikmatinya. . ..hingga akhirnya aroma coklat hangat dan roti madu
membangunkanku. . .
Untuk setiap diri kita yang lain ❤
Gambar : Enakei
Tidak ada komentar:
Posting Komentar