Keterangan
Buku:
Judul : We Were Liars (Para Pembohong)
Penulis : E. Lockhart
Penerjemah : Nina Andiana
Desain
Sampul : Martin Dima
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tanggal
Terbit : Jakarta, 2016
ISBN : 978-602-03-0671-1
Jumlah
halaman: 290
Blurb:
Keluarga
yang menawan dan disegani.
Pulau
pribadi.
Gadis
cerdas yang risau; pemuda politis yang penuh semangat.
Empat
sahabat−Para pembohong−dengan pertemanan
Yang
kemudian menjadi destruktif.
Kecelakaan.
Rahasia.
Kebohongan
demi kebohongan.
Cinta
sejati.
Kebenaran
Para
Pembohong merupakan novel suspense modern
Karya
E. Lockhart, finalis National Book Award dan penerima Printz Award.
Bacalah.
Dan
jika ada yang bertanya bagaimana akhir cerita ini,
JANGAN
BERITAHUKAN.
Review:
Saya tengah terjebak dalam kesibukan
kerja. Membaca adalah kemewahan yang bisa saya dapatkan di hari hujan tanpa
aliran listrik, atau ketika mengantri di dokter gigi, dan separuhnya saya
tuntaskan dalam bus pengap beraroma keringat dan minyak angin di perjalanan
Sumbawa-Seteluk. Suspense seharusnya
bukanlah genre favorit saya, tapi
karena kepala tak mau dewasa saya selalu menyukai genre Young Adult jadi sedikit bumbu suspense
tak masalah. Ibarat sebagai penyegar di kala sebagian besar kisah remaja
yang saya baca belakangan hanya berisi cowok culun yang jatuh cinta pada cewek
eksentrik. Saya juga menyukai drama dan rahasia keluarga yang dituangkan dalam
kisah ini.
Adalah keluarga Sinclair yang
membuat saya iri setengah mati. Siapa keluarga Sinclair itu?
Mari kita dengarkan sambutan dari
Cadence ‘Cady’ Sinclair Easton/Easman (?) cucu perempuan tertua keluarga
Sinclair. “Selamat datang di keluarga Sinclair yang sempurna. Di sini tidak ada
kriminal. Di sini tidak ada pecandu. Di sini tidak ada yang gagal.
Eh tapi di sini ada banyak
kebohongan pun para pembohong… Oooops!
Pada awalnya E. Lockhart bercerita
tentang betapa sempurnanya keluarga pendukung Partai Demokrat ini; mereka
memiliki wajah cantik dan tampan, bertubuh atletis, memiliki senyum lebar, dagu
persegi, juga serve tenis yang selalu
agresif. Yang membuatku iri bukan itu semua, tapi kepemilikan mereka atas pulau
pribadi yang bernama Beechwood, pulau yang dilengkapi empat rumah di dalamnya;
Clairmont, Red Gate, Cuddledown, dan Windmere, tempat keluarga ini menghabiskan
musim panas mereka.
Harris dan Tipper Sinclair memiliki
tiga putri nyaris sempurna; Carrie, Bess, dan Penny−yang sayangnya tak memiliki
kemampuan untuk mempertahankan pernikahan mereka. Di setiap musim panas
keluarga-keluarga yang telah terkoyak ini berkumpul di Beechwood untuk merayakan
musim panas. Carrie akan membawa Johnny dan Will putranya, ditambah kekasihnya,
pria India yang tak akan dinikahinya, Ed beserta keponakan Ed, Gatwick Matthew
Patil. Bess akan membawa empat anaknya; Mirren, si kembar Liberty-Bonnie, dan
Taft. Sementara si bungsu dan anak kesayangan−Penny akan membawa putri tunggalnya
Cady, si tokoh utama yang dari sudut pandangnyalah cerita ini sampai ke
pembaca.
Cerita ini dimulai pada musim panas
ke lima belas Cady, tak lama setelah ayahnya kabur bersama wanita lain. Pada
awalnya saya pikir Cady hanya anak manja yang tak bisa bertahan setelah
keretakan keluarganya, saya menyangka Cady akan bercerita tentang tekanan yang
dialaminya sebagai anak korban perceraian, Cady akan menjadi anak penderita
schizophrenia atau semacamnya. Saya takkan lupa deskripsinya saat ayahnya
menembakinya, melukainya, meninggalkannya dalam rasa malu dan
ketidakpercayaannya bahwa dia ditinggalkan karena tidak dicintai. Tapi dia
keluarga Sinclair, maka dia hanya perlu mengangkat dagu perseginya
tinggi-tinggi dan melanjutkan hidup senormal mungkin.
Tak ada anak usia belasan yang
normal setelah ditinggalkan, baik untuk sementara maupun selamanya. Baik dalam
jarak yang terbatas ataupun tanpa batas. Baik oleh binatang peliharaan ataupun
oleh mereka yang dicintai.
Kehilangan tak pernah mudah. Kehilangan
mengubah apapun menjadi tak lagi sama seperti sediakala. Kehilangan begitu
pedih. Sebagai pembaca, buku ini mengirimkan kepedihan sekaligus keindahan.
Saya tak ingin bercerita banyak, selain
bahwa saya mendapat pelajaran penting dari anak-anak perempuan Sinclair,
kekayaan dan pendidikan terbaik tak membuatmu terlatih dalam membangun
pernikahan. Dampak terburuk dari perceraian adalah anak-anak yang tak lagi mendapat
haknya sebagai anak dan para orang tua yang tenggelam dalam kekecewaan. Perempuan,
berhati-hatilah ketika jatuh cinta!
Saya menyayangi para pembohong; Johnny, Mirren, Gat, dan Cady. Johnny,
dia seperti bola yang memantul, penuh energi, dan sarkastis. Mirren; manis, selalu ingin tahu, dan
suka air, Gat; dia bagai kontemplasi
dan antusiasme,. Ambisi dan kopi kental. Lalu Cady, saranku berpura-puralah
menjadi dirinya agar kamu sebagai pembaca menyatu dalam kisahnya.
Novel ini diceritakan dalam
kalimat-kalimat indah yang kadang terlalu manis hingga saya merasa bisa meleleh
bagai es krim di musim panas. Seperti apa yang dikatakan Gat pada Cady ketika
ingin menggengam tangannya, “Saat ini
jagat raya terlihat begitu besar. Aku butuh sesuatu untuk berpegangan.” Kadang
saya berharap, kisah cinta Gat dan Cady adalah cerita cinta remaja yang
dangkal. Tragedi sebesar ini terlalu mengerikan untuk kisah cinta pertama yang
seharusnya manis.
Saya suka moto-moto dari para
pembohong. Mirren dengan, “Berbaik hatilah lebih daripada yang perlu kau
lakukan.” Johnny dengan, “Jangan pernah makan apapun yang lebih besar dari
bokongmu.” Gat dengan, “Jangan pernah
menerima keburukan yang bisa kauubah.” Dan Cady dengan, “Selalu lakukan apa yang takut kau lakukan.”
Seperti menghadapi kebenaran yang terlalu pening ketika harus diterima otaknya.
Cady cerdas, tipe gadis yang kamu
ingin menjadi sepertinya. Tapi manusia selalu memiliki kelemahan-kelemahan,
memiliki batasan dan mudah terseret dalam kekeliruan yang mungkin tak sempat diperhitungkan
yang nantinya akan menimbulkan penyesalan yang teramat dalam. Saya suka caranya
dalam mengatasi kehilangannya, dengan project
giveaway-nya, tak menyembuhkan memang namun berguna bagi orang lainnya.
Cover
novelnya yang membuat jatuh cinta pada pandangan pertama (selain deretan
penghargaan yang diterima buku ini yang menggodaku sehingga harus membelinya)
adalah bentuk yang diabadikan yang merupakan salah satu adegan paling mengiris
hati yang berada di halaman 189. Oh Cady yang malang, saya benar-benar ingin
memeluknya.
Sebuah novel yang mengisahkan
kelamnya keluarga kaya Amerika yang memegang tradisi dan tingginya harga diri.
Sebuah karya hebat yang harusnya saya sesali karena menghadiahkan saya dengan
akhir yang tak boleh saya katakann dan payahnya, seharusnya kisah cinta Cady
dan Gat akan lebih sederhana dan sangat remaja jika saya boleh menyenandungkan
soundtrack Grease, “summer fling, don’t
mean a thing. But, uh oh those summer nights.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar