Hati-hati
dengan resolusimu, bila benar-benar terjadi, kadang kamu malah ingin itu tak
lebih dari sebuah mimpi.
04:12
AM, 01012011
Mereka bertiga, menganggap
diri seperti sekaleng soda, memang sedikit gila, karena…entahlah! Mereka
menyebutnya dirinya; Caramel, Lime dan Fruity, untuk mewakili rasa, mewakili karakternya.
Tiga
kaleng soda itu terguncang keras, akibat euphoria
pesta, tak tahan tekanan mereka menumpahkan diri dan mengalir keluar. Masih
tertawa-tawa dan melanjutkan pesta, di sebuah kamar mewah hotel berbintang lima, di sebuah
daerah wisata, sebuah pulau indah, objek wisata terkenal di Indonesia.
Di
depan mereka pitcher kaca berisi Coktail, dari rasa, seperti campuran Mansion,
Tequila, dan Coca Cola, sementara kepulan asap perak beraroma mint beterbangan dan menari di udara.
Mereka menjadi titik-titik yang membentuk segitiga tak sempurna, jatuh tertidur
di lantai beralas karpet berbulu berwarna fuschia
cerah. Musik memecahkan telinga, entah Pittbul atau Flo Rida terdengar
menggila.
“Sumpah,
gue bosen!” Fruity menggerutu.dengan malas.
“Kapan si, loe ngggak bosen?” Tanya
Caramel, antara sadar tak sadar, setengah otaknya di khayalan setengahnya lagi
masih melayang-layang.
“Hidup loe sempurna, Nyet! Cuma elo
doank yang nggak nyadar!” Lime menambahkan.
“Sempurna apanya?” Fruity bertanya,
bukan kepada siapa-siapa, hanya kepada dirinya. “Sempurna ketika lo hanya
menjadi objek obsesif horny dan fantasi para buaya?” dia menghela nafas.
“Sempurna…ketika lo dikenal sebagai putri si ini? bukan diri loe sendiri!
Sempurna…ketika loe bahkan nggak tau jalan mana yang harus loe pilih! Sempurna…ketika
elo tau bahwa loe salah jalan dan makin menyesatkan diri?” Fruity menangis,
belum pernah dia merasa seperti ini, diantara kebingungan dan kebimbangan, di antara bintang-bintang yang melayang,
kadang seseorang menemukan kesadaran.
“Apa yang elo cari?” entah siapa yang
bertanya, Caramel apa Lime
“Damai” jawab Fruity singkat.
Ada suara tawa serak yang khas, tawa
Lime yang merdu dan manja.
“Gue bahkan mau lakuin apapun untuk
bisa jadi kayak loe!” Caramel angkat bicara, tapi bisa jadi kata-katanya
berasal dari hati. “Loe tajir nyeeetttt! Loe cantik! Loe punya otak! Yang loe
perluin cuma pura-pura! Pura-pura aja kalo bokap loe itu bukan bapak
…bla..bla…bla…yang terhormat…tapi juga menjijikan! Yang perut gendutnya bikin
rusak pemandangan, yang senyum bokisnya kayak senyum iblis. Loe nggak usah
anggap dia ada, selama kehidupan loe sejahtera, selama nyokap loe yang masih
digandengnya kemana-mana bukan selingkuhan-selingkuhannya!” Caramel terkekeh,
dia bangkit, mengambil gelasnya yang kosong, meraih pitcher menumpahkan minuman di karpet alih-alih ke dalam gelasnya,
mencoba sekali lagi dan setelah agak terisi, dia menyesap isi gelasnya, sedikit
mengernyit ketika tearasa di lidahnya tapi seolah menikmati dengan sepenuh
hati.
“Dodol loe nyeeetttt!” Lime menimpali
“Gue pengen dong jadi emak tiri sirih
elo!hahaha” sebuah candaan atau pengharapan. “Elo tau kan selera gue?
Bapak-bapak berkantong tebal! Dan bokap loe…hot!
Masih sexy !”
“Dasar nggak punya harga diri!” maki
Caramel! “Duitnya yang Sexy! Matre!”
Lime cuma tertawa, dan bangkit dari
lantai, membakar rokok dan berdiri lalu berjalan mondar-mandir.
“Loe nggak tau sih, rasanya gimana,
kalo loe nggak jual diri loe nggak bisa tampil trendy, kalo loe nggak jual diri loe nggak bisa nikmati hidup kayak
gini, loe pada nggak tau sih, gimana rasanya kalo cuma punya bokap pegawai
negeri!” dia berbicara hati-hati, sementara air mata menetes di pipi. Fruity
yang peka, memeluknya, menenangkannya dalam dekapan hangat seorang sahabat.
“Drama!” Caramel mengejek, tapi jauh
di dalam hati dia berharap bisa menjadi bagian dari kehangatan itu, bagian dari
dekapan lembut menenangkan itu, bukan dekapan-dekapan nafsu dari suatu lelaki
ke lelaki lainnya, entah pacar, atau teman atau bahkan kenalan semalamnya. “Gue pengen punya bayi…bayi gue sendiri”
antara galau dan ngigau. “Supaya gue
punya tanggung jawab, supaya hidup gue nggak sebebas ini” Fruity
mendengarnya, kali ini dia menubrukkan diri pada Caramel, dan tertawa bahagia
lalu berteriak.
“Ini subuh taon baruan kan???” Fruity
berubah seceria biasanya walau kepalanya seberat berton-ton pasir. “ Itu
resolusi pertama!” dia berteriak lagi “Okay,
sekarang giliran gue, re-so-lu-si
gue!” Kali ini Fruity naik ke
atas tempat tidur, sambil melompat-lompat dia memuntahkan segala keinginan
terdalamnya “Gue mau tinggal jauh dari
peradaban, jauh dari fasilitas haram bokap gue! Jauh dari loe pada, iblis
sejiwa gue!hahahahaha, gue pengen mengabdi pada suatu tempat yang jauh, tempat
gue merasa lebih berguna” Fruity terdengar bahagia. “Apa resolusi elo Tan?”
tanya Fruity kepada Lime, dia memanggil Lime dengan sebutan Tan, pendekan dari
Tante, Fruity menganggap gaya Lime mirip tante-tante girang kesepian.
“Loe tau kan?” singkat Lime berkata.
“Nyokap
tiri sirih” teriak Caramel! “dasar nggak tau diri!”
“Nyet! “ Lime memanggil Fruity “Kalo
tiba-tiba loe jadi anggota suku primitif, sumpah gue pasti kangenin loe! Tapi
kalo boleh jujur gue lebih suka kalo jadi cewek centil yang menggila di dance floor.”
Dan
diluar sana, beberapa bintang memilih berjatuhan untuk mengabulkan permintaan orang-orang
yang mengharapkan keinginannya terkabulkan.
11:23 PM 31122011
Hidup ini lucu, kadang kita
menolak sesuatu yang pernah menjadi harapan kita, seperti tiga kaleng soda yang
sekarang kosong itu; Caramel, tengah resah menatap pilu pada bayi malang di
pelukannya, bayi perempuan cantik yang tidak berbapak. Fruity, tengah kesepian
dan merindukan keramaian, dan Lime, antara gelisah dan merasa berdosa, tapi
pada akhirnya tetap menerima lamaran ayah sahabatnya.
wedeh mantap.. eh eh folback dong.. w yg d kompasiana jg hehe
BalasHapusok deh siiip
BalasHapusthx yak :D