Judul Buku : The Notebook
(Buku Harian)
Jenis Buku : Fiksi
Penulis :
Nicholas Sparks
Alih Bahasa : Kathleen S.W
Desain dan
Ilustrasi Cover : Eduard Iwan
Mangopang
Penerbit : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Keempat,
Juni 2014
Tebal : 256
halaman
ISBN : 978-602-03-0649-0
Blurb:
Sekembalinya
dari medan perang. Noah Calhoun senantiasa dihantui bayang-bayang gadis cantik
yang dikenalnya empat tahun silam, dan amat dicintainya. Walau mereka tak pernah
pernah bertemu lagi, Noah merasa puas hidup dengan kenangan masa lalunya… namun
tanpa terduga gadis itu kembali ke kotanya, untuk menemuinya sekali lagi.
Allie
Nelson, kini sudah bertunangan dengan pria lain, namun ia tak menyadari bahwa
cintanya pada Noah tak pernah pudar ditelan waktu. Tapi dunia mereka begitu
berbeda. Menghadapi pernikahannya yang tinggal beberapa minggu lagi, Allie
dipaksa untuk mempertanyakannya, apa sebenarnya harapan-harapan dan impiannya
untuk masa depan, dan dengan siapakah ia ingin menjalani masa depan itu.
***
Dari
film romantis yang membuat saya jatuh cinta pada sosok Noah Calhoun, eh Ryan
Gosling, eh? Kan…bingung! Atau sebenarnya saya justru jatuh cinta pada sosok
yang hidup di dunia nyata dan membangun cerita ini alias si Nicholas Sparks?
waduh, susah menentukannya! Baiklah, Sparks sepertinya ahli dalam meramu
romantisme sebelum dituangkan ke dalam tulisan! Ini karya Sparks ketiga yang
saya baca (pertama A Walk to Remember dan yang kedua Safe Haven) tapi karya
Sparks yang pertama kali saya tonton.
Sedari awal kisah ini memiliki
tempat di hati saya, sejujurnya kisah ini juga memberi inspirasi pada tulisan
saya (Adegan di bianglala di awal film adalah yang melahirkan novel Paquita dan
Pangeran Bianglala saya) Selain itu bolehkah saya mengajukan pertanyaan? Hey
Sparks tahukah kamu para lelaki di dalam novelmu bisa ditemui dimana? Saya
pikir, saya ingin bertemu dengannya saling jatuh cinta dan memiliki kisah yang
indah.
Kembali ke Allie dan Noah serta
kisah cinta mereka. Sebenarnya jika ingin jujur cerita ini terlalu berkeju,
huhuhu too cheesy! Tapi, tentu saja
saya menikmati. Pembaca perempuan mana yang tak meleleh dengan kisah cinta
sepasang kekasih yang dipertemukan setelah empat belas tahun berjeda? bukankah
kisah ini menimbulkan harapan di hati pembaca untuk percaya, bahwa mungkin saja
kamu kembali pada cinta pertamamu (mungkin itu harapan pribadi saya -_-) atau
pembaca yang lebih bijaksana akan menangkap ini sebagai pesan, bahwa waktu akan mematangkan cinta.
Baiklah, nampaknya akan lebih baik
jika saya melihat dari sudut pandang perempuan. Jadi izinkan saya berpura-pura
sebagai Allie. Okay saya memiliki Lon
yang nyaris sempurna, dengan masa depan menyilaukan, tampan dan dari keluarga
terpandang. Tetapi Lon dan segala kualitasnya sebagai menantu idaman orang tua
saya buyar ketika di koran saya melihat lokasi tempat saya bercinta untuk
pertama kali telah dipugar kembali dan yang lebih mengejutkan di depan tempat
tersebut berdiri lelaki yang adalah impian saya-sejak-dulu-dan-selamanya-dalam-versi-lebih-dewasa-dan-tampan.
Pernikahan di depan mata bahkan tak lagi tampak sebagai rencana bagus, karena
saya memilih untuk mendatangi tempat dan lelaki itu!
Dan kenapa ketika saya bertemu
lelaki itu saya harus merasakan kembali apa yang dulu pernah saya rasakan dan
sekarang perasaan itu malah seperti api yang kemudian disirami bensin. (Dari
tak pernah padam menjadi makin berkobar!) Lalu kenapa Noah harus memberikan
saya kemejanya? (adek makin gak bisa move
on kakak!) Kenapa kita harus naik perahu (secara pribadi saya suka ide
melewatkan hal romantis di perahu) menuju danau untuk melihat angsa-angsa? lalu
kenapa harus hujan segala dan bikin kita khilaf dan berujung pada….dilema
antara harus memilih kembali ke masa lalu atau meneruskan rencana masa depan.
Walau saya tahu banyak yang telah
mengetahui kisah ini. Tapi, saya harus berhati-hati untuk tak terlalu banyak
membocorkannya. Ditulis dengan dua sudut pandang dengan dua setting berbeda (nyontek ini dari Sparks ah!) yang menceritakan Duke dan Noah.
Mulanya, si opa Duke membacakan kisah Noah untuk oma Hannah, rekannya di panti
wreda. Kenapa opa Duke mau melakukannya, ya? dan kenapa oma Hannah begitu
sensitif? apakah opa Duke mengenal mereka yang dia bacakan kisahnya?
Oh Sparks, terima kasih telah
membangkitkan sisi romantis saya sebagai perempuan. Namun, ada sebagian dari
otak sadar saya yang berpikir bahwa kamu menciptakan karakter yang terlalu
ideal untuk ditemui di dunia nyata. Sosok Noah yang lembut bahkan terlalu kuat
untuk dihancurkan oleh peperangan. Di kepala saya yang walau sebagai pembaca
saya tak berhak untuk menentukan karakter si tokoh tapi saya menginginkan jika
Noah sedikit lebih garang, versi filmnya sudah menampilkan itu dan itu sangat
seksi! Saya suka ide Sparks yang mempertemukan lelaki pecinta puisi dengan
perempuan pelukis serta ide bahwa lelaki sejati yang rela mewujudkan mimpi bagi
perempuan yang dia cintai.
Kisah ini indah dengan kalimat
memukau walau kadang untuk beberapa hal saya terlalu takut membayangkannya karena
terlalu indah. Seperti pada paragraf ini: Bahwa
kehidupan ini sebetulnya hanyalah kumpulan dari kejadian-kejadian kecil,
masing-masing dijalani setahap demi setahap (sampai di sini saya masih
setuju dengan Sparks) Bahwa setiap hari
seharusnya dilalui dengan menemukan keindahannya dalam bunga-bunga, puisi, dan berbicara pada
binatang-binatang. Bahwa suatu hari yang dilewati dengan bermimpi, menikmati
tenggelamnya matahari serta angin semilir yang menyejukkan sama sekali tidak
sia-sia. Tapi, di atas itu semua, aku belajar bahwa yang penting dalam
kehidupan ini adalah duduk-duduk di dekat sungai tua, dengan tanganku di atas
lututnya, dan sekali waktu, pada hari-hari yang baik jatuh cinta. Buat saya
pribadi yang menyukai keindahan bunga Edelweiss dan bunga bank ( kedua bunga
ini langka, kan?) sulit mengerti puisi dan punya pengalaman traumatis dengan
binatang peliharaan (dari beo saya yang dijual hingga Peru, si anjing yang
pergi tanpa pernah pulang, hingga Chiko
si kucing tetangga yang lebh sering ngeselin dari bersikap manis)
Pengalaman menikmati sunset di
sepanjang pantai sambil bernegosiasi bagaimana mengakhiri kisah cinta tanpa
masa depan, dan sebagai warga yang tinggal di dekat sungai dengan resiko banjir
saya sulit menempatkan posisi si perempuan berjiwa romantis pada bagian ini.
(Halaman 215-216)
Selebihnya saya cuma
ingin mengatakan kisah ini indah dan wahai wanita bacalah jika ingin merasakan
pengalaman melelehkan perasaan dan kembali membangkitkan perasaan cinta dalam
diri anda. Jika Allie boleh memiliki Noah, seandainya saja bisa minta, bolehlah
Lon-nya buat saya aja? hehehe.
Horeee aku juga sudah selesai...gila deh bikin mewek yaaaa :D
BalasHapusbikin hati porak poranda heheh
Hapus