Date a girl who reads

Date a girl who reads

Sabtu, 17 Januari 2015

[Review] Daisuki Da Yo Fani-Chan: Cinta Datang Pada Saat Yang Tepat Kadang Lewat Bantuan Sahabat


Judul Buku                              : Daisuki Da Yo Fani-Chan
Jenis Buku                               : Fiksi
Penulis                                    : Winda Krisnadefa
Penyunting                              : Rini Nurul Badriah
Proofreader                             : Putri Budi Winarti
Desain dan Ilustrasi Cover      : Windu Tampan
Desain Isi                                : Nono
Penerbit                                   : Qanita
Tebal                                       : 300 halaman
ISBN                                       : 978-602-1637-36-4

Fani:
                Aku sama sekali tak punya keinginan untuk kembali bekerja di hotel, sejak job training-ku di masa kuliah dulu. Ada sesuatu yang membuatku tak pernah ingin kembali ke hotel, sebagai tamu, apalagi sebagai pekerjanya. Terlalu sakit untuk mengingatnya kembali. Nama Lana dan Ogi kembali menggangguku. Kupikir aku bisa melupakan kejadian itu. Yang jelas, untuk sekarang ini dan entah sampai kapan, aku tidak mau terlibat hubungan cinta, whatsoever! Lho? Kok jadi ngomongin cinta?Argh!Lupakan!
Tanabe:
                Saya suka Fani-Chan. Dia cantik dan pintar. Tapi entah kenapa, sulit sekali membuatnya terbuka tentang perasaannya pada saya. Dia seperti menahan sesuatu dalam hatinya. Saya tahu dia juga menyukai saya, tapi mengapa hatinya begitu berat mengungkapkan itu pada saya? Padahal saya sudah berkata jujur dan terbuka. Ini membuat saya terus bertanya-tanya. Ada apa dengan kamu, Fani Chan?
***
            Dibuka dengan kutipan romantis dari Paulo Coelho; Menunggu itu menyakitkan. Melupakan juga menyakitkan. Namun, bimbang antara menunggu dan melupakan itu adalah penderitaan yang paling parah. Nampaknya kutipan ini adalah garis besar tentang hubungan Fani dan Tanabe. Sebelumnya saya ingin mengesampingkan dua tokoh utama itu, karena saya sangat sangat tertarik untuk memperkenalkan karakter favorite saya, Anis Chocomeo, hehehe atau yang lebih dikenal sebagai Onis!
            Onis adalah cewek yang akan kamu keselin tapi juga akan membuatmu belajar memahami. Onis itu semacam… mesin pencetak skandal, etapi jangan lebih dahulu menghakimi, walau dia punya Deni, Cedric, juga Tommy dan tak segan-segan main api dengan para bos-bos dari Jepang di kantornya, tapi Onis itu juga punya alasan yang jelas untuk itu. Sebagai pembaca menurut saya, Onis-lah yang memiliki karakter terkuat di sini.

            Kembali ke romansa Fani dan Tanabe yang menurut saya memiliki kadar nggemesin cukup dengan selipan hal-hal yang manis. Fani adalah resepsionis di Misako sekantor dengan Tanabe, hanya berbeda kasta. Kenapa sih Fani mau jadi respsionis, sementara dia kan lulusan perhotelan? nah itu nanti yang akan nanti jadi alasan kenapa Fani sulit sekali menerima perhatian dari Tanabe. Yaampun Fani itu kadang ngeselin, dia kadang menyia-nyiakan sikap manis Tanabe, yang menurut saya jika seseorang memberi perhatian semacam itu maka… perempuan mana sih yang sanggup nolak? tapi Fani punya alasan dan itu akan terjawab nanti. Yang melibatkan dua orang penting dari masa lalu Fani, Lana dan Ogi. Dan yang tak kalah penting adalah bagaimana Onis selalu saja menjungkirbalikan kehidupan Fani, melibatkan Fani pada 'bahaya-bahaya' yang berujung pada keputusan Fani yang aku tak mau harus resign dari Misako yang juga meruntuhkan kepercayaan Tanabe padanya. Uuuuuuh Onis!
            Menggunakan dua sudut pandang, sudut pandang orang pertama di masa kini. Dan juga, sudut pandang ketiga di masa lalu. Saya suka pilihan setting dan plot dari mbak Winda. Selain itu pilihan kalimatnya, ringkas, rapi dan ngena. Tidak bertele-tele. Sebenarnya mau menceritakan lebih banyak etapi takut jadi spoiler. Cuma mau bilang jika butuh bacaan fun, ringan, manis, tapi sarat makna persahabatan. Buku ini pas banget dan saya mau bilang, kadang ya kita akan bertemu dengan karakter semacam Onis di kehidupan nyata. Kita bisa nyinyirin dia atau mungkin menghakimi, tapi ya, seperti pesan yang saya tangkap di sini bahwa ada alasan untuk setiap kejadian dan ada alasan kenapa seseorang memilih menjadi seperti ini. Jadi, kadang kita perlu melihat lebih dekat dan kadang kita perlu juga melihat dengan persfektif yang lebih luas. Selalu suka membaca karya mbak Winda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar