Tiba-tiba menyadari saya melangkah
terlalu jauh dari tujuan semula. Awalnya hanya ingin mendapat informasi secara
praktis.Saya pikir hanya ingin mempererat komunikasi dengan sahabat dan
kerabat.Hanya ingin menemukan cara cerdas untuk meningkatkan kreatifitas.Tak
lebih dari usaha agar tulisan-tulisan saya terbaca dan terus berkarya. Atau
mungkin menemukan teman baru-jangka pendek
untuk bertukar pengalaman dan berbagi obrolan menyenangkan.
Setelahnya, saya bahkan tak
menyadari bahwa saya 'hidup dan tinggal' di sana lebih dari yang seharusnya.
Maya mampu mengalahkan realita tanpa saya kira. Dan sekarang saya tak bisa
mengingkari saya harus hidup secara bergantian di kedua dunia. Saya sadar jelas
tak ingin meninggalkan satu atau keduanya. Hanya pergi untuk sementara dari maya,
sejenak total pada realita sambil membiasakan diri untuk menatanya dengan lebih
bijaksana.
***
Saya ingat pernah sesumbar mengatakan bahwa jelas saya tak
mampu hidup tanpa internet, kecuali nama saya berganti jadi Citra Rizcha Realita
bukannya Citra Rizcha Maya, dan dengan nekat minggu lalu saya mulai untuk
mematahkan apa yang waktu itu saya pikir takkan mungkin saya lakukan.
Salah satu kelemahan saya adalah tantangan, dan saya
pikir siapa lagi yang mau menantang saya selain diri saya sendiri. Saya ingat
kata mereka, bahwa hal tersulit adalah melawan diri sendiri dan saya akui itu
benar. Kenapa saya harus melakukan ini? sebenarnya jika hanya mengandalkan
kelemahan tantangan saya pikir saya tak mampu melewati seminggu panjang bahkan
tanpa mengintip apa yang terjadi di media sosial.Tapi lebih karena, beberapa
hal memang harus dibenahi. Lagipula saya rindu waktu saya dan si 'Maya' belum
bertemu.
Saya bertanya-tanya, kenapa saya mudah sekali gelisah dan
terobsesi untuk selalu menjaga mood
saya agar tetap baik? hasilnya saya hanya selalu gelisah dan mendapat roller coaster emosi yang sulit untuk
saya kendalikan. Awalnya mencampur kafein dan phennylethilamine di mug untuk diminum setiap pagi bisa memperbaiki
keadaan tapi ternyata itu tak banyak membantu. Ada kalanya saya merasa luar
biasa lelah karena terburu-buru untuk sesuatu hal yang tak saya tahu.
Hingga suatu saat saya mulai mengamati ada apa dengan
hidup saya. Entah bagaimana saya merasa bersalah karena masih berada di tempat
yang sama nyaris tak bergerak sambil memandangi waktu tersia-sia antara jeda
postingan satu dengan yang lain di salah satu akun media sosial saya. 50 mins ago, misalnya. Dan saya bahkan tak
lebih dari benda mati, mengamati tulisan, foto, atau apa yang mereka bagikan di
sana. Dan saya bertanya, seberapa penting itu buat saya? Setelah menemukan
jawabannya saya mengabaikannya. Lalu, ada dorongan kuat untuk menulis 'status',
'moment', 'pm', yang anehnya tengah saya lakukan. Kenapa saya harus mengecek
lagu di Path hanya untuk mendengar musik yang ingin saya dengarkan? Kenapa saya
harus merasa aneh dan kacau hanya karena saya membagi lagu The Ramones atau The
Beatles berulang-ulang di sana dan memikirkan apa pendapat orang tentang hal
itu, ya ampun saya suka keduanya harusnya untuk apa peduli dengan pikiran
teman-teman di Path.
Harusnya saya bisa sarapan dalam waktu setengah jam tanpa
harus repot mengatur sarapan saya untuk difoto dan diposting di Instagram.
Kenapa saya harus menjadikan IG saya semacam warung makan? apa motivasi saya?
dan kenapa saya turut mengamati propic
mereka yang kalau sendiri berarti tengah bertengkar dengan pacarnya dan kalau
berdua berarti mereka baik-baik saja. Lalu, kenapa harus ada komentar nyinyir
dalam kepala saya ketika melihat potret keluarga bahagia versi dunia maya
padahal dari mulut-mulut yang bicara itu cuma tipuan kamera, masalah mereka
juga sebanyak kita! Dan saya kesal ketika ada yang cukup bego ketahuan
melakukan tipuan, perbedaan kejadian di dunia nyata dan dunia mayanya, misal
ada yang check in di lokasi kerja
etapi sebenarnya masih tidur. Atau dia mengendalikan pikiran orang-orang dengan
statusnya yang bohong banget. Dan parahnya, aha! Drama cowok yang mengejarmu
dengan tanpa lelah, di saat kamu menyerah, kampretnya dia mengulang proses pengejaran
itu dengan temanmu dengan bukti nyata terpampang di dunia maya.
Saya tak perlu membaca hanya bertanya (pada Google) dan
mendapat jawaban. Citra adalah orang yang
menghargai proses, kalau-kalau kamu lupa Cit! dan rasanya buruk sekali
mengetahui sesuatu secepat itu dan tak lama dia hilang, terlupakan dan berlalu.
Saya mendownload banyak film dan lagu juga menyimpan halaman-halaman informasi
yang menarik tapi lupa bertanya apa punya waktu menikmati semua itu. Kenapa
pula saya harus membagikan seluruh isi hati dan kepala saya kepada banyak orang
yang sesungguhnya juga ingin isi kepala dan hati mereka juga diberi perhatian?
Kenapa saya begitu tertarik dengan berbagai hal yang
remeh, yang kalau menurut saya masih banyak hal-hal besar yang membutuhkan
perhatian saya. Saya benci menyadari bahwa konsentrasi saya buyar hanya karena
bunyi ping! Saya benci harus mendapat dorongan 10 menit sekali menengok dunia
yang bernama seperti nama belakang saya itu. Saya bukan manusia dengan fokus
yang baik dan jika di setiap 10 menit saya konsentrasi saya selalu buyar. Bagaimana
saya bisa melakukan sesuatu yang serius? Itulah kenapa saya harus menghukum
diri saya dengan seminggu menjadi Citra Rizcha Realita dan Alhamdulillah saya
berhasil melewatinya.
Setelah seminggu
apa yang selanjutnya akan saya lakukan. Saya jera? atau…?
Setidaknya saya merasakan manfaatnya;
1.
Mood
saya membaik bahkan tanpa perlu campuran kafein dan phennylethilamine setiap pagi.
2. Saya tidak telat
berangkat kerja. Prestasi yang bisa saya banggakan.
3. Selera humor saya di
kelas telah kembali dan ekspresi bête memudar hanya karena saya tak perlu
melihat postingan yang membutuhkan reaksi dan yaampun siswa-siswa saya
membutuhkan perhatian saya di kelas bukan hanya mereka yang di dunia maya yang
lebih banyak tak saya kenal.
4. Dalam seminggu saya
menyelesaikan 4 novel, salah satunya hampir 600 halaman plus saya membuat review untuk keempatnya.
5. Lebih banyak waktu
bersosialisasi dengan sesama. Oh betapa saya merindukan ekspresi alami bukannya
deretan emoticon. Betapa merdunya
gelak tawa dan bukannya bingung membayangkan bagaimana bunyi dari
wkwkwkwkwkwkwkwk di dunia nyata.
6. Saya tidur delapan
jam dan pulas!
7. Seringnya kepala
lebih tegak alih-alih menunduk!
8. Hemat listrik, nge-charge biasanya setiap hari sekarang
cukup dua -tiga hari sekali.
9. Lebih santai tanpa
perlu bereaksi untuk memberi komen atau jempol, wajah mengkerut atau ngakak
atau menebak-nebak alasan dan motivasi seseorang menempelkan hati di komentar
satu dan yang lain. Saya bukannya iseng atau usil hanya kadang penasaran itu
hinggap dan tak mau pergi.
10. Saya rasa seminggu
ini saya merasa lebih baik dan saya berusaha mengatur waktu untuk disesuaikan
dengan kebutuhan kapan saya harus mengunjungi dunia maya karena setidaknya di
sana saya menemukan beberapa sahabat saya tinggal dan mereka sama berartinya
dengan yang ada di dunia nyata.
Dan yeah saya akan berusaha untuk lebih bijaksana untuk
hidup di kedua dunia secara bergantian.
iya ya memang, sebegitu besarnya efek sosial media ke kita.
BalasHapusbeberapa bulan yang lalu, aku juga disadarkan begitu setelah aku mengalami beberapa masalah. sejak itu, saya berusaha mengurangi penggunaan sosial media meskipun, memang sulit sekali :D
Hehe iya sekarang mencoba batasi mainan medsosnya buat Jumat, Sabtu, Minggu, hehe. Sulit sih tapi masih bisa diusahakan. Moga kita lebih bijak ya mbak ngatur waktu antara dunia maya dan nyatanya :)
Hapus