Judul Buku : The Witch of
Portobello (Sang Penyihir dari Portobello)
Jenis Buku : Fiksi
Penulis :
Paulo Coelho
Alih Bahasa : Olivia Gerungan
Desain dan
Ilustrasi Cover : Eduard Iwan
Mangopang
Editor : Tanti
Lesmana
Penerbit : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : V November 2013
Tebal : 304
halaman
ISBN : 978-602-03-0014-6
Bagaimana menemukan keberanian
untuk senantiasa jujur pada diri sendiri- bahkan pada saat kita tak yakin pada
diri kita?
Itulah pertanyaan utama dalam karya
penulis bestseller
Paulo Coelho, Sang Penyihir dari Portobello. Kisahnya tentang perempuan
misterius bernama Athena yang
disampaikan oleh banyak orang yang mengenalnya dengan baik- atau nyaris tak
mengenalnya sama sekali. Seperti halnya Sang Alkemis, kisah ini memiliki kekuatan
untuk mengubah sudut pandang para
pembacanya mengenai cinta, gairah, suka cita dan pengorbanan.
***
Bagaimana
menemukan keberanian untuk senantiasa jujur pada diri sendiri- bahkan pada saat
kita tak yakin pada diri kita?Itulah pertanyaan besar
dari buku ini. Entah jika kamu mendapat jawabannya. Aku pribadi lebih tertarik
dengan rangkaian kata indah khas Coelho yang penuh makna, yang kadang buatku
kalimat-kalimat itu berdiri sendiri bukan sebagai perangkai kisah. Mungkin
untuk itulah akan lebih 'sederhana' jika menggunakan teknik ala film
dokumenter. Ada banyak sudut pandang dari para protagonist yang bercerita
tentang si misterius Athena atau dia yang diberi nama Sherine oleh ibu
angkatnya, yang kemudian nantinya dikenal juga sebagai Hagia Sofia
Beberapa tokoh protagonis atau
begitu narrator menyebutnya―mereka bicara dan menggabarkan tentang Athena.
Mereka adalah; Seorang Jurnalis bernama Heron Ryan. Seorang dokter (dan mungkin
juga) guru spiritualnya, Deidre 'Edda' O'Neil. Ibu angkatnya Samira R, Khalil.
Seorang Neurolog, Lella Zainab. Mantan suami, Lukas Jessen-Petersen. Pastor
Giancarlo Fontana. Hingga Liliana seorang wanita gipsi yang adalah ibu kandung
Athena.
Athena, dialah perempuan yang
mengorbankan hal terpenting yang ia miliki; cinta. Dialah perempuan yang
meletakkan mimpi-mimpinya ke dalam tangan yang mungkin menghancurkannya. Athena,
sang Perawan, sang Martir, sang Orang Kudus. Athena pada akhirnya dinobatkan
sebagai sang Penyihir. Terlahir sebagai putri seorang gipsi yang diserahkan ke
panti asuhan, membuat kita mengetahui bahwa garis kehidupan Athena sejak awal
seolah direncanakan untuk tak biasa, tak bisa senormal manusia lainnya.
Diadopsi sepasanga suami-istri terpandang asal Beirut dan ketika pergolakan
terjadi di Timur Tengah keluarga angkatnya membawanya ke Inggris.
Di Inggris sinilah ia tumbuh dewasa,
jatuh cinta dan menikahi kekasihnya di usia yang begitu muda. Sayang perkawinan
mereka tak bertahan lama. Hingga di sinilah dimulai segala hal menarik dan misterius
tentangnya; Athena mulai ingin memetakan makna kehidupan, dia ingin mengetahui
hakikatnya, melalui tari Vertex, kaligrafi, hingga menemui ibu kandungnya di Rumania.
Athena pribadi yang gelisah yang berbicara dan bertindak melebihi kapasitas
yang diizinkan akal sehatnya. Pecahan dan potongan-potongan para tokoh itu akan
membawa pada apa yang sebenarnya terjadi pada kematian Athena. Bacalah dan
terkejutlah pada akhirnya.
Sherine menjadi Athena, menjadi
Hagia Sofia. Dia yang merupakan manifestasi dari kebijaksanaan yang baginya
adalah cinta mengisi segalanya. Yang dalam khotbahnya dia mengatakan bahwa
seluruh kita mempunyai tugas untuk mencintai dan mengizinkan cinta
memanifestasikan dirinya dengan cara yang terbaik menurutnya.
Menurut saya novel ini berbicara
dengan terlalu rumit namun jika menutup akhirnya kita melihat titik
sederhananya dan kita manusia inilah yang hanya lebih suka melihatnya
dengan cara yang tak mudah. Clue-nya
terdapat di halaman 127, seandainya kita mempercayai saja apa yang seseorang katakana
dengan mudah dan tak perlu berpikir itu sebagai kebohongan mungkin 'akhir'
hidup Athena takkan 'dipercayai' menjadi setragis itu. Dan ingatlah tentang
teori ular melingkar yang memakan ekornya.
Novel ini indah, cerdas, dan
misterius. Layak dibaca dan sangat istimewa. Aku menyukainya; apa yang dibahas
penulisnya, cara penulis menyusun ceritanya, pesannya dan terutama apa yang
dilakukan sang penulis untuk mengecoh pembaca pada akhirnya. Seperti karya
Coelho lainnya, novel ini tentu memberi pelajaran hidup pada kita.
Aku suka sama plot dan gaya berceritanya yang beda. Dari sini kita bisa tau kalo Paulo Coelho itu penulis yang suka bereksperimen, enggak terjebak sama gaya bercerita mainstream dan mencoba cara baru dan nyeleneh untuk menyampaikan kisahnya. Meskipun enggak sebagus Sang Alkemis, tapi aku tetap suka dengan novel ini. Ada banyak pesan juga, meskipun beberapa diantaranya aku enggak ngerti, heheheh.
BalasHapus