Seringkali saya bertanya pada diri sendiri, “berapa banyak hal tolol yang
saya lakukan untuk membuat orang lain berpikir bahwa hidup saya menarik?”
Salah satu pikiran aneh saya, entah apa juga orang lain merasa sama̶̶
̶ bahwa saya seringkali menganggap di
suatu tempat, terdapat kamera rahasia yang merekam hidup saya dalam adegan
lambat. Itulah yang membut saya harus melakukan sesuatu yang menarik.
Untuk mendapat pengakuan?
Mungkin saja, walau kebanyakan orang yang saya ketahui takkan peduli.
Apa itu membuat sedih?
Kebanyakan orang terpenting dalam
hidup saya memiliki kesibukan tinggi dan hal-hal yang saya lakukan tak cukup
layak untuk dimasukan ke skala prioritas mereka. Ada hal-hal penting yang harus
mereka raih, hal-hal hebat untuk dilakukan. Hal-hal yang membuat saya turut
bangga atas pencapaian mereka.
Ngomong-ngomong tentang kesedihan,
saya pikir ini waktu yang tepat untuk bertanya, kapan terakhir kali saya
bersedih?
Saya sering menangis, tapi saya pikir itu bukan jenis kesedihan. Mata
perlu dibasahi dan hati perlu dicuci bersih dengan ‘cairan’ yang benar-benar
murni. Saya menangisi anak penderita disleksia di film India, saya menangisi
Erik buruk rupa di The Phantom of The Opera, saya menangisi siswa saya yang
memutuskan untuk berhenti sekolah. Kadang saya menangis untuk diri sendiri.
Itukah jenis kesedihan? Apa itu kesedihan? Ketika semuanya terlihat biru,
begitu? Atau hanya ketika merasa terharu?
Menangis saja! kadang kita memerlukannya, bukan hanya karena kita tak
bahagia.
Aku suka menangis dan di sana memang ada waktu yang sempurna untuk
menitikkan air mata. Saat matahari terlalu cerah dan saya menantang diri saya
untuk menatap cahayanya. Misalnya.
Alih-alih bersedih, seringnya saya merasa bosan.
Saya suka kebosanan, itu hanya seperti makanan pembuka untuk kreativitas.
Ketika bosan, kita memutuskan untuk enyah darinya dan melakukan sesuatu di luar
kebiasaan. Saya mungkin tak pernah tahu bahwa bisa menulis kalau saja saya tak
bosan dengan bahan bacaan saya dan mencoba menulis sendiri cerita yang saya
inginkan. Saya mungkin takkan pernah tahu bahwa saya bisa memasak, seandainya
empat tahun lalu saya tak bosan dengan makanan dari warung makan sebelah kosan.
Saya mungkin tak tahu bahwa diri saya butuh dicintai oleh diri sendiri lebih
dari yang pernah saya ketahui kalau saja saya tak menarik diri dari acara
sosialisasi penuh basa-basi. Belakangan saya lebih betah jadi penyendiri,
karena saya tahu suatu hari nanti saya akan merindukan hari-hari di saat saya
membutuhkan waktu untuk diri sendiri. Selagi bisa, nikmati!
Entah apa yang ingin saya tuliskan, tapi beberapa hal perlu abadikan
dalam bentuk kata-kata agar tak begitu saja terlupakan. Saya pikir ini catatan
ringan tentang rangkuman kehidupan sepanjang tahun ini.
Ini tahun yang berat, menguras keringat, butuh ekstra semangat tapi tentu
saja sangat hebat. Banyak hal yang perlu dipelajari dan untuk itu saya sangat
bersyukur dan berterima kasih.
Dan Phil Collins saya anggap saja sengaja menyanyikan lagu ini untuk
saya, “Cos there's a shining through. I see your true colors. And that's why I
love you. So don't be afraid to let them show. Your true colors, true colors.
True colors are beautiful, Beautiful, like a rainbow.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar