Keterangan Buku:
Judul :
Me Before You (Sebelum Mengenalmu)
Pengarang : Jojo Moyes
Alih Bahasa : Tanti Lesmana
Desain Sampul : Edward Iwan Mangopang
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Indonesia
Cetakan kedua :
Juli 2016
Halaman :
656
ISBN :
078-602-03-3246-8
Peringatan: Tulisan ini akan mengandung begitu
banyak spoiler. Terlalu banyak
melibatkan emosi saya sebagai pembaca, dan jangan membacanya jika kalian
terlalu mencintai Will Traynor.
Lima hal yang saya
benci mengenai Will Traynor.
- Saya benci karena dia, di kepala saya begitu mirip perpaduan antara Mr. Darcy dari Pride and Prejudice dan The Beast dari Beauty and The Beast. Dua pria favorit saya.
- Saya benci karena dia begitu egois dan keras kepala.
- Saya benci karena dia begitu rapuh.
- Saya benci karena dia sangat kekanakan.
- Diatas segalanya saya benci karena dia membiarkan gadis yang dicintainya jatuh cinta padanya.
Tadinya saya berpikir
bahwa wisata operasi plastik Korea adalah hal paling tak masuk akal, sampai
akhirnya wisata kematian di Swiss menggeser posisinya (baca: Lembaga Pusat
Bunuh Diri Dignitas) Novel ini selain berbicara tentang cinta dan keluarga juga
berbicara tentang dignitas, sebelumnya saya akan membukanya dengan blurb dari novel yang saya benci
sekaligus sangat saya cintai. Jika Will bisa menolak hidup yang dipilihkan
untuknya, kenapa saya tak bisa menolak bahwa bukan jalan cerita macam ini yang
saya inginkan, bukan ending seperti
ini yang harus saya hadapi.
Blurb:
Lou
Clark tahu banyak hal. Dia tahu berapa langkah jarak antara halte bus dan
rumahnya. Dia tahu dia suka sekali bekerja di kedai kopi The Buttered Bun, dan
dia tahu mungkin dia tidak begitu mencintai pacarnya, Patrick.
Tetapi
Lou tidak tahu bahwa dia akan kehilangan pekerjaannya, dan peristiwa apa saja
yang akan menyusul kemudian. Setelah mengalami kecelakaan, Will Traynor tahu
dia sudah tidak berminat lagi untuk melanjutkan hidupnya. Dunianya kini
menyusut dan tak ada lagi suka cita. Dan dia tahu betul, bagaimana mesti
menghentikannya.
Namun Will
tidak tahu bahwa sebentar lagi Lou akan masuk ke dunianya dengan membawa
warna-warni ceria. Mereka berdua sama-sama tidak menyadari, betapa mereka akan
membawa perubahan besar ke dalam kehidupan satu sama lain.
Louisa Clark, hampir tak
pernah meninggalkan kota kecilnya, William Traynor menjelajah hampir separuh
dunia. Lou begitu memandang rendah dirinya hingga dia tak mengetahui potensi
apa yang dimilikinya. Will begitu memandang tinggi dirinya hingga dia ingin
menolak hidup untuk menjalani tragedi yang menimpanya.
Lou mencintai keluarganya
yang tak pernah mendekati pengertian cukup secara material, berbeda dengan Will
dia mendapat lebih dari apa yang layak diterimanya. Rasanya kecelakaan di luar
kontrolnya melukai harga dirinya. Will naik motor, Will mendaki gunung, Will
melakukan berbagai hal ekstrem tapi ternyata harus menderita quadriplegia akibat kecelakaan karena kecerobohan orang lain, tak
jauh dari rumahnya, yang membuatnya seakan terpenjara di kursi roda, yang
membuat dirinya tak sama lagi dengan siapa dirinya yang dia anggap sebelumnya.
Setelah berhenti bekerja
Lou menerima saja pekerjaan apapun demi uang bahkan untuk menyenangkan pria
yang pada awalnya membuat hidupnya terasa di neraka. Lou butuh uangnya;
kakeknya jadi tanggungan keluarga, ayahnya terancam dipecat, serta adik dengan
status ibu tunggal dengan bocah lelakinya akan masuk asrama, adiknya akan
kuliah lagi. Lou selalu merasa dia tak punya otak, tak memiliki potensi apapun.
Hingga Will mengubah banyak hal untuk hidup Lou yang agak tak adil bagi saya,
karena setelah apa yang Lou lakukan padanya Will bahkan tak mau mengubah
pilihannya.
Bayangkan, gadis dengan
pakaian konyol, sepatu norak, juga selera konyol buruk yang nyaris tak punya
hobi. Dia seolah tak memiliki ketertarikan apapun, ralat selain pacarnya,
Patrick, ah tidak juga, baiklah, dia mencintai legging hitam kuning bergaris dari masa kecilnya dulu. Ada hal
manis yang akan Will lakukan untuknya nanti mengenai hal ini.
Dia dipertemukan dengan
pria angkuh kekanakan yang lelah dalam kesakitan dan frustasinya. Harusnya tak
sampai lima bulan untuk mencari cara membuat Will melanjutkan hidupnya,
seandainya Lou berkeras seperti pertama kali Will melunak padanya. Lelaki
seperti Will tak suka dibantah, dia selalu melakukan apa yang tak diharapkan
darinya. Seandainya lebih awal Lou terang-terangan mengharap kematian Will,
seandainya saja. Hanya tololnya Lou tak setitikpun mampu menyembunyikan
perasaannya.
Membandingkan Novel dan Filmnya
Selalu saya selalu
menyukai versi novel dari apapun yang difilmkan, hmmm baiklah Brokeback
Mountain juga Flipped antara buku dan filmnya setara, sayangnya tidak buat Me
Before You. Selera berpakaian buruk Lou terkesan masuk akal, mengingat
peristiwa yang menimpanya di labirin kastil di masa lalu. Sementara di film, Lou
hanya terlihat seperti perempuan dewasa yang menolak meninggalkan masa pra
remajanya. Jika Will di novel dengan posisinya bukan sebagai anak tunggal juga
drama keluarga miliknya menjadikan masuk akal pilihan akhir hidupnya, tapi di
film Will mengingatkan saya pada Colin Craven dari cerita anak-anak The Secret
Garden.
Hal terburuk dari
segalanya adalah, lelaki yang terlalu lelah menghadapi kehidupannya malah
menyuruh perempuan yang dicintainya menjalani hidup dengan keberanian.
Sebuah novel bagus kadang
tak berisi cerita menyenangkan, dia kadang memprovokasi pembacanya untuk merasakan
perasaan yang kadang pembaca sendiri tak suka untuk merasakannya. Itu yang
novel ini lakukan pada saya.
Jadi ibu Citra,bacanya dari Ebook atau novel langsung yg satu ini
BalasHapusFilm ini membuat ku menangis berkali2... Andai Will tau bahwa hidup adl sesuatu yg sgt berharga dan patut disyukuri...
BalasHapus