Keterangan
Buku:
Judul : Rooftoppers (Para Penghuni
Atap)
Penulis : Katherine Rundell
Penerjemah : Ambhita Dhyaningrum
Desain
Sampul : Fatimah Zahra
Penerbit : Metamind
Tanggal
Terbit : Solo, 2016
ISBN : 978-602-9251-31-9
Jumlah
halaman: 299
Blurb:
Tidak
ada yang percaya bahwa ibu Sophie selamat dari kecelakaan kapal yang terjadi
ketika Sophie masih bayi. Kemungkinan selalu ada dan Sophie tidak kehilangan
harapan untuk dapat bertemu dengan ibunya kembali. Saat lembaga keejahteraan
melayangkan surat kepada pengasuh Sophie agar mengirimkannya ke panti asuhan,
Sophie melarikan diri ke Paris. Ia mencarinya dengan satu petunjuk, alamat yang
tertulis di boks cello yang
menyelamatkan nyawa Sophie saat masih bayi. Sophie pun bertemu para penghuni
atap (rooftoppers) dan
menjelajahi atap-atap kota Paris untuk
mencari keberadaan ibunya sebelum harapan hilang selamanya.
Review:
Bolehkah saya memulai dari sampulnya
? Pemandangan kota Paris yang cantik terlihat dari tempat Sophie memandangnya.
Hanya saja, Sophie memiliki rambut menyala, Sophie berambut petir. Ataukah
cahaya bulan meredupkan warnanya? Sophie
menurut saya adalah versi pra remaja dari Amelie Poulain.
Pernahkah seseorang membayangkan
merayakan ulang tahun pertamanya terapung di kotak cello di tengah-tengah Selat Inggris? Itulah yang terjadi padaeorang
bayi mungil yang menggemaskan namun
tentu saja dalam bahaya.
Adalah
Charles Maxim yang menyelamatkan bayi itu dan memutuskan untuk merawatnya.
Seorang pria terpelajar dengan bayi
dalam pelukannya. Itu pemandangan indah! Di bab-bab awal sulit sekali bagi saya
mengendalikan diri untuk tak jatuh cinta pada ayah angkat si bayi Sophie ini. Pastilah
Charlie agak ‘unik’, karena pada seorang bayi dia mengatakan hal seserius ini, “Sungguh, aku takut, memahami buku jauh lebih
mudah bagiku ketimbang memahami orang. Buku sangat mudah untuk diajak
bersahabat.” Kau tahu Charlie, itupun yang kurasakan. Tapi, aku tak
memiliki ‘Sophie-ku’ untuk mengatakan hal tersebut!
Sayang, menurut Agen Perlindungan
Anak Nasional, Charlie bukanlah ayah asuh yang sempurna. Namun, sebagai pembaca
cara mengasuh Charlie tentulah sangat menyenangkan. Okay, Charlie dan Sophie hidup berantakan, fiuh toh ketidakrapian
juga tak berbanding lurus dengan kebahagiaan. Akan tetapi tak mudah untuk
membuat Miss Eliot si petugas Perlindungan Anak untuk terus membiarkan Sophie
berada diasuhan papa Charlie. Miss Eliot berpikir Sophie adalah milik Negara.
Negara bukanlah orang, Negara tak bisa mencintai siapapun.
Hingga
suatu hari di ulang tahunnya yang ke-12. Para pecinta buku akan iri atas kado
ulang tahun yang diberikan Charlie pada Sophie. Sophie mendapat selusin buku
layak koleksi bersampul kulit. Buku-buku itu adalah buku kesayangan Charlie.
Charlie menganggap bahwa usia dua belas tahun adalah saat yang tepat untuk
mengumpulkan benda-benda. Sayang, hal terbaik di hari ulang tahun Sophie harus
berakhir manakala surat dari Agen Perlindungan Anak memutuskan untuk mengambil
Sophie dari Charlie. Di sini saya seerti membaca adegan dalam film I am Sam.
Itu salah satu film terbaik yang pernah saya tonton.
Kisah
berlangsung seru, karena tentu saja Sophie dan Charlie tak akan patuh. Mereka
kabur ke Prancis, selain untuk menghindari Agen Perlindungan Anak. Sophie
percaya bahwa selalu ada kemungkinan untuk menemukan ibunya yang nyaris sulit
dipercaya bahwa ibunya masih hidup sejak kecelakaan kapal di ulang tahun
pertamanya. Jangan pernah mengabaikan
kemungkinan, setidaknya kalimat itu beberapa kali terulang dalam buku ini.
Petualangan
Sophie menemukan ibunya ini mempertemukannya dengan para penghuni atap (rooftoppers) adalah Matteo, yang
mengingatkan saya pada Scipio dari Pangeran Pencuri. Petualangan Sophie dan
Matteo bikin deg-degan apalagi ketika mereka melompati atap-atap gedung untuk
membelah malam.
Ini yang
saya sukai dari cerita anak-anak. Bahwa ada kekuatan untuk membuat pembaca
percaya untuk meyakini harapan. Karena untuk orang dewasa mempercayai itu
semacam bakat yang menguap seiring bertambahnya usia.
Mengenai
Matteo, saya merasa ditampar dengan caranya menjalani kehidupan. Begitu
sederhana dan membuat saya merasa sebagai orang dewasa manja. Terima kasih nak,
saya memang membutuhkan tamparan sekeras ini. Selain itu juga ada Anastasia
serta Safi dan Gerard. Mereka anak-anak terlantar yang tak gentar menghadapi
kerasnya hidup.
Saya
ingin member tepukan meriah untuk Katherine Rundell atas kisah yang sangat
indah ini. Seorang pembaca tak selalu beruntung untuk menemukan buku yang
menghangatkan hati semacam buku ini. Selain itu, buku ini membuat saya kembali
mengenang betapa indahnya perasaan penuh keyakinan yang dimiliki setiap anak
yang dulunya kitapun pernah merasakannya. Indah dan menyenangkan untuk dibaca.
Seperti membaca buku anak-anak klasik. Banyak kalimat yang saya sukai.
Salah
satu favorit saya adalah berikut ini; “Cinta
bukan untuk membuatmu merasa istimewa. Cinta membuatmu merasa berani.”
Selamat Charlie, dengan cintamu kamu telah menumbuhkan gadis seberani Sophie.
Agen perlindungan anak harusnya menghargaimu!
Membaca
Rooftoppers adalah sebuah pengalaman membaca yang indah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar