Kalo cinta, pasti dua
arah
jika hanya satu diantara kita yang merasakannya
itu cuma obsesi gila!
***
Aku
sedang memperhatikan seorang gadis yang seperti kertas gambar yang penuh
coretan crayon warna-warni; dia memakai bando polkadot ungu dengan totol pink, headset berwarna hijau neon, memakai sweater rajut warna kuning, syal warna orange, rok warna merah, dan legging
warna biru tosca, kakinya dibalut
kaus kaki motif pelangi, jangan bilang norak! Karena dia pasti akan marah,
itulah dia Milly, sahabatku yang kuculik dari rumahnya (padahal dia sedang
terserang batuk-pilek parah) untuk menemaniku ke perpustakaan kota, skripsi dan
tuntutan wisuda dengan segera dari orang tua nyaris membuatku gila!
Dia sedang telungkup di ruang baca khusus anak-anak yang berkarpet
dan memiliki bantal-bantal nyaman, dia membantah petugas yang melarangnya, tapi
setelah dia menunjukkan hidungnya yang merah dan meler, mereka membiarkannya,
lagi pula jam dua siang tidak ada anak-anak yang berkunjung, apalagi di luar
hujan deras.
Melihatnya
dari jauh membuatku berpikir bahwa Milly seperti anak lima tahun yang terjebak
dalam tubuh cewek 22 tahun, tingkahnya konyol dan manja, tapi jangan salah
dibalik semua keanehannya dia gadis cerdas, melihat dari pilihan bacaannya, dia
memilih The Mapping Human of History-nya Steve Olson, alih-alih kisah cinta
manusia dengan Vampire yang jadi primadona di rak fiksi.
Aku
menghampirinya dan duduk di sampingnya, kupikir sudah waktunya pulang, aku tak
menemukan apa yang kucari.
“Balik
yuk!” ajakku, mood-ku benar-benar
jelek hari ini, semprotan dosen, desakan orang tua, juga cewekku yang menggila
gara-gara lagi ternoda si merah membuatku bisa benar-benar gila.
“Gue
masih pewe buat rebahan” tanpa melihatku, Milly menjawabku seenaknya, matanya
tak lepas dari buku bacaannya.
“Mil…”
“Hmmmm…”
“Gue
bête!”
Dia
berdecak, lalu memandangku dengan tatapan melotot, dia bangkit dari posisinya
dan duduk bersila di depanku, dia menutup bukunya, lalu menatapku, menantang.
“Besok-besok aja tuh si Regina, cewek elo ke sini, biar dia bisa baca buku yang
ngebahas kesamaan antara otaknya dengan otak manusia purba, dan juga, giliran
elo susah, gue yang dibawa-bawa, seneng-seneng doing elo ma pacar elo, pas
nggak enaknya, elo ajak gue” dia marah-marah, kita sahabat akrab, sejak kecil,
selalu satu kelas dari TK sampe kuliah, sebenarnya aku yang ngikutin dia,
keberhasilan akademikku, adalah lebih karena jasanya.
Dia
masih mengomel tanpa henti, entah apa yang dibicarakannya aku tak peduli, aku
selalu menikmati bagaimana kata-kata itu meledak bagai petasan di dalam
mulutnya, suaranya memekakan telingaku tapi, menghentikannya sama mustahilnya
dengan mendamaikan Palestina dan Isreal, jadi entah ini pengaruh afeksi atau
otak horny, tiba-tiba saja aku
membungkam mulutnya dengan sebuah ciuman, setelahnya, tak ada yang bicara
diantara kita. Hanya saling bertatapan dalam diam.
Lama-lama
aku tersiksa dengan kebisuan ini, jadi kuputuskan untuk bicara.
“Sorry Mil…gue nggak maksud” hanya itu
yang bisa kukatakan.
“Elo
suka kan sama gue, dari dulu!” suaranya seperti tembakan meriam, beberapa mata
melihat ke arah kami, tapi Milly tak peduli. “
“Ya
itu bener, cuma orang bego yang nggak nyadar kenapa untuk hal-hal yang penting
gini gue lebih sering sama elo ketimbang sama cewek gue”
“Jadi
elo bilang gue bego?”
“Trus
apa?” aku membantah “kalo nggak bego apa namanya! Masa elo nggak nyadar-nyadar
juga!”
“Itu
bukan cinta, Ryo! Kalo cinta, pasti dua arah, jika hanya satu diantara kita
yang merasakannya, itu cuma obsesi gila.
“Jadi
elo nggak ada rasa?” aku bertanya keheranan, nggak mungkin, aku nggak pernah
ditolak, cewek manapun bisa gue dapatkan, termasuk si silly Milly, apakah dia harus sekonyol julukannya? Jika dia ingin
menemukan orang yang sekonyol dirinya, aku tak masalah, akan kulakukan,
bagaimanapun caranya, agar dia tau kalo aku cinta sama dia!
“Gue
nggak cinta sama elo! Kita sobatan, okay?” Milly meyakinkanku, harusnya dia
berhenti menipu dirinya sendiri, kucoba buat dia yakin, kucoba cium dia sekali
lagi….tapi….
“Huaccchhhhhiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiim”
dia bersin hebat tepat di depan mukaku dan dia nyengir jail khasnya “sorry”
Aku
kecewa.
“Okay…gini
aja, buat gue jatuh cinta, dalam waktu seminggu, sampai vals day tiba elo harus nembak gue, tapi selama seminggu ini elo
harus yakinin gue untuk jatuh cinta sama elo, okay?”
Dan
yeah, aku Ryo, dan tak ada satu orang cewekpun yang tak jatuh cinta padaku!
***
08/02/2012
“Elo
mesti putus dari Regina, gimana gue yakin elo sayang sama gue kalo elo masih
jadi pacarnya?” tuntutan pertama dari Milly, yeah dia benar
“Akan
gue lakuin agar loe percaya” aku meyakinkan
“Nice!”
09/02/2012
“Gue
suka banget Ice Cream Mint yang
dicampur sama sama Ice Cream Coffee Choco
Banana Split” katanya manja sambil mencampur dua jenis ice cream dalam satu mangkuk, lalu menyendokinya dan menyuapiku
dalam suapan besar. “Elo juga suka kan, Yo?”
Aku
mengangguk, walaupun ada rasa mual di lidah dan pergolakan maha dahsyat dari
alat-alat pencernaanku.
“Karena
kita punya makanan favorite yang
sama, sekarang kamu abisin yak”
Dan
aku menghabiskannya dengan pengorbanan luar biasa, sementara Milly
menyemangatiku dengan senyum manisnya, well,
mungkin aku akan puasa ice cream
sampai lima tahun ke depan.
10/02/2012
“Kan
lagi trend tuh, baju couple yang unyu-unyu, besok kita ke
kampus pake baju couple ini yak?”
Milly memberiku t-shirt berwarna pink dengan gambar cewek bertampang
genit sedang meniupkan ciuman.
Dan
aku tak punya alasan untuk menolak
11/02/2012
“Ponakan
gue si Moniq, ultah lho ntar sore, bisa bantuin tiupin balon nggak?” katanya
manja dengan tatapan mata seperti anak anjing tidak berdosa sambil menyerahkan
beberapa lusin balon warna-warni ke tanganku.
Aku
nyaris kehabisan nafas.
12/02/2012
“Mbak
Nila lagi ngidam nih, ntar sore mampir di rumah yak, kita rujakan bareng mama
juga”
Aku
tak tau apa yang terjadi tapi yang jelas setelah acara rujakan bareng para
calon keluarga masa depanku itu, aku mendadak mengalami masalah pencernaan. Aku
tak boleh menyerah!
13/02/2012
“Temani
gue jadi baby sitter buat jagain si
Moniq yak?” lagi-lagi lampu merah tanda bahaya kedap-kedip dalam kepala, tapi
apa daya, demi cinta, aku hanya bisa mengangguk saja, dan tak susah untuk
menebaknya. Semuanya berakhir bagai bencana, semua kukuku di cat warna magenta ceria, ada pita merah muda di
puncak kepala, dan pipi juga bibirku berubah memerah, selain itu aku harus
belajar dance dan lagu ceria ala girlband favorite si bocah kecil nan
lucu juga bikin hidupku tersiksa, menghafal lagu Beautiful hingga yang berjudul
Dilema, selain itu aku tiba-tiba saja mendadak punya senyum yang anehnya, bisa
bikin aku seperti orang-orang jenis kelamin ketiga!
14/02/2012
Akhirnya, hari ini tiba juga, dan
seperti hal yang dilakukan cowok untuk nembak cewek di hari Valentine, aku udah
siapin; sekotak cokelat praline,
boneka Teddy Bear lucu dan seikat mawar warna pink, tapi begitu aku tiba di
depan rumah Milly, dia malah menyambutku dengan pakaian serba hitam, dengan smokey eyes dan dandanan seperti orang
yang mengalami kematian spiritual. Dia mengajakku untuk ke taman samping rumahnya,
ada ayunan saling hadapan dari besi dengan kanopi.
“Sorry,
buat semingguan ini” itu yang diucapkannya dengan pelan, dan mata dengan eye
liner ketebelannya menatapku sendu. “Harusnya elo nyerah Yo, gue pengen elo
nyerah, gue nggak pengen elo pada akhirnya makin niat jadiin gue pacar, gue mau
elo ilfeel sama gue”
“Gue sayang sama elo Mil” aku
meyakinnya, dengan menatap matanya yang kini membuatku tak nyaman, aku tak
melihat lagi Milly yang kukenal di sana.
“Sayang aja nggak cukup!”
“Apa yang elo rasain Yo?” dia bertanya
dalam nada yang terdengar seperti campuran marah dan mengejek
“Sayang, cinta, kasih” aku tak
menemukan lagi kata lainnya, harusnya dia tau cowok tak bisa mengatakan hal-hal
seperti itu.
“Akan gue hargai kalo seandainya elo
bilang bahwa di sini…” Milly menyentuh dadaku, di dekat hatiku berada. “…juga
ada kepercayaan, penerimaan, rasa dekat, kebaikan hati, persahabatan dan juga
rasa hormat”
Seharusnya dia tau aku tak bisa
berkata-kata
“Hari ini gue kayak berkabung kan? Gue
benci Valentine! Elo tau apa yang dibilang Biyan pas nolak gue pas kita kelas
satu SMA?”
Aku
tak tau karena aku tak ada pada saat itu, tapi yang jelas seminggu sebelum hari
Valentine itu Milly berubah… tapi cuma bertahan seminggu, jadi cewek seperti
yang diinginkan Biyan; kalem, lembut dan dewasa, tapi Milly ya Milly.
“Dan
gue gagal jadi cewek seperti yang diinginkan Biyan, dari situ gue sadar Yo,
bahwa gue bukan buat dia, nggak ada kembang api diantara kita Yo, sama kayak
nggak ada kembang api antara gue dan Biyan, cinta ya cinta, jangan dipaksa,
jika kita terlalu memaksa, malah bisa berbahaya, seseorang yang mencintai kita
akan menerima kita apa adanya, bukan orang yang mau melakukan apa saja untuk
orang yang dipikir dicintainya! Mengerti maksudku?” dia menatapku sambil
menggeleng. “Seharusnya elo bilang elo benci harus mutusin Regina, Regina cuma
bermasalah dengan otak begonya kan?” dia tertawa kecil “Harusnya elo nggak
makan ice cream rasa muntahan”dia
menggeleng “harusnya elo tersinggung pas gue paksa pake baju norak itu,
harusnya elo nolak, dan nolak, dan nolak permintaan idiot nggak masuk akal yang
gue minta!” suaranya terdengar tak sabaran “Gue benci Valentine dan orang yang
terobsesi dengan Valentine bukan karena mengejar cinta tapi hanya memaksa
egonya! Pikirin sekali lagi, ini bukan cinta Yo, kalo cinta gue juga pasti
rasa, jangan jadi idiot kayak gue dulu” dia diam lalu bicara lagi “Temukan
Valentine-mu, seseorang yang kamu tau bahwa cintamu juga terbalas olehnya,
selamatkan hatimu” Milly meninggalkanku pergi.
Entah
mengapa saat dia mengatakannya, otakku menampilkan bayangan Regina, dan semoga
dialah orangnya, karena, ya, aku merasakannya, semoga dia masih mau menerima.
Keren bgt,i like this
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKeren
BalasHapusBgus bgt
BalasHapus