Judul Buku : Cerpen Kompas
Pilihan 2005-2006 RIPIN
Jenis Buku : Fiksi
Penulis :
Ugoran Prasad, Kurnia Effendi, Eka Kurniawan, Danarto, Djenar Maesa Ayu, dkk.
Penyunting : Ninuk Mardiana
Pambudy
Desaian dan
Ilustrasi Cover : A.N Rahmawanta dan
Ipong Purnama Sidhi
Penerbit : PT. Kompas
Media Nusantara
Cetakan : Kedua, November 2007
Tebal : 180 hlm
ISBN : 978-979-709-314-3
Seperti dikatakan di
bagian sampul belakang buku, buku kumpulan cerpen Kompas memakai Cerpen Kompas
Pilihan sementara biasananya menggunakan judul Cerpen Pilihan Kompas. Dan, bila
sebelumnya cerpen-cerpen yang akan diterbitkan menjadi buku itu dipilih
sejumlah anggota Redaksi Kompas maka, kali ini proses pemilihan sepenuhnya diserahkan
kepada pihak luar; Prof Dr Bambang Sugiharto, guru besar Filsafat dan Nirwan
Dewanto, penulis berbagai genre sastra.
Terdapat enam belas cerpen dalam
buku ini, dan alasan kenapa saya memilih dan membeli buku ini karena judul buku
ini adalah nama panggilan dari bapak saya. Dan saya harus katakan bahwa Ripin
sendiri adalah kisah yang paling saya sukai dalam buku ini, terlepas dari
alasan kenapa saya memilih buku ini. Ripin, Ibu Pergi Ke Laut, serta Rumah
Hujan adalah cerpen-cerpen kesayangan saya dan Caronang, Bocah-bocah Berseragam
Biru Laut, juga Mata Mungil yang Menyimpan Dunia membuat saya menyayangkan
tokoh anak-anak yang menjadi korban dari yang lainnya. Kebanyakan cerita ini
menceritakan tentang anak-anak baik secara utuh maupun sebagian, dan tentang
anak-anak saya sungguh menggunakan perasaan dan ini memang tidak objektif tapi
terserahlah.
Tentang Ripin yang adalah anak
dengan keinginan sederhana untuk membawa emaknya ke pasar malam demi melihat
sang idola dari emaknya yang berakhir tragis. Ibu Pergi Ke Laut, sangat
mengiris hati, Dinda mengirim surat untuk ibu di laut melalui sang hujan.Rumah
Hujan, tentang Narpati bocah yang ditinggalkan oleh orang tuanya di rumah huan
yang penuh misteri. Sementara untuk Caronang saya sungguh marah atas kematian
Baby dan sungguh bersedih untuk nasib anak-anak di Anak-anak yang Berseragam
Biru Laut,' Kami belum ingin surga. Kami
ingin dunia. Kami ingin belajar menjadi
manusia. Tetapi, kami tak sanggup berada di dunia yang dulu.' Dan Mata
Mungil yang Menyimpan Dunia tak lagi bisa memandang dunia yang indah dengan
cara yang sama akibat keserakahan orang dewasa.
Cerpen-cerpen ini indah dengan
sentuhan perasaan karena membawa sudut pandang anak-anak di sebagian besar
ceritanya, walau jelas ini bukan kisah anak-anak. Tapi, berbeda dari sudut
pandang orang lain yang membahas buku ini, saya menyukai buku ini karena hal
tersebut.
Ada banyak kisah menarik lainnya,
seperti Nistagmus yang tentang seorang penulis obituari yang menadi korban dan
saksi Tsunami, cerpen satire Piknik, dan saya berusaha menikmati Air juga Jejak
yang Kekal, Mata Sultani, Sayap Kabut Sultan Ngamid, Sumur, Gerobak dan
Malaikat Tanah Asal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar