Kita tidak bisa
Memilih orangtua sempurna
Untuk
Kado kelahiran kita
Memilih orangtua sempurna
Untuk
Kado kelahiran kita
Yep! Kupikir William
Goldman benar dengan “ Hidup ini tidak adil, hidup hanya adil bila dibandingkan
dengan kematian., itu saja!”, tapi terserah sih kalau kamu menganggapnya hanya
sebagai sebuah omong kosong. Percayalah! Seandainya kamu jadi aku, kamu akan
merasa bahwa apa yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran, sayangnya tidak
semua orang mengalami kehidupan memuakkan. Well, akan kuceritakan tentang
hidupku yang bahkan lebih parah dari kematian.
Umurku memang baru 15
tahun, tapi aku sudah mengalami berjuta-juta masalah, bahkan sebelum aku
dilahirkan. Yeah! Aku tinggal meresmikan “masalah” sebagai nama tengahku, tapi
orang-orang di sekitarku yang “kebetulan” masih ada pertalian darah denganku,
termasuk Omaku tersayang malah menyebutku dengan “si sebuah kesalahan”. Sebuah
panggilan sayang yang indah! (Idiot mana sih yang bilang kalo darah itu lebih
kental daripada air?)
Kisah ini sebenarnya
diawali oleh dua remaja idiot yang sialnya adalah orangtuaku (ampuni aku
Tuhan!). Mereka sepasang remaja awal 90-an yang kurasa....seandainya mereka
tidak memiliki otak primitif pastinya mereka tahu tujuan kondom diciptakan,
sehingga ketika ibuku sedang horny dan ayahku sedang mengalami
kesulitan untuk mengendalikan testosteron-nya yang membua....sebaiknya aku
menyensor bagian ini, intinya seenggaknya kondom bisa mencegah kehadiranku di
muka bumi! (Apa majalah remaja awal 90-antidak pernah memuat artikel “THE RISK OF SEX BEFORE MARRIAGE?”).
Oke, dengan berat
hati kukatakan bahwa aku adalah salah satu produk dari FREE SEKS! Dan apa panggilanmu buatku? BASTARDA? LOVE CHILD? ANAK
YANG LAYAK DIA BORSI? HARJA (CARI SENDIRI ARTINYA!)? Tapi untuk menyamakan panggilanmu dengan orang lain, dan bila kamu
tidak keberatan, kamu boleh memanggilku dengan Keyra.
Sebenarnya, aku tidak
terlalu mengenal diriku sendiri, selain bahwa aku adalah “hal yang tak
seharusnya ada” menyedihkan! Awalnya memang ,melukaiku, tapi aku tahu tak
banyak orang yang peduli dengan perasaanku, jadi buat apa buang-buang energi?
Aku bukanlah gadis
manis, lagipula apa gunanya menjadi gadis manis bak Cinderella kalau toh
sekitarmu pasti mendengung-dengungkan “buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya”
ungkapan itu artinya sama saja dengan “kalau ibunya jalang, anaknya pasti
jalang juga”. Kata-kata tak menyenangkan yang terdengar disekitarku memaksaku
untuk membenci semuanya, termasuk diriku sendiri (sebenarnya sih kadang-kadang,
hanya kalo mood-ku lagi nggak bisa diajak kompromi).
***
Aku sedang mengalami
ledakan emosi yang mahadashyat! Semuanya membuatku
marah, karena;
marah, karena;
1. Aku terlambat ke sekolah dan aku mendapat hukuman membersihkan
toilet cewek!
2. Aku dikeluarkan dari kelas di jam Bahasa Inggris hanya karena
aku lebih memilih mendengar musik dari i-podku daripada mendengar penjelasan
guruku di depan kelas, seharusnya Miss Olga sadar kalo pelajarannya
membosankan.
3. Nilai ulangan Math-ku dapat 0! Aku tidak akan protes atau
marah-marahseandainya aku bego dan jawabanku salah semua, tapi kenyataannya aku
bisadapat nilai 100, hanya saja kalau Bu Arini tidak menyebalkan dan aku
tidaktergoda untuk menggambar karikaturnya lengkap dengan taring dan
tandukdibelakang lembar jawabanku. Ya ampun dia sama sekali nggak punya
selerahumor!
4. Aku disidang atas ketiga dosaku diatas, oleh para guru BP, dan
kupikir semuanya berakhir sampai disitu, ternyata mereka menyertaiku dengan
surat skors yang harus kuberikan pada Mamaku. Ya ampun, kenakalanku tidak
terlalu parah dan skors seminggu kurasa terlalu berlebihan, sementara Tara yang
menyimpan kondom 12 warna dan Test Pack di lokernya atau
Alank and the gank yang nyimenk di belakang Lab Biologi, dan
pasangan Amanda-Kevin yang melakukan aktivitas bertukar liur di toilet cewek
tiap pulang sekolah. Mereka aman-aman saja, entah karena tidak diketahui atau
para guru itu pura-pura tidak tahu, sekali lagi hidup memang tidak adil!
5. Oh yeah!!!!!!!!!!!
Aku suka masalah, ada lagi?????????????
“Ma, aku diskors!
Yeah, cuma karena aku telat, mendengarkan I pod dikelas dan sedikit menggoda
guru Math-ku, hmmmmm.... Aku nggak perlu mendapat hukuman tambahan dari mama
kan?” aku mencoba untuk bersikap sesantai mungkin saat menyerahkan surat
skorsku. Mamaku kelihatan capek dan bosan, aku tahu pekerjaanya
sebagai fashion stylist di sebuah majalah fashion remaja memang melelahkan, apalagi bila harus menghadapi model abege yang manjanya sekebon.
sebagai fashion stylist di sebuah majalah fashion remaja memang melelahkan, apalagi bila harus menghadapi model abege yang manjanya sekebon.
“Key, kamu bikin Mama
gila! Kapan sih kamu bisa berhenti bikin masalah dan bisa bikin Mama sedikit
tenang?” Mama menatapku dengan sinis dan dia menyalahkanku lagi, sebenarnya aku
ingin tetap santai tapi Mama memancing emosiku.
“Oke, aku tau, aku
selalu bikin Mama pusing dan wajar bila Mama jadi gila dengan segala masalah
yang aku buat, tapi asal Mama tau, Mama bikin aku sial dengan melahirkan aku ke
dunia yang menyebalkan ini, Ma...kenapa dulu nggak sempat mikirin aborsi sih?”
“Yah, aku benar-benar
idiot! Karena apa yang kupertahankan untuk tetap hidup sama sekali tak
menghargainya” dia bicara dengan nada mengejek dirinya sendiri.
“Kalo Mama pintar,
Mama pasti sempat mikirin, seenggaknya, kondom! ” kataku ketus
“Terima kasih anak
sok tau! Sayangnya semua sudah terlambat dan hadapilah ‘hidupmu yang sempurna’,
kamu tau sayang, kadang hidup nggak menyenangkan. . . .”
“Seharusnya Mama bisa
bikin hidupku menyenangkan, seandainya kita keluargannormal, aku punya Papa dan
kalian menikah, tapi kenyataannya. . . siapa pemilik setengah bahan dari proses
terbentuknya makhluk yang sekarang ada di depan Mama pun, Mama mungkin nggak
tau, ironis!”
Plak, sebuah tamparan
mendarat dipipiku.
“Tutup mulutmu!
Kata-katamu bikin Mama merasa seperti perempuan jalang, tunggu sampai kamu
cukup dewasa dan punya otak untuk berpikir, saat kamu mengerti kamu tau bahwa
kamu salah, dan menyesali apa yang kamu katakan.”
“Sorry, tapi Mama sendiri yang memperjelas kata jalang, asal Mama tau,
aku nggak bermaksud, oke? Aku menyesal telah menyinggung perasaan Mama ,
dan thank’s Ma, buat tamparannya, ini kejutan Ma, well, Mama
menang dan aku kalah!” Kubanting pintu kamarku dan kunyalakan lagu Welcome To
My Life-nya Simple Plan.
Bagus nih Novelnya, walaupun ada yang belom di sensor,, tapi masih bagus kok :)
BalasHapusKak Citra emang hebatttttt,, terus berkarya ya kak :)