Gambar: di sini
Aku
melihat mereka mati berkali-kali. Mati dijalan raya terlindas gengsi. Mati di
kamar-kamar pengap terjebak asap. Mati frustasi gara-gara patah hati. Mati
karena sesat dan kehilangan arah. Aku pernah menjadi bagian dari mereka semua.
Nyaris mati, namun hidup menyelamatkanku.
***
“Apa itu masa depan?” Tanyaku
pada remaja tanggung kerempeng dengan muka penuh bopeng. Masa puber membuat
jerawat beranak pinak dan wajahnya rusak. Dia menatapku muak.
“Cuma waktu yang masih sangat
lama.” Dia memandang ke luar jendela.
“Tidakkah kamu memikirkannya?”
Aku ingin dia memikirkannya.
“Kadang-kadang jika aku sempat!”
jawabnya tanpa berpikir.
“Apa cita-citamu?” Kenapa aku
begitu ingin tahu?
“Apa itu urusan anda?” dia balik
bertanya.
“Ya, karena aku yang akan
membantumu untuk meraihnya.”
“Apa anda sudah meraih cita-cita
anda?”
Surat skors dan usai sudah.