Date a girl who reads

Date a girl who reads

Kamis, 24 Juni 2010

Just Idea (Ngintip Facebook si Ratu Drama)





STATUS

Chacha Charlezza “ Aku mengalami apa yg disebut tragedi romantis yaitu PATAH HATI ”.


NOTES

TERNYATA PATAH HATI SAMA MENYAKITKANNYA DENGAN TAK MENDAPATKAN TAS LOUIS VUITTON LIMITED EDITION !!


Seandainya ini Inggris tahun 1884, pastilah aku sudah terkena hukuman gantung! (oh my God, aku tak bisa membayangkan jadi makhluk transparan-penasaran dengan mata melotot dan lidah terjulur). Yeah itu adalah hukuman buat para pelaku bunuh diri yang gagal mati, ironis! Beberapa jam lalu aku menegak segenggam penuh vitamin penambah nafsu makan yang otak idiotku pikir obat tidur. Bukannya mati, malah nafsu makanku bakal menggila!

Kenapa aku berniat bunuh diri ?
Terima kasih pertanyaan yang bagus !
Jawabannya adalah karena hidup dengan menanggung patah hati terlalu menyakitkan buatku.
My hunny-bunny-sweetylovely-darling-prince-charming memutuskan cintaku dengan alasan bahwa dia tak pantas untukku
Omong kosong !!
Ya ampun kita pasangan paling perfect
Seperti..........
Prince charming dan Cinderella
Romeo dan Juliet
Osiris dan Isis
Dan kadang-kadang seperti........
Tom dan Jerry

Oke, kita sedikit berselisih, kadang-kadang hanya masalah kecil seperti......ok,, kita selalu berselisih, kita berdua memang berbeda, bagai langit dan bumi. Tapi sebenarnya didunia ini, gak ada satupun orang yang jatuh cinta pada orang yang tepat, Romeo jatuh cinta pada Juliet dan keduanya berakhir tragis !.

Aku mencintainya setengah mati! Hanya saja kita terlalu berbeda, dia kutu buku kelas akselerasi yang nyaris seperti patung lilin, sebenarnya.......dia bukan tipeku, tapi.....dia terlalu imut, terlalu menggemaskan, terlalu seksi, terlalu hot ! ya ampun dia seperti perpaduan Edward Cullen dan Harry Potter ditambah otak jenius Einstein. Gila ! kenapa aku memuji cowok tak tau diri yang baru saja mencampakkanku!

***


STATUS UPDATES

Chacha Charlezza “ Aku sudah menghitung beribu-ribu domba ......sial ! aku menderita insomnia.....!! ”


NOTES

ALASAN-ALASAN MEGALE IDEA MEMUTUSKANKU MENURUT DIRIKU SENDIRI


Aku kebingungan, kenapa Idea memutuskanku? Kupikir inilah alasan- alasannya :

1. Dia bilang dia tak pantas untukku....itu memang alasan yang paling halus, tak menambah sakit akibat patah hati, tapi tetap saja akan ada sudut yang berdarah disana.
2. Dia ingin fokus ke olimpiade kimia, mungkin lebih baik dia memutuskanku daripada konsentrasinya bubar karena aku dan berbagai reaksi kimia saling berkejar-kejaran diotaknya.
3. Dia alergi perhatian publik !!Wajar bila publik alias warga sekolah memperhatikan kehidupan romantis kita, kenapa? Karena aku seorang queen bee, glitteraty sekolah, sementara dia? Cowok pemalu parah!!
Aku hanya bisa menemukan tiga alasan, sial!!!!!

CHAT

Chacha Charlezza : hai
Chacha Charlezza : hi beib ?
Chacha Charlezza : Beib kita perlu ngomong, jawab aku please...!!

Megale Idea : is offline
Chacha Charlezza : shit!!


MESSAGES

To : Megale Idea
From : Chacha Charlezza
Subject : kita harus bicara.

Dear Beib,

Kita harus bicara!
Maksudku, kamu nggak bisa mutusin aku begitu saja tanpa alasan yang jelas.....beib!!
Aku nggak selingkuh ataupun sempat memikirkannya!
Aku bukan psikopat yang harus dihindari!!
Kenapa teleponku di reject ?
Kenapa smsku ga dibalas ?
Beib, kenapa kita ga bicara atau kenapa kita nggak balik kaya dulu ?
Beib.......
Aku benar-benar putus asa tanpa kamu
Maksudku....
Kamu membuatku frustasi!
Sampai-sampai aku tak tau harus mengatakan apa lagi....

U know u love me, Beib....!

p.s : i love u


***


To : Chacha charlezza.

From : Megale Idea

Subject : Alasannya adalah.....,
karena kita berdua seperti Pemutih dan Amoniak.!!!!!!

Idea

***

To : Megalea Idea
From : Chacha Charlezza
Subject : kamu membicarakan kita atau laboratorium ?

Dear Beib...........
Beib, apa yang kamu bicarakan ?
Kita atau pelajaran favoritmu ?
Please....kita harus ketemu!

U know u love me, Beib...

P. S: I love u

***



To : Chacha Charlezza
From : Megale Idea
Subject :

Maksudku adalah kita seperti pemutih dan amoniak yang kelihatannya sempurna bersama tapi ternyata mematikan bila tercampur.

P.S : aku ga bisa ketemu kamu!


To : Megale Idea
From : Chacha Charlezza
Subject : please..!!

Dear Beib......

Aku tau kamu nggak suka dipaksa
Tapi bagaimana lagi kita bisa menyelesaikan masalah kita
Tanpa bicara..?

U know love me

P.S : I love u

***

To : Chacha Charlezza
From : Megale Idea
Subject : !!!

Semuanya baik-baik aja kan ?
Kamu Cuma menganggap patah hati sama dengan tak mendapatkan
LV limited edition kan ?

Lanjutannya segera terbit yaaaaaah

ICE CREAM CAPPUCHINO CHOKYCHIPS

Dua hal yang paling kusukai di dunia ini adalah; Choky dan semangkuk penuh ice cream cappuchino dengan banyak taburan choco chips di atasnya. Tapi, aku belum bisa menentukan mana yang lebih kusukai, keduanya meracuni otakku, menyebar “virusnya” ke seluruh tubuh lewat pembuluh darahku, dan membuatku ketagihan. Kupikir keduanya sama berbahayanya dengan berton-ton ganja, entahlah…semoga saja Choky dan ice cream cappuchino-chocochips tidak dimasukkan dalam kelompok psikotropika.
Dan kadang, aku juga kesulitan membedakan keduanya, sialnya, aku sering menyebut ice cream cappuchino dengan taburan chokychips, saat aku sedang membeli ice cream, selain membuat bingung si penjual ice cream, aku juga dianggap sinting olehnya.La..la..la.. ice cream cappuchino-chocochips dan Choky sama-sama manis sih,hehehe.
“Kurasa Choky dan rekor menghabiskan 10 mangkok ice cream cappuchino chocochips dalam waktu 15 menit jadi resolusimu tahun ini, sis? Kakakku si makluk menyebalkan tapi sangat kusayangi mulai menggodaku, dia tahu mataku tak berkedip memandang Choky yang ada yang ada di balik pilar besar yang kukutuk karena menghalangi pandanganku. ”Choky… tak perlu dikhawatirkan, selain kembaran jiwanya, Aditya, dan semangkuk penuh ice cream milky vanila, disana tidak ada hal lain lagi, dan makhluk yang disebut cewek ada dalam radius lima meter tapi dia seorang ibu gemuk dengan gerombolan anak-anak yang nakalnya bukan main, kupikir bila aku menikah nanti aku cuma mau punya seorang anak saja dan dia cewek seperti kamu yang pendiam, cukup aku saja yang seperti beo” Widi menyesap latte hazelnut-nya dan mulai bicara lagi, tapi cepat-cepat kuhentikan.
“Jangan lanjutkan lagi, aku sedang fokus, nih…” bisikku pelan, jangan sampai suaraku terdengar di balik pilar.
“Kamu jatuh cinta sampai taraf terobsesi, Nay, dan itu nggak sehat:
“Lebih nggak sehat lagi bila kita cuma mendam cinta itu, udah berapa lamu kamu naksir anak cewek pemilik café ini?”
“Namanya Carenina, dan kira-kira dua tahun”
“Dan kamu Cuma mandangin dia sambil menyesap latte hazelnut, dan kamu akan tersenyum kikuk ketika kamu ke-gap pas mandangin dia, kupikir kamu bisa overdosis karena latte hazelnut, selama dua tahun belakangan ini kamu nggak pernah absen disini dan selama itu paling sedikit kamu minum 2 gelas.” Cecarku, dan memasukkan sesendok besar ice cream ke mulutku.
“Aku dan latte hazelnut juga kamu dan ice cream cappuchino-chocochips….kurasa posisis kita sama Nay, bukankah ice cream-mu cuma alasan sama kayak latte hazelnut. Yeah, dan aku akui, aku memang sedikit pengecut, tapi aku cuma menunggu waktu yang tepat.”
“Cinta itu seperti ice cream, bila dibiarkan akan meleleh.”Kalimat itu keluar begitu saja, aku sedikit shock ketika menmyadari kata-kata itu adalah produk dari pikiranku yang meluncur begitu cepat dari bibirku, aku jadi sedikit gugup, jadi, kumasukan ice cream banyak-banyak ke mulutku.
“Plato bilang, saat tersentuh cinta setiap orang jadi pujangga. Kurasa itu terjadi padamudan kalimat itu lebih tepat untukmu, karena….maafkan aku, aku belum cerita padamu tentang aku da Carenina, dua minggu ini kita jalan bareng dan aku akan nembak dia, nanti, sepulang dari bioskop. Ingat ketika kamu marah-marah karena kamu harus bilang sendiri ke counter untuk memesan ice cream-mu, karena aku lupa menuliskannya di kartu pesanan?sebenarnya, aku menuliskan hal lain disana, mau tahu?” Dia menyesap latte hazelnut-nya lagi. “Kutulis,ada dua hal yang paling kusukai ditempat ini; Latte hazelnut dan gadis manis pembuatnya. Jalan bareng dengan si pembuat latte biki aku rela melupakan latte seumur hidupku, dan dibawahnya kutulis, jalan bareng denganku, yuk!Kurang romantis sih tapi aku berhasil, dan wow…aku gugup sekali seharian ini.” Widi merebut sendok dari genggamanku dan menghabiskan ice cream-ku dalam waktu singkat.Apakah ini suatu indikasi ia terkena syndrome yang mungkin namanya belum diputuskan tapi yang jelas karena disebabkan oleh latte hazelnut dan jatuh cinta setengah mati.
“Aku harus pergi Nay, dan sorry telah menghabiskan ice cream-mu, Ucapkan good luck buat kakakmu, tidak baik membuat cewek secantik Carenina menunggu di pintu terlalu lama.” Dia bangkit dan berdiri, berjalan terburu-buru dan o….oh kakakku yang mengalami nervous tingkat tinggi menabrak Choky dan menumpahkan ice cream-nya, bukannya marah Choky malah tersenyum, sekali lagi kakakku meusak hidupku. Choky pasti berpikir kami sepasang kakak beradik yang aneh.
Oh shit! tinggal aku sendiri, kakakku yang kuprediksikan akan jadi pecundang seumur hidupnya telah membuktikan diri bahwa dia bisa jadi laki-laki sejati, walau ….yeah sedikit terlambat. Sedangkan aku, takkan mungkin menulis pesan romantis di kertas dan meminta seorang waiter memberikannya kepada Choky seperti di film-film komedi khas Hollywood. Lagipula apa yang harus kutuliskan disana?hai, aku mengagumi sejak dulu dan menjadi pacarmu adalah resolusiku tahun ini.Kedengarannya aneh dan payah, cowok manapun takkan terkesan, walaupun itu cowok tolol!
Aku payah dan sial! Dewa Keberuntungan dan Cupid, kalian dimana?apa aku cewek paling menyebalakan di dunia sampai-sampai kalian tak mau mendekatiku….uuuh….dan ice cream-ku tak tersisa sedikitpun, tanpa ice cream dan Widi , aku sama sekali tak punya alasan untuk terus berada disini dan memandang Choky atau lebih tepatnya memandang setengah punggungnya karena yang setengahnya lagi terhalang oleh pilar sialan itu.
Kupikir sedikit nekat tak apa, setidaknya dua jam berada di tempat yang sama dengannya, aku harus bisa melihat wajahnya, mungkin memberi sedikit senyum padanya bisa jadi sinyal positif, agar dia tahu bahwa aku menyukainya, dan hal ini membuat wajahku panas dan semerah cherry yang ada diatas ice cream milky vanila-nya yang diumpahkan Widi tadi. Satu-satunya cara untuk untuk menatap wajahnya adalah dengan melupakan waiter dan kartu pesanannya yang tolol, aku harus berjalan sendiri ke counter. Aku bisa melintas di depan mejanya, menatap wajah semanis ice cream-nya dan kulemparkan senyum manis terbaik yang sudah kulatih selama ini di depan cermin.
Yeah…kuputuskan untuk melakukannya sekarang juga! Aku gugup luar biasa, tapi ini normal kan?
“ Aku pesan saat ice cream cappuchino dengan banyaaaaaaaaaaaak chokychips….” Oooooooh……aku melakukannya lagi, Papanya Carenina menertawai kekonyolanku dan matilah aku! Orang terakhir yang seharusnya melihat kebodohanku sekarang tepat berada di belakangku. Kakiku selemas jelly. Tuhan aku ingin menghilang dari bumi detik ini juga!
“Hai…”
Ya ampun, Choky menyapaku dan please Tuhan lupakan permintaan terakhirku, karena sekarang Choky memberiku senyuman termanisnya .
“Sampai sepuluh menit lalu, kupikir cowok itu pacarmu karena kalian begitu sering kemari bersama, dan kuharap kamu jangan mengira Aditnya pasangan gay-ku,hehehehe apa yang kubicarakan? aku memang sering gugup….gilanya, aku sering berdoa sebelum datang ke sini agar kamu dan ‘cowokmu’” dia membuat tanda kutip dengan jarinya “…supaya putus, dan sesudahnya aku yang akan duduk disampingmu ….hmmmm…..sepertinya, aku harus coba ice cream cappuchino denga banyaaaaaaak chokychips” aku malu setengah mati ”Pak…..satu ice cream cappuchino chokychips dan satu ice cream milky vanayla.” Dia berbisik di telingaku, “Milky Vanayla-nya semanis kamu.” Aku tak lagi berpijak di bumi.
Kupikir cintaku itu memang seperti ice cream, tapi saat ice cream-nya nyaris meleleh aku buru-buru menjilatnya, dan tentang ice cream milky vanayla-nya, kurasa aku harus mencobanya.

TIGA TAHUN LAMANYA

JINGGA
Aku selalu mengingatnya, hari itu cuaca dingin, langit mendung, dan hujan turun dengan derasnya, sama seperti hari ini. Setiap kali suasananya seperti ini, hatiku selalu merasa gelisah, sedih, kangen, kesepian dan ingin menangis tanpa sebab.
Bersamaan dengan turunnya hujan yang kian lama kian deras, airmataku mengalir, aku menangis sambil memandang derasnya hujan . Aku harus jujur pada diriku sendiri bukan hujan yang kutatap dari jendela yang kutangisi, tapi yang kutangisi adalah seseorang yang selalu memandang hujan dari jendela di rumah seberang, sering kubayangkan tirai jendela kaca itu disibakkan dan berharap sesosok ekspresi bandel menjulurkan lidahnya padaku sambil berteriak nyaring “:JELEEEEEEEEEEEK!!!!!!!!!!”. Sudah Tiga musim hujan aku merindukan ekspresi itu. Apakah aku masih bisa berharap dapat melihat ekspresi itu lagi?
“Benarkah itu nyata? Atau hanya ilusiku saja?” gumamku pelan. Akhirnya tirai itu tersibak juga dan ada siluet seseorang dibalik kaca jendela itu. Cepat-cepat kuhapus airmataku, juga embun dikaca jendela, berharap agar bayangan diseberang dapat terlihat dengan jelas, sayang, hujannya tak bisa diajak kompromi, hujan tetap turun dengan deras dan menghalangi pandanganku.
Bayangan itu hampir setinggi jendela , tapi kurasa itu bukan dia! karena tingginya hanya setengah jendela, mungkin saja dia rajin minum susu, tapi aku tahu dia membenci susu lebih dari rasa bencinya pada pelajaran matematika, dasar!. Hujan mulai mereda dan aku menatap lekat-lekat sosok dibalik hujan itu, ternyata sosok itu juga menatapku dengan tajam. Aku takkan lupa tatapan itu, caranya menatapku begitu kuingat. Dia tersenyum, ah ya! Walau ia sangat jarang tersenyum padaku tapi aku tahu bila ia tersenyum lesung pipinya akan kelihatan dan sebentar lagi dia akan menggigit bibir bawahnya, tidak salah lagi!
Akhinya kamu kembali, masih ingatkah kamu padaku? “Bandel!” ingin sekali aku meneriakkan kata itu dan entah mengapa perasaanku berubah drastis dari sedih menjadi senang, ya ampun! Ada apa dengan jantungku? Kenapa berdetak begitu kencang? Dan kenapa wajahku ingin tersenyum? Lalu… kakiku kenapa dia berlari sendiri ke arah tangga menuju ke lantai bawah? Dan pertanyaan besarnya adalah, kenepa aku ingin menemuinya?
Indigo
Tepat tiga tahun yang lalu, tanggal yang sama, bulan yang sama, dan dalam kondisi yang sama juga. “Hai, apa kabar kamarku? Jangan konyol Go! Bilang aja kamu pengen nyapa si cewek sebelah, ah…. Si jelek itu, apa dia udah berubah jadi cantik ya? Bego! Dari dulu dia emang udah cantik kok!”
Kubuka tirai jendela kamar , shit! Hujannya kok nggak berhenti sih? Itu pasti dia! Siapa lagi sih yang suka menatap hujan dari balik jendela kalau bukan dia? Astaga! Rambutnya pun masih tetap sama , dikuncir ekor kuda, apa dia masih tetap pake poni?
“Duh…… hujannya kok nggak berubah jadi rintik aja sih? Nggak ngerti banget kalo aku udah tiga taon nunggu hari ini, please Tuhan, tolong berhebtiin hujannya dong”
“Duh….. kok lama sih? Please Tuhan, tolong berhentiin hujannya dong, sekali………ini aja! Kalo hujannya berhenti sebelum lima menit, Digo janji deh………bakal berhenti manggil dia jelek, ya Tuhan ya? Please kabulin doa hambamu yang keren ini, amin”
Cihuy!!!!! Hujannya berhenti “Thanks ya Tuhan!”. Ah benar itu dia, ternyata dia masih pake poni, dan dia jadi makin manis, makin cantik! Dasar cengeng! Dia pasti habis nangis, matanya sembab, tapi tenang aja, dia pasti nggak bakalan sedih lagi . Nih, aku kasih kamu senyum manis sejuta watt-ku, kamu pasti terpesona! Tapi apa senyumku nggak terlalu jelek buat dia? Sebodo amat, nggak penting! Hmmm………. Dia kangen nggak ya sama aku?
Ya ampun dia ngilang! Dia kemana? Jangan-jangan dia membenciku? Terus dia pergi dari jendela karena dia nggak mau ngeliat tampangku, nggak ada yang salah kan dengan tampangku? Malah orang-orang bilang tampangku nggak beda jauh dari Joel ‘Good Charlotte” Madden, ah bodo! Dia benci atau nggak, yang penting sekarang aku mesti nemuin dia , karena aku kangen bangen sama dia.
JINGGA dan Indigo
“ Akhirnya…….” Gumam mereka lega. “Elo ngapain disini?” Tanya mereka bersamaan. “Gue mau jalan-jalan” kata mereka, bersamaan lagi, dan sekarang keduanya tampak malu.
“Elo ngomong duluan!” kata Jingga jutek.
“No, because ladies first” Indigo sok gentle.
“Thanks, tapi gue…….”
“Gue tau, nggak gampang buat elo ngomonginnya, Ngga. Jujur aja, elo kangen banget kan sama gue? Cuma elo malu plus gengsi buat ngomonginnya. Keliatan tuh dari tampang elo yang mirip kepiting rebus.” Goda Indigo, sebenarnya, sebenarnya dia yang merasakan semua yang dia katakan.
“Ini Cuma karena……yup! Blush on gue ketebalan “ jingga menepuk-nepuk pipinya, pura-pura menghapus blush on. “Elo kali yang mukanya merah, elo nervous ketemu gue kan?” balas Jingga penuh kemenangan.
“Nggak…yups elo nggak salah, sebenarnya gue……” belum sempat Indigo menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba Jingga memeluknya, Jingga menangis.
“Gue kangen banget sama elo” isak Jingga, Indigo mempererat pelukannya. “Elo jahat Go! Kenapa elo nggak bilang-bilang kalo elo bakalan pergi, tiga tahun Go, gue nunnguin elo, dan gue samasekali nggak tau elo dimana, gue nggak pernah dengar kabar tentang elo, itu nyiksa banget Go.” Bisik Jingga dengan sedih.
Indigo tidak bisa berkata-kata, dia melepaskan pelukannya, tapi ia dengan segera menggenggam jemari Jingga dengan lembut, dia mengajak Jingga ke tempat kenangan mereka.
“Go, kita mau kemana?” teriak Jingga panik, apalagi hujan mulai turun dengan derasnya, tapi Indigo samasekali tak peduli , dia terus saja membawa Jingga berlari, sampai ia berhenti di depan sebuah rumah pohon.
“Masih ingat?” Tanya Indigo sambil tersenyum malu.
“Yeah…”jawab Jingga nyaris seperti bisikkan.
Lalu keduanya menaiki rumah pohon kenangan mereka, berbaring disana sambil memutar kembali memori mereka ke masa tiga tahun lalu, saat itu mereka masih berumur lima belas tahun, keduanya sama-sama kehujanan dan beteduh di rumah pohon ini. Keduanya saling benci __ maksudnya bener-bener cinta. Benci bila bertemu tapi saling ngangenin bila jauh. Sebenarnya Indigo ingin sekali menyatakan cintanya, tapi dia terikat rasa gengsi, apalagi Jingga, dia bahkan rela tidak mendapatkan uang saku selama setahunpenuh daripada disuruh bilang suka pada Indigo.
“Apa elo masih ingat kejadian tiga tahun kemaren?” Tanya Indigo pelan sambil menggenggam jemari Jingga.
“Apa pertanyaannya mesti gue jawab?” Jingga menutup rasa malunya dengan balik bertanya.
“Yups” kata Indigo cepat.
“Wktu itu….. elo…..gue….elo……..”Jingga ragu-ragu.
“Gue nyipok elo, asal elo tau aja itu first kiss gue” potong Indigo.”…dan setelah itu gue yakin banget kalo elo juga ngerasain hal yang sama kayak gue, gue tau kalo elo juga sayang sama gue seperti gue sayang sama elo”
“Tapi satu ada hal yang paling bikin gue nyesal….”
“Apa yang elo sesalin?”
“Tanyain sama diri elo sendiri” Kata Jingga ketus, dan langsung bangkit dari pembaringannya, tapi ketika Jingga hendak melangkah, Indigo membuka mulutnya dan berkata “Sorry karena gue nggak sempat bilang I love you.”