Date a girl who reads

Date a girl who reads

Kamis, 05 September 2013

[FS] Perjalanan Panjang untuk Secangkir Kopi



Hanya perlu 0,013 detik bagiku untuk memutuskan bahwa gadis yang seolah muncul begitu saja di depanku ini sangat menarik. Di detik berikutnya kusadari bahwa caligynephobia[1]-ku belum sembuh benar. Ketakutanku muncul bersamaan dengan wajahnya yang cantik. Terakhir kali aku berhubungan dengan wanita cantik bukanlah pengalaman yang baik. Pertunanganku berakhir, cintaku dikembalikan tapi tidak cincinku. Hal terburuknya namaku dijadikan nama anjing hadiah dari kekasih barunya. Sungguh pengalaman yang traumatik.
            “Hey, boleh aku menumpang?”
            Gadis itu bertelanjang kaki, roknya tertiup angin dan ada senyuman di wajahnya. Apa aku bisa menolak?
            “Siapa namamu?” setidaknya aku bertanya.
            “Apa film kesukaanmu?” dia balik bertanya, dan itu tidak sopan menjawab dengan pertanyaan.
            “Star Wars.”
            “Call me Princess Leia!” dan tanpa menunggu kata-kataku dia duduk diboncenganku. Untuk membuatnya nyaman, ransel kubiarkan ransel berpindah dari punggung ke dadaku. Aku bisa membayangkan kulitnya yang cerah dan halus yang tadinya tersingkap saat angin meniup roknya. Aku bisa membayangkan kedua tangannya mungil menembus jaket kulitku. Aku bisa membayangkan kepalanya yang lelah akan disandarkan ke punggungku. Ini menit kedelapan dan kuputuskan bahwa ini cinta pada pandangan pertama, semoga dibenarkan.
            Seandainya gadis ini tahu yang aku alami. Aku lelah dan marah karena kebodohan dan kecerobohanku. Dua hari yang lalu aku memutuskan menyewa trail, mengabaikan backpack-ku menukarnya dengan ransel berukuran sedang. Kupikir hanya dua atau tiga hari dan cuma melewati dua selat dan sebuah pulau. Apa yang kuinginkan? Hanya secangkir kopi! Idiot, Starbucks menawarkan aneka kopi dan Nescafe dari Nestle bahkan berasal di negeriku. Aku menginginkan kopi yang didapatkan dengan petualangan melewati gunung dengan pemandangan indah hutan dan jurang yang curam, dinikmati dengan cara tradisional dalam kebersamaan dan kesederhanaan. Kudengar hal itu bisa kudapatkan di suatu tempat bernama Tepal. Siapa yang memberitahuku? Lonely Planet? Nope! Lonely Planet said there's nothing to do in Sumbawa! What a big mistake and i said it's not the place, it’s the people!       Terburu-buru aku melupakan hal yang sangat aku perlu, tidak ada handphone tidak ada GPS tidak ada layanan internet, setidaknya aku masih punya kamera dan dua buku dari Anna Seghers dan Franz Josef Wetz.

Selasa, 03 September 2013

Cinta Itu Milikku



Aku siap mencicipi cinta yang jadi milikmu. Aku siap merebutnya darimu, karena aku ingin, karena aku bisa, karena aku mampu untuk itu. Cinta tak seharusnya tercipta hanya untuk mereka; dia dan kamu. Cinta itu sepenuhnya milikku.
          “Aku menyayanginya, sangat, sungguh, terlalu. Dia satu-satunya hal yang membuatku merasa nyaman menjadi gila.” Aku tertawa kala melihatmu jatuh cinta. Cinta, bukankah pada akhirnya kamu tergoda? Bukankah dulu kamu adalah pengecut yang terlalu takut? Cinta? Aku ingin tertawa! Siapkah kamu untuk jatuh cinta?