Date a girl who reads

Date a girl who reads

Senin, 26 Agustus 2019

Yuk, Berperan dalam Membudayakan Literasi!

Sumber: Suara Merdeka

Sepertinya, saya adalah manusia yang beruntung yang menjalani masa kanak-kanak hingga menjelang remaja di kota kecil bernama Sumbawa Besar di akhir tahun 90-an hingga awal 2000-an. Segala yang saya butuhkan untuk mempersiapkan masa depan, saya peroleh dengan cara menyenangkan dan penuh kasih sayang.

Literasi Kewargaan: lomba pidato Tenaga Medis Cilik yang saya ikuti semasa kanak-kanak
Lebih dari dua puluh tahun lalu, dari keluarga dan masyarakat di sekitar tempat tinggal saya telah ‘mempersiapkan’ saya untuk menguasai empat keterampilan abad 21;  keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah, komunikasi, berkolaborasi dan kreatif untuk menciptakan inovasi, tanpa terasa seperti sebuah upaya yang diharuskan, tanpa disadari, malah lebih menyerupai sebuah perayaan yang kini saya  kenang sebagai pengalaman menyenangkan.
Saya masih ingat reuni para sepupu di rumah Ni’ (nenek) di setiap liburan kenaikan kelas. Kami berkumpul untuk menghabiskan masa liburan bersama, karena beberapa sepupu saya tinggal di beberapa kota berbeda. Selalu menyenangkan memiliki waktu yang sepanjang hari yang dihabiskan untuk bermain Monopoli, ABC 5 Dasar, Ular Tangga, Cerdas Cermat isi buku RPUL-RPAL, Benteng hingga Gobak Sodor, lalu di malam hari kami akan bertukar cerita dan pengalaman di sekolah juga mendengar sejarah keluarga, cerita kenangan-kenangan terbaik keluarga sambil membuka album foto dan memutar kenangan, serta dongeng sebelum tidur yang dituturkan Ni’atau cerita-cerita pendek yang dibacakan om atau tante dari majalah Bobo. Di akhir masa liburan, kami akan saling bertukar buku, ada buku-buku pelajaran yang saling diwariskan, ada majalah yang telah terbaca yang tak dibawa pulang kembali, ada komik Jepang, juga novel petualangan. Beranjak remaja, dengan adik dan para sepupu inilah kami mulai menghabiskan waktu di warnet, hingga era smart phone dan media sosial saat ini bisa mempererat silaturrahim. Satu hal terbaik, internet adalah salah satu media belajar favorite kami. 

  Literasi Digital: Adik saya Pujia Muksita memanfaatkan video Youtube untuk membaca nyaring (read a loud)

Senin, 19 Agustus 2019

[Cerpen] Gadis Kesayangan Sang Pecinta Buku



Suatu senja di kota Sumbawa Besar, seorang gadis pulang kepada kenangan masa kecilnya. Gadis itu bernama Gadis. Dulu, di sinilah dia menghabiskan masa kanak-kanaknya yang penuh dengan cerita manis. Namun, ketika dia masuk melalui gerbang kayu lapuk itu, yang dia tahu bahwa hatinya remuk. Ketika pintu diketuk takkan lagi ada yang menyahut. Ketika dia mengucap salam, takkan ada lagi ayahnya yang dengan segera datang menyambut. Pulang, hanya untuk mengenang hal-hal indah yang telah hilang.
***
                "Jika kamu melangkah pergi artinya kamu tak boleh kembali … " Ancaman dari ayahnya tak mengurungkan niatnya untuk mengejar cita-cita. Selepas SMA dia hanya ingin menuruti mimpinya. Mimpi sangatlah egois. Mimpinyalah yang membuat dirinya berubah menjadi anak sadis yang meninggalkan cerita miris, karena kesalahannyalah Ayahnya meninggal dengan tragis.
                Menurut Gadis, kesepian dan kekecewaan membuat ayahnya kehilangan harapan hidupnya. Ketika istrinya meninggal, dia masih memiliki anak gadisnya. Ketika anak gadisnya pergi, yang dia ketahui bahwa dia tak cukup berharga untuk membuat orang-orang yang dicintainya tetap tinggal bersamanya.
                Anak perempuannya memang berkemauan keras. Kebahagiaan baginya tak cukup hanya dengan apa yang mampu pria itu bawa pulang ke rumah. Pria itu penuh cinta, hanya saja dia tak memiliki cukup rupiah untuk membeli berbagai keindahan dunia. Sepotong roti dan secangkir kopi pahit setiap pagi membuat putrinya muak. Gadis itu menginginkan roti dengan keju atau secangkir cokelat panas. Anak perempuannya bosan untuk kado buku di setiap akhir pekan. Kadang sesekali dia ingin hadiah bandul berbentuk hati  yang akan membuatnya terlihat menawan. Bagaimanapun, dia anak perempuan.
***