Date a girl who reads

Date a girl who reads

Minggu, 28 Juli 2013

Ramadhan Terakhir untuk Adinda



(Adinda duduk bersimpuh di atas sajadah, matanya basah tapi binarnya bahagia. Menarik nafas panjang dan tersenyum, berdiri melipat mukenanya dan mengenakan kembali jilbab motif bunganya yang tadinya terlipat rapi di ujung tempat tidur. Membuka pintu kamarnya dan berjalan pelan menuju kamar yang berada di samping kamarnya. Dia tidak mengetuk tapi langsung membuka pintunya. Suara langkahnya terlalu lembut untuk terdengar oleh bocah laki-laki 12 tahun yang terlelap, kedua telinga si bocah tertutup earphone yang sedang memutar musik hip-hop. Adinda mencabut earphone dari telinga adiknya, mematikan musik, dan menyetel alarm pada pukul 3:30 am. Dinda menatap wajah anak laki-laki gembul yang masih memiliki lemak bayi di hampir seluruh tubuhnya)
          Mbak Dinda, akan selalu anggap Bobby jadi bayi mungil, adik yang paling mbak Dinda sayang, tahun depan kita nggak bisa ketemu lagi, Boo, tapi Boo harus janji ya bakalan betah di pesantren dan belajar jadi anak soleh. Mbak Dinda sebenarnya nggak setuju alasan Papa masukin Boo ke pesantren gara-gara ayah pengen Boo berhenti jadi anak nakal. Boo sebenarnya nggak nakal kan, ya? hanya kurang dapat perhatian.

Senin, 01 Juli 2013

[Review Novel] The Fault in Our Stars: Salahkan Bintang-Bintang




Judul              : The Fault in Our Stars (Salahkan Bintang-Bintang)
Penulis           : John Green
Penerjemah : Inggrid Dwijani Nimpoeno
Penyunting  : Prisca Primasari
Proofreader : Yunni Yuliana M.



Blurb:          

http://1.bp.blogspot.com/-_pAlm8_6EkE/UQXHCyzIo7I/AAAAAAAAETU/hUK3ahN0xek/s400/The+Fault+in+Our+Stars.jpg


  Mengidap kanker pada umur 16 tahun pastilah terasa sebagai nasib sial, seolah bintang-bintang serta takdirlah yang patut dipersalahkan. Itulah yang dialami oleh Hazel Grace. Sudah begitu, ibunya terus memaksannya bergabung dengan kelompok penyemangat penderita kanker, padahal, Hazel malas sekali.
            Tapi kelompok itu toh tak buruk-buruk amat. Di sana ada pasien bernama Augustus Waters. Cowok cakep, pinter, yang naksir Hazel dan menawarinya pergi ke Amsterdam untuk bertemu penulis pujaannya. Bersama Augustus, Hazel mendapatkan pengalaman menarik dan tak terlupakan.
            Tetap saja rasa nyeri selalu menuntut untuk dirasakan, seperti halnya kepedihan. Bisakah Augustus dan Hazel tetap optimis menghadapi penyakit mereka, meskipun waktu yang mereka miliki semakin sedikit setiap harinya?
            Novel ini membawa kita ke dunia pada karakternya, yang sanggup menghadapi kesulitan dengan humor-humor dan kecerdasan. Di balik semua itu, terdapat renungan mengenai berharganya hidup dan bagaimana kita harus melewatinya.
***


            Aku sih percaya saja dengan ungkapan “Jangan menilai buku dari sampulnya.” Karena aku menilai buku dari label yang tertulis di sampulnya (nyaris sama tapi tetap saja beda) Bertuliskan #1 New York Times Bestseller dan Best Young Adult Fiction Goodreads Choice Awards 2012 membuat aku tak ragu untuk mengklik gambarnya dan melakukan transaksi online. OMG! Percayalah padaku, tinggal di kampung jauh dari peradaban itu gak enak, untuk sebuah buku kamu harus bayar mahal untuk biaya pengiriman dan waktu pengiriman melebihi normal.
            Aku harus bilang aku merekomendasikan buku ini! Tapi itu ceritanya pasaran? Penyakitan berurai air mata, menjual kesedihan. Yeah temanya memang pasaran tapi ... cukuplah mungkin tak jauh beda dari My
Sister’s Keeper, Now is Good atau One Litres of Tears
. Ini beda! Kayak cokelat! Siapa sih yang tidak suka cokelat?  walau itu cokelat, tapi kamu bisa menikmatinya dalam bentuk cokelat hangat dengan marshmallow, praline atau mungkin cokelat batangan gede yang gak rela kamu bagi-bagi. Temanya sama? Yeah tapi tentu saja penyajiannya beda! Aku heran bagaimana seseorang bisa menyukai buku yang menjual kisah orang penyakitan?menjual kepedihan, bukankah itu cara yang dipakai para...penjahat..? harusnya ada cara menghibur untuk ... Tepat sekali kalau membaca buku ini, walau menceritakan kesedihan tapi percayalah padaku, buku ini mempunyai humor cerdas, dan kau takkan bisa tak jatuh cinta pada tokoh Augustus Waters!

[Review Novel] Seven Days


Judul                : Seven Days (Tujuh Hari Bersamamu)
Penulis             : Rhein Fathia
Penyunting      : HP Melati
Proofreader    : Yunni Yuliana M
Penerbit          : Qanita
***
Nilam’s Diary

Day 1          : Selamat pagi, Pantai Kuta. Selamat pagi, Shen.
Day 2          : Ah, kamu membawaku ke Pasar Seni Sukowati, tempat favoritku.
Day 3        : Sendratari Ramayana ini membuatku bertanya-tanya, apa aku sudah bertindak tidak setia?
Day 4          : “Aku juga punya rasa takut. Aku takut kamu terluka!” (Ini kalimat bikin meleleh)
Day 5        : Seminyak, kamu, kejutan, dan pantai di malam ini.
Day 6        : Pantai Padang-Padang ini menjadi saksi kamu mengacaukan semuanya....
Day 7          : Bandara Ngurah Rai. Kami sepasang sahabat sejak kecil, yang kini bersikap seperti orang asing.

***
            Cukup klasik ketika sahabat berubah menjadi cinta, bahkan dari jaman Harry ketemu Sally kita tahu kalau cowok dan cewek itu nggak bisa temenan, pasti ada salah satu atau bahkan keduanya yang menyimpan rasa lebih dari sahabat. Walaupun begitu, kisah perjalanan ke pulau Bali antara Nilam dan Shen (aku suka ide nama keduanya) tetap saja manis. Walau sebenarnya Nilam dan Shen keliatan sempurna bersama, tapi di sana ada Reza, cowok yang mencintai Nilam dengan cara yang sempurna (waduh mau punya pacar kayak Reza yang manggil pacarnya dengan kata Cantik!) nah ini dia konflik yang bikin aku sebagai pembaca pengen buru-buru buka halaman-halaman selanjutnya.

[Review Novel] Marginalia




Judul                     : Marginalia (Catatan Cinta di Pinggir Hati)
Penulis                 : Dyah Rinni
Penyunting         : Triani Retno Adiastuti
Proofreader       : Dina Savitri Nurhidayah
Penerbit              : Qanita
***
Aku Yudhistira, aku Arjuna, aku Bima, aku Nakula Sadewa.
Berapa Bhratayudha harus kujalani. Demi kamu. Drupadiku?

Aruna:
CENGENG! Tulisan singkat dan rapi di kumpulan puisi Rumi kesayangan almarhum Padma membuatku terbakar. Kurang ajar! Berani-beraninya cewek dingin berhati belatung itu menodai kenangan Padma. Belum tahu dia  berhadapan dengan siapa. Aruna, vokalis Lescar, band rock yang diidolakan. Tunggu pembalasanku!
Drupadi:
Aku tak punya waktu untuk cinta. Meski setiap hari aku berhubungan dengan yang namanya pernikahan, ini hanya urusan bisnis semata. Aku tak percaya romantisme, apalagi puisi menye-menye. Hidup ini terlalu singkat untuk jadi melankolis. Namaku memang Drupadi, tapi hatikusudah tertutup untuk laki-laki.
***

Mengutip kata Gandi, salah satu tokoh dalam buku ini: “Itu karena kami percaya bahwa buku itu hidup. Banyak orang yang merasa sayang mencorat-coret buku mereka, tetapi menurut saya kebanggaan terbesar sebuah buku adalah saat seseorang mengambilnya dari sekian banyak buku yang ada, membacanya dengan sepenuh hati, menekuk ujung halamannya, meninggalkan marginalia di samping tulisan yang sudah ada, kemudian melanjutkannya kepada manusia lain. Itulah saat sebuah buku menjadi hidup karena kemudian mereka akan menciptakan keajaiban.”
Tapi hal semacam itu tidak berlaku bagi Drupadi “Tidak ada yang romantis ataupun ajaib tentang kehidupan.” Sungguh berbanding terbalik dengan anggapan Padma yang mengatakan. “Marginalia itu romantis, tahu. Itu kayak menciptakan dunia pribadi dengan percakapan rahasia di dalamnya.”

[Review Novel] Always be in Your Heart

Add caption



Judul                : Always be in Your Heart (Pulang ke Hatimu)
Penulis             : Shabrina Ws
Penyunting       : HP Melati
Proofreader     : Yunni Yuliana M
Penerbit           : Qanita


Kadang untuk membuktikan cinta sejati, diperlukan sebuah  perubahan besar, dimana; jarak, waktu, dan keadaan menjadi pengujinya.
Marsela:
Aku selalu menantimu dari matahari di timur, matahari di barat hingga terbit lagi. Aku telah melewati musim yang berganti berulang kali. Tapi kau tak pernah hadir di sini. Kini sepuluh tahun kulewati, aku tak yakin lagi, bahkan pada hatiku sendiri.
Juanito:
Siapakah kita, ketika pada akhirnya sejarah telah berbicara. Bahkan sungai bisa saja berubah muara. Sekuat apapun aku bertahan, sepuluh tahun telah mengubah banyak hal. Dan nyatanya, keadaan memang tak lagi sama.

***

Aku bersyukur membaca novel ini. Shabrina Ws dengan sangat baik membuat kita kembali mengingat salah satu peristiwa sejarah yang sangat penting bagi dua negara Indonesia dan Timor Timur. Sejujurnya aku suka latar belakang ide dan cara bercerita di novel ini juga cara penulis bercerita. Prolog dibuka dengan sudut pandang Lon dan diakhiri dengan Epilog oleh Royo, perlu diketahui baik Lon atau Royo adalah seekor anjing yang menyaksikan bagaimana sejarah mengubah sebuah kisah cinta yang nyaris saja indah.