Date a girl who reads

Date a girl who reads

Selasa, 15 September 2020

Sebuah Surat untuk Idea: Belajar, Beradaptasi, Bersahabat, dan Bertumbuh Bersama Buku-Buku GPU

 

Walau bukan buku anak-anak, tapi Idea paling suka dibacakan buku ini.

Dear Idea,

            Selamat Hari Buku Sedunial, sayang!

            Semoga buku-buku yang kita baca, membawa manfaat dan kebaikan di dalam kehidupan kita. Seperti doa yang Mama sematkan pada namamu, Pramaqra Idea Medhavi Sudiroh. Seorang pecinta baca yang memiliki gagasan besar, putranya pak Iswanto Sudiroh. Jangan heran, kenapa sejak dalam kandungan Idea sudah Mama bacakan serial Harry Potter di sepanjang kehamilan dan The Little Prince, jadi buku yang paling sering Mama bacakan, berulang-ulang. Mama ingin sekali bisa Idea memetik manfaat dari membaca yang sudah Mama rasakan. Membaca menyembuhkan Mama, membaca membuat Mama cinta menulis, Membaca membuat Mama memiliki sahabat paling sejati. Dengan membaca, Mama dapat banyak belajar, mampu beradaptasi, menciptakan persahabatan, dan tumbuh mewujudkan apa yang sebelumnya hanyalah mimpi.

Harapan Mama, di masa depan Idea akan membaca tulisan yang Mama tujukan untuk Idea, yang secara khusus Mama tuliskan, enam belas hari sebelum Idea berulang tahun yang ke-dua, yang bertepatan dengan Hari Ibu Internasional nanti. Surat ini akan menceritakan tentang gadis kecil bertahun-tahun lalu, yang saat ini Idea panggil dengan sebutan Mama, yang seandainya dulu tak bertemu dengan buku, entah apa Idea akan pernah bertemu dengannya. Ketahuilah nak, menulis adalah salah satu cara mengabadikan sebuah kisah, akan tetapi, siapa saja tak bisa menulis dengan baik apabila tak pernah membaca buku-buku terbaik. Beruntung, Mama bertumbuh dekat dengan buku, dan di hari-hari terburuk Mama di masa lalu, bukulah sumber penghiburan Mamamu.

Sedikit Mama ceritakan tentang hari-hari saat ini. Kita semua terjebak dalam Pandemi Covid-19 yang memaksa kita beradaptasi dengan cara yang tak kita inginkan seandainya kita memiliki pilihan lain. Kita kesulitan bertemu dengan orang-orang yang kita cintai, bahkan Lebaran tahun ini, lagi-lagi harapan untuk bertemu Ni’, Aci, dan Ji serta keluarga lainnya terasa seperti mimpi. Memang teknologi memberi solusi tapi temu dan jumpa, pelukan hangat, kecupan akrab, obrolan tanpa jeda serta gelak tawa bahagia, sulit untuk dilakukan lewat perantara tak peduli secanggih apapun dia.

Kita dipaksa berdamai dengan keadaan yang awalnya tak nyaman. Selalu begitu hingga nantinya kita terbiasa, segala sesuatu pasti berubah, kita beradaptasi atau dikalahkan keadaan. Hidup yang kita hadapi ini adalah serangkaian hal yang seakan  mudah menguap, serba tidak pasti, sangat kompleks dan juga ambigu. Kita perlu mempersiapkan diri, belajar banyak hal. Mama selalu percaya belajar dari buku masih dan selalu menjadi cara terbaik.

Dengan buku kita bisa melintasi ruang dan waktu. Berjumpa dengan banyak orang, beraneka karakternya. Belajar dari pengalamannya. Mencicipi kehidupannya. Buku seperti kehidupan portable mini. Seperti pensieve. Seperti mimpi yang bisa dimasuki. Mama sungguh jatuh cinta pada buku-buku dan berterima kasih atas banyaknya pelajaran dan pengalaman yang Mama dapatkan dari lembar-lembarnya.

Sungguh berbahagia, masa kecil yang dihabiskan dengan buku. Mama terlalu hiperaktif; berlarian, melompat, berbicara tanpa henti. Membuat Aci dan Ni kepayahan, belum lagi Ji, om Enggenk, dan Om Pujjar masih kecil-kecil dan memiliki masalah hiperaktif yang sama. Untunglah Aci membawakan buku-buku. Dengan buku Mama akan diam tanpa diminta. Terpesona dengan seri Pustaka Kecil. Aneka cerita Disney. Buku-buku Beatrix Potter tersayang, tentu saja Mama takkan lupa dengan Seri Favorite Mama, Seri Kumbang Enid Blyton. Sopan santun lebih banyak Mama dapatkan dari Enid Blyton dibanding nasehat yang diteriakan orang-orang dewasa di sekitar Mama di masa kecil.

Idea anak yang beruntung, sejak Mama mendapat kabar gembira yang ditandai dua garis merah di suatu pagi. Mama mulai mengumpulkan buku-buku tersebut untuk Idea. Bukti betapa Mama berharap Idea juga akan mengalamai pengalaman membaca yang menginspirasi seperti yang pernah Mama rasakan di masa lalu.

Beralih ke masa remaja, serangan masa remaja seperti hantaman bludger. Dan buku seperti pasangan beater si kembar Weasley yang tangguh. Mama takkan melupakan hari-hari buruk tersebut. Masa SMP sungguh kurang menyenangkan bagi Mama yang berjiwa bebas, imajinatif, dan easy going terjebak dalam kelas yang diisi oleh siswa-siswi terpilih dengan kecerdasan di atas rata-rata itu membuka lebih banyak persaingan alih-alih kolaborasi. Walau jelas mereka teman-teman yang baik dan Mama menyayangi mereka, tapi Mama tak memiliki motivasi belajar yang baik selama di sana. Ibarat topi seleksi salah meneriakan nama asrama, Mama terlalu Gryffindor untuk ditempatkan di Ravenclaw. Itu titik dimana Mama merasa paling payah sedunia. Walau telah mencoba belajar dengan giat tapi hasilnya belum cukup. Belajar tak lagi menjadi kegiatan yang menyenangkan. Padahal sebelumnya Mama sangat menikmatinya. Sekolah lebih terasa seperti Azkaban.



Tegang sepanjang hari selama belajar di kelas membuat keadaan memburuk. Ditambah ketika insiden jatuh di lapangan olahraga malah berakibat fatal. Syaraf leher Mama terjepit yang membuat kepercayaan diri jatuh ke titik terendah. Berasa seperti robot yang kesulitan menggerakan kepala hingga ke bagian pinggang. Di Jam istirahat di sekolah, Mama menghabiskan waktu untuk terapi ke Rumah Sakit. Episode hidup yang terlalu sulit dan sakit hingga pernah berpikir seandainya mungkin, ingin sekali  disambar cahaya hijau Avada Kedavra. Kesepian karena teman-teman sekolah terasa kian jauh, tapi Hogwarts terbuka lebar untuk Mama. Persahabatan dari The Golden Trio mengobati Mama. Sungguh benar adanya, bahwa bersama buku kita tak pernah sendirian. Terinspirasi betapa menariknya kehidupan sekolah di Hogwarts tak sulit memutuskan bahwa kelak Mama akan mengikuti jejak Minerva Mc Gonagall menjadi seorang guru. Harry Potter menemani Mama dari beradaptasi hingga meraih mimpi.

Jangan khawatir sayang, Tiga seri Harry Potter ilustrasi telah menjadi milik Idea dan empat seri lainnya untuk melengkapi, serta Harry Potter dan Si Anak Terkutuk. Jangan lupakan Kisah-Kisah Beedle si Juru Cerita, Hewan-Hewan Fantastis dan Dimana Mereka Ditemukan, tak ketinggalan,  pidato inspiratif JK Rowling dalam The Very Good Lives. Bahkan sejak di kandungan Mama telah membacakannya untuk Idea. Idea harus tahu, untuk memperingati hari-hari menyedihkan Mama, setiap tahun Mama akan reread Harry Potter untuk mengabadikan kenangan.

Terlalu banyak pelajaran baik yang Mama dapatkan di dalam buku-buku ini. Jika sebelumnya Mama mendapat pelajaran sebagai remaja yang dalam fase transisi, setelah menjadi Ibu Mama memandang buku seri Harry Potter ini seakan buku parenting. Ternyata, adaptasi tersulit dan terhebat  adalah beradaptasi menjadi seorang Ibu. Dimulai dari Mama belajar dari kisah menyedihkan Merope Gaunt agar jangan sampai jatuh ke pelukan cinta yang obsesif. Beruntung Mama bertemu Bapakmu dengan tampang seperti Sirius Black (sebelum masuk ke Azkaban, tentunya) tapi memiliki karakter seperti Remus Lupin (ketika tidak dalam periode bulan purnama) Mama mendapat banyak pelajaran jadi ibu dari cinta Lily untuk Harry, serta cinta Molly bahkan Narcissa. Cinta ibulah yang mampu menyelamatkan anak-anaknya.  Semoga Mama bisa menjadi ibu terbaik seperti mereka untuk Idea. Belajar tentang cinta dari buku, sungguh sangatlah indah, apalagi bertumbuh menjadi seorang ibu. Betapa buku-buku itu sangat membantu. 

Sulit sekali membayangkan akan seperti apa hidup Mama jika tidak membaca buku-buku tersebut. Barangkali akan jauh dari menyenangkan. Buku-buku tersebut memberi banyak pelajaran.  Sekarang Mama, masih dan terus membaca buku-buku terbaik yang bisa Mama dapatkan agar kelak ketika waktunya, Idea akan menemukan mereka di rak buku kita. Akan ada waktunya kita mendiskusikan buku-buku itu atau bahkan berdebat karenanya. Tak sabar rasanya menunggu waktu itu tiba.



Nak, ada banyak buku baru yang belum terbaca, semoga kita memiliki waktu dan kesempatan untuk membacanya semua agar kita bisa belajar, mampu beradaptasi, bersahabat dan bertumbuh. Nak, mari kita berucap walau sedikit terlambat, "selamat Ulang Tahun Gramedia Pustaka Utama yang ke-47 terima kasih untuk Gramedia Pustaka Utama untuk buku-buku hebatnya, yang memberi banyak pelajaran untuk kehidupan kita. Sukses dan tetaplah menjadi yang utama di hati para pembaca pecintanya GPU yang terhebat!💗" .

Semoga Idea dimasa depannya kelak akan memetik pelajaran yang banyak seperti yang Mama dapatkan selama ini dari buku-buku terbaik Gramedia Pustaka Utama. 

 

Salam literasi,

 

Mama dan rekan membaca Idea

 

*)Surat ini terinspirasi dari postingan di Instagram, foto Idea tentang Hari Buku Sedunia setahun lalu.