Kadang aku tak mampu untuk membedakan mana yang benar-benar
terjadi dan mana yang hanya ada di dalam khayalanku. Buatku kadang sebuah
pengalaman tak harus bersifat nyata, karena jika aku memaksakan sebuah hal yang
nyata, maka aku tak memiliki pengalaman apapun.
***
Pernah mendengar kisah dongeng? Aku tau kalian menyukainya, diawali
dengan once upon a time dan di akhiri dengan happily ever after, selalu
indah. Akupun menyukainya, tapi…boleh kutebak sedikit (jika kalian para gadis)?
Pasti kalian pernah bermimpi untuk bisa seperti mereka, menjadi gadis jelita
dengan hati mulia yang jatuh cinta pada pangeran mempesona, walaupun pada
awalnya hidupmu selalu menderita, benar-benar sebuah drama, tapi kita selalu
berharap untuk bisa memainkannya dalam kehidupan nyata. Aku pecaya hal itu
sangat indah, indah bila menjadi dongeng semata, tapi bila kau mengalaminya
dalam dunia nyata, aku berani bersumpah kau takkan pernah menginginkannya.
Aku mengalaminya, percayalah aku
tak mengada-ada, tapi jangan coba menebak bahwa aku adalah gadis malang seperti
Selena Gomez atau Hillary Duff yang mengalami hidup bak Cinderella di dunia
nyata, karena aku tak punya saudara tiri jahat, ataupun ibu tiri, jangan juga
berpikir aku seperti Amanda Bynes yang harus tinggal dengan para dorks gara-gara si cewek jahat yang terlalu
takut kecantikannya tersaingi,seperti hidup ala Putri Salju, yeah aku juga
tidak kayak Vanessa Hudgens yang karena berhati mulia penuh cinta bisa
melepaskan kutukan sihir jahat dan merubah si buruk rupa menjadi sempurna,
terakhir aku juga tak mengalami syndrome Putri tidur seperti seorang remaja
Inggris, entah siapa namanya, aku benar-benar lupa. Mau tau dongeng apa yang
kujalani dalam hidupku? Pernah mendengar kisah si cantik berambut panjang
Rapunzel yang terkurung di menara?kisahku sepertinya hanya saja aku tak
berambut sepanjang itu, dan tak ada penyihir jahat yang mengurungku, ayahku
hanya terlalu menyayangiku hingga aku menjalani hidup seperti ini, dia tak
mengurungku dia hanya tak ingin aku terlibat terlalu jauh ke dunia yang katanya
tak ramah ini, dia hanya tak ingin gadis kecilnya ini tersakiti, aku tau dia
menyayangiku, yang kutau caranya menyayangiku benar-benar salah, dia tak
membiarkan dunia yang kejam ini menyakitiku hingga aku memilih menciptakan
duniaku sendiri, dunia yang lebih indah dari dunia manapun, dunia dimana aku
bisa menjadi putri bungsu keluarga Weasley, alih-alih Ginny, dunia di mana aku
bisa bermain seharian di Neverland bersama Peter Pan (aku memilih menjadi Tink,
bukannya Wendy yang sok tua!), dunia tempat aku bisa memasuki Wonderland yang
ajaib saat aku menjadi Alice, dunia yang….
“Bed time! Malam ini Papa akan menceritakan
dongeng favoritmu.” Papaku dengan wajahnya yang bak seorang raja dalam balutan
piyama mengingatkanku akan waktunya tidur, tidur? Apa aku memerlukannya? Tidur
agar aku bisa bermimpi, sementara aku bermimpi nyaris sepanjang hari, aku tak
pernah menjalani hidup aku hanya memainkan mimpi.
“Okay, baiklah!” Aku membaringkan
diri ditempat tidur, Papa berbaring disisiku, menatapku dalam dan selalu
membisikkan hal yang sama “Kamu begitu mirip dengan mamamu, seandainya dia bisa
berada bersama kita disini.”
“Maka, Gadis takkan mencintai Papa
sebanyak ini, karena cinta Gadis akan terbagi dua.” Jawabku pelan, jauh di
dalam hatiku sejujurnya aku mengharapkan Mamaku ada di sini, sekarang bersama
kami. Papa tersenyum, tapi matanya memancarkan cahaya pedih. Dia mulai
bercerita, cerita yang selalu dikisahkannya hingga aku menghafal kata
perkatanya.
“Pada suatu waktu di negeri yang
sangat jauh hiduplah sepasang suami istri tanpa anak yang tinggal tak jauh dari
taman bertembok milik seorang penyihir jahat, setelah menunggu sekian lama
akhirnya sang istri hamil, dan sang istri yang menyukai bunga Rapunzel meminta
sang suami untuk memetik sekuntum bunga Rapunzel yang sialnya bearada di taman
milik Gothel, si penyihir jahat, sekali tak ketauan sang suami memetik
bunganya, maka esoknya sang istri memintanya melakukan lagi hingga akhirnya
sang suami tertangkap tangan mencuri bunga oleh sang penyihir….”
“Sang penyihir murka, sang suami
ketakutan, memohon belas kasihan, mereka bikin kesepakatan, si penyihir minta
anak si suami istri itu setelah lahir, nantinya si anak yang diberi nama
Rapunzel itu, dikurung di menara tinggi bersihir sakti, menginjak remaja
Rapunzel menjadi gadis yang sangat jelita dengan berhiaskan rambut pirang
panjangnya, suatu hari ketika dia tengah bersenandung suara merdunya
memperemukannya dengan seorang pangeran, keduanya saling jatuh cinta, bertemu
dengan diam-diam, rambut panjang Rapunzel menjadi alat bagi sang pangeran untuk
memanjat menara, bla…bla…bla…
happy ending! Papa, tau kenapa aku menyukai dongeng ini?” aku memotong
ceritanya lalu dengan cepat mulai mengoceh, aku bertindak sangat tak sopan.
“Karena dongeng ini juga kesukaan
Papa” jawabnya pelan, aku memandang ekspresinya yang kurang kusuka,
karena alisnya bertautan dan kerutan terhias di keningnya. Aku bangkit dari
tidurku, duduk dan memeluk kedua lututku.
“Salah! Karena dongeng itulah yang
menginspirasi Papa, untuk menjadikan hidupku semalang Rapunzel, Papa
mengurungku dengan alasan yang mengada-ada, bilang bahwa aku tak boleh
tersakiti apapun…”tak terasa air mata jatuh dipipiku, aku menghapusnya cepat
tak ingin terlihat lemah saat aku mengatakan kata-kata ini, wujud protes atas
apa yang kualami. “Papa, kartu quote kirimanmu di sararapanku pagi tadi
tertulis, ketakutan hanyalah kamar gelap tempat negatif film di simpan, tempat
menyimpan foto-foto wajahku yang selalu Papa abadikan setiap harinya!” aku
menghapus lagi air mataku, “tidakkah pernah sekalipun Papa berpikir, tentang
apa yang mesti kutakuti? Aku tak perlu takut pada apapun karena Papa akan
selalu melindungiku, aku tak perlu dikurung begini, dengan begini aku hanya
menganggap Papa tak lebih dari Gothel si penyihir jahat, usiaku 15 tahun Pa,
aku ingin hidup senormal anak lainnya, sekolah, mengenal orang lain, hidup
dalam dunia nyata, berbuat kesalahan bahkan merasakan ketakutan!bukan hidup ini
yang ingin aku jalani, Papa menjadikanku seolah aku putri dongeng dalam kisah
dongeng yang Papa kisahkan beulang-ulang, Papa hanya ingin aku menjadi sisa
dari yang tidak rasional?”
“Gadis…waktunya tidur” Dia
menghapus air mataku, mencium puncak kepalaku, mematikan lampu, dan menutup
pintu kamarku, meninggalkanku sendiri, kupikir dia akan memarahiku, kupikir dia
akan merasa sedikitnya…lupakanlah! Seumur hidup aku akan tetap seperti Rapunzel
yang malang, hari akan berganti lagi, pagi akan datang, Nanny akan mengantarkan sarapan, yang
ditambah bunga Lily putih, seperti kesukaan Mamaku, dan kata-kata indah penuh
inspirasi, entah kata-kata siapa lagi esok pagi…kutipan dari Michael Pritchard
pagi tadi “Ketakutan adalah kamar gelap tempat menyimpan film negatif” malah
jadi kata-kata yang menyulutku untuk berontak, aku ingin hidup yang selayaknya,
sepeti orang lain lain di luaran sana, keluar dari zona aman, hadapi dunia luar,
melakukan kekacauan, merasakan ketakutan. Harapanku satu-satunya, jika hidupku
seperti Rapunzel, mungkin aku hanya perlu menunggu seorang Pangeran datang
padaku, aku mengharapkan Pangeran?benar, Papa berhasil menjadikanku orang yang
irasional!
mba klo si gadis pola hidupnyadi rubah sma papanya kyknyadia bakal labil bgt yaa,, blom tau skap dewasa dan dunia luar :D
BalasHapushhhhhhnmmmm we will see yak klanjutanx, papanya apa gadisx nih yg bakal bermasalah????ngekhayal dulu ah
BalasHapuswkwkwkwwk,,, i think they both yg bermasalah,, klo yg rasional, seandainya itu gadis bsa bebas dy bkal labil,krena dy blom punya pglaman buat hadapi dunia luar mbaa,, mnurut ku hahaha
BalasHapusKalimat ini jadi Clue-nya de', "Buatku kadang sebuah pengalaman tak harus bersifat nyata, karena jika aku memaksakan sebuah hal yang nyata, maka aku tak memiliki pengalaman apapun."
BalasHapusimajinatif dan kreatif..ga ngebosenin cit.. ^_^
BalasHapusKereeenn blog.a
BalasHapusmoga suksessss amin.
salam kenal dari blogger amatiran Lombok Utara
Rey---->Lo nilainya subjektif, tw w haha but thx a lot
BalasHapusLombokguide-->Thx a lot yuk sama2 ngeblog, sukses juga yak
mbaaak agak susah aku bacanya haha
BalasHapusnyampe sini juga...mulai baca..
BalasHapusawalan yg bagus
cuma sory mesti gw kopi ke word dlu bt ganti font..hehe maklum mata tua neh gk kebiasa baca tulisan latin :)
kayakx mang w kudu ganti font deh, hehehe thx u yak :D
BalasHapus