Date a girl who reads

Date a girl who reads

Jumat, 13 Januari 2012

Rahasia Gadis (15)


(Gadis)
Selalu ada hal-hal yang bisa membuatmu tertawa
Betapa mudahnya kamu bahagia, walau kadang kamu tak menyadarinya

***
          Pertengahan minggu memang hari-hari menjemukan di sekolah, itu yang kurasakan mengingat banyaknya siswa yang mengeluh tentang masalah tugas, dan stress dengan ulangan-ulangan harian yang dipaksakan secara mendadak. Tapi hari ini, aku yakin Kepala Sekolahku tersayang, tidak akan terlalu keberatan dengan sedikit kekacauan dan hysteria massa yang akan aku ciptakan, well, sebenarnya ini bukan ideku, yeah, anggap saja ini bagian dari pesta akhir pekan nanti.
Ssssttttt sejujurnya aku menyogok Kepala Sekolahku dengan sekotak Cupcake Magnolia Bakery yang fenomenal itu, aku yakin beliau takkan bisa menolak kenikmatan Red Velvet Cupcake, yeah itu adalah kesukaan dari Oprah Winfrey, dan tolong hargai usahaku untuk menerbangkan sekotak kue cantik itu jauh-jauh dari New York. Lagipula selain sekotak Cupcake, aku yakin tiket konser Norah Jones (Penyanyi Jazz Favorite-nya) dan tiket pesawatnya membuatnya melupakan kesedihan akibat perceraian dan menikmati akhir pekannya. Aku berdoa semoga usaha yang kulakukan bisa menghentikan pertumbuhan uban di kepalanya.
          Aku sengaja menyewa beberapa pria yang berpura-pura sebagai papparazi dan tim pencari bakat, hanya untuk berkeliaran di sekolah, memotret kesana kemari, menghampiri sekumpulan anak dan yeah pada akhirnya membagi-bagikan undangan pesta akhir pekanku. Yeah, bisa ditebak, banyak diantara mereka akan berterima kasih karena aku sudah memberikan sesuatu untuk membahagiakan jiwa mereka yang terlalu menderita karena tuntutan sekolah.
***
          Siang itu aku yakin di seantero sekolah menjadikan  aku sebagai topik pembicaraan yang hot, bagaimana tidak? Bila cara penyebaran undangannya bisa begitu keren, bisa ditebak bagaimana pestanya nanti. Selain itu, suara teriakan dan hysteria mereka terdengar sampai telingaku, bisik-bisik sibuk tentang kostum dan pasangan kencan kudengar di seluruh koridor…hey, memangnya siapa yang bisa menolak pesta??? termasuk tujuh kurcaci alay yang tiba-tiba saja berdiri di depanku dan Raken dengan tampang alay mereka yang membuatku…sudahlah, lebih baik jangan dikatakan jika nantinya ini hanya akan menjadi sebuah ejekkan!
          “Coppelia yang cantik! Harus gue bilang kalo party elo bikin kita-kita pada bergembira ria!” Seserang yang bertampang seperti pemain drama Korea yang gagal operasi plastik berkata dengan begitu ceria, hingga membuatku kebingungan.
          “….Elo tau nggak? Party elo bikin kita punya semangat baru! Elo mau tau apa?”          Kali ini, yang lain lagi seorang cowok dengan bibir terlalu seksi (daging dibibirnya bisa jadi seporsi Rendang) berbicara tak kalah semangat.
          “…akhirnya setelah latihan selama sebulan penuh, kita bisa punya tempat buat tunjukin talenta nyanyi and dance kita!” Setengah berteriak karena kegirangan dan hasrat untuk melompat-lompat, cowok berkulit hitam manis dan berhidung pesek tapi bermata indah, melengkapi kalimat dua cowok sebelumnya.
          Lalu, dengan gaya dance yang sangat rumit seperti yang sudah mereka latih selama ini, ketiga cowok tadi, ditambah empat personel lainnya dengan kompak bertanya dalam nada memohon yang sempurna ”Loe mau kan ngasih kesempatan boyband kita untuk ikut bagian dari party elo??? “
          Oh Tuhan, bahkan Presiden Soekarno akan terpukul melihat generasi muda penerus bangsanya yang seperti ini. Raken yang duduk di sebelahku, tanpa perasaan menertawakan mereka dengan tawa ngakak yang kencang, aku sebenarnya ingin tertawa juga, hanya saja kupikir aku harus menahannya, yeah aku mencoba sopan. Jadi, aku hanya perlu menunjukkan seulas senyuman menawan.
          “Hey”  aku mengangkat tangan kananku, mengoyang-goyangkannya dan tersenyum, seakan aku menyukai ide mereka. “Okay, great idea guys!” . Aku mengangkat bahu dan menghadap ke arah Raken. Jujur aku tak kuasa menolak.
          “Eits…tunggu dulu” kata Raken tiba-tiba.
          Entah mengapa ketika menatap Raken, wajah mereka berubah menjadi memerah, aku yakin mereka tak memakai blush on atau habis kena gampar, tapi yang jelas pipi mereka merona. Pesona apakah yang dimiliki Raken? Sungguh aku bertanya-tanya…bagaimana bisa pria-pria tertarik padanya??? kemarin orang dari EO, sekarang, sekumpulan cowok alay! Hey, perlu dicatat, ini tidak termasuk salah satu bentuk kecemburuan, hanya sekedar rasa keingin tahuan yang harus terpuaskan.
          “Syaratnya apa?” tanya mereka kompak, dalam nada falsetto
          “Elo pada, mesti pake kostum tujuh kurcacinya Cinderella, dan menyanyikan lagu-lagu cinta, jangan lagu-lagu alay pasaran yang malah bikin rusakin pesta dan telinga.” Raken berbicara semaunya
          “Maksudnya…kan konsep party-nya tentang movie-movie gitu…boleh nggak yah, kalo kalian menyanyikan soundtrack-soundtrack drama romantis…yeah, kayak My Heart Will Go On-nya Titanic, juga When You Say Nothing at All-nya Nothing Hill, So Close-nya Enchanted, atau lagu-lagu cinta yang kalian suka…hmmm secara acapela, biar feel-nya lebih berasa?” Aku mencoba menyarankan.
          “Tapi tanpa dance konyol yak” tambah Raken sambil terkekeh mengejek.
          “Gimana kostumnya?” tanya si cowok baby face dengan ekspresi polosnya.
          “Jadi kayak kurcacinya Cinderella???” tanya yang lainnya, masih kompak dan dalam nada yang sama.
          Antara ingin menangis dan tertawa. Aku memilih untuk mengangguk saja.
          “Yeah” jawab Raken di sela tawanya, dan gilanya mereka malah melompat riang, dan berlalu sambil bicara dengan teman-temannya “kita harus latihan lebih keras sekarang”. Merekapun berlalu, meninggalkanku dan Raken yang masih tertawa-tawa.
          “Kamu harus tanggung jawab kalo besok mereka bertindak konyol, kalo mereka pake kostum kurcaci, kamu harus pake kostum Prince Charming!” tuntutku dalam canda diselingi tawa.
          “Tak masalah jika kamu adalah Cinderella-nya” katanya singkat sambil mengacak-acak rambutku. Kutatap matanya mencoba mencari jawaban lebih dari kata-katanya. Masih jadi misteri dan benar-benar membuatku harus berpikir lebih keras lagi saat dia melemparkan senyum manis pertamanya untukku.

Bersambung….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar