Date a girl who reads

Date a girl who reads

Senin, 13 Februari 2012

[KCV] Silly-Milly





Kalo cinta, pasti dua arah
 jika hanya satu diantara kita yang merasakannya
 itu cuma obsesi gila!
***
        Aku sedang memperhatikan seorang gadis yang seperti kertas gambar yang penuh coretan crayon warna-warni; dia memakai bando polkadot ungu dengan totol pink, headset berwarna hijau neon, memakai sweater rajut warna kuning, syal warna orange, rok warna merah, dan legging warna biru tosca, kakinya dibalut kaus kaki motif pelangi, jangan bilang norak! Karena dia pasti akan marah, itulah dia Milly, sahabatku yang kuculik dari rumahnya (padahal dia sedang terserang batuk-pilek parah) untuk menemaniku ke perpustakaan kota, skripsi dan tuntutan wisuda dengan segera dari orang tua nyaris membuatku gila!

          Dia sedang telungkup  di ruang baca khusus anak-anak yang berkarpet dan memiliki bantal-bantal nyaman, dia membantah petugas yang melarangnya, tapi setelah dia menunjukkan hidungnya yang merah dan meler, mereka membiarkannya, lagi pula jam dua siang tidak ada anak-anak yang berkunjung, apalagi di luar hujan deras.
Melihatnya dari jauh membuatku berpikir bahwa Milly seperti anak lima tahun yang terjebak dalam tubuh cewek 22 tahun, tingkahnya konyol dan manja, tapi jangan salah dibalik semua keanehannya dia gadis cerdas, melihat dari pilihan bacaannya, dia memilih The Mapping Human of History-nya Steve Olson, alih-alih kisah cinta manusia dengan Vampire yang jadi primadona di rak fiksi.
Aku menghampirinya dan duduk di sampingnya, kupikir sudah waktunya pulang, aku tak menemukan apa yang kucari.
“Balik yuk!” ajakku, mood-ku benar-benar jelek hari ini, semprotan dosen, desakan orang tua, juga cewekku yang menggila gara-gara lagi ternoda si merah membuatku bisa benar-benar gila.
“Gue masih pewe buat rebahan” tanpa melihatku, Milly menjawabku seenaknya, matanya tak lepas dari buku bacaannya.
“Mil…”
“Hmmmm…”
“Gue bête!”
Dia berdecak, lalu memandangku dengan tatapan melotot, dia bangkit dari posisinya dan duduk bersila di depanku, dia menutup bukunya, lalu menatapku, menantang. “Besok-besok aja tuh si Regina, cewek elo ke sini, biar dia bisa baca buku yang ngebahas kesamaan antara otaknya dengan otak manusia purba, dan juga, giliran elo susah, gue yang dibawa-bawa, seneng-seneng doing elo ma pacar elo, pas nggak enaknya, elo ajak gue” dia marah-marah, kita sahabat akrab, sejak kecil, selalu satu kelas dari TK sampe kuliah, sebenarnya aku yang ngikutin dia, keberhasilan akademikku, adalah lebih karena jasanya.
Dia masih mengomel tanpa henti, entah apa yang dibicarakannya aku tak peduli, aku selalu menikmati bagaimana kata-kata itu meledak bagai petasan di dalam mulutnya, suaranya memekakan telingaku tapi, menghentikannya sama mustahilnya dengan mendamaikan Palestina dan Isreal, jadi entah ini pengaruh afeksi atau otak horny, tiba-tiba saja aku membungkam mulutnya dengan sebuah ciuman, setelahnya, tak ada yang bicara diantara kita. Hanya saling bertatapan dalam diam.
Lama-lama aku tersiksa dengan kebisuan ini, jadi kuputuskan untuk bicara.
Sorry Mil…gue nggak maksud” hanya itu yang bisa kukatakan.
“Elo suka kan sama gue, dari dulu!” suaranya seperti tembakan meriam, beberapa mata melihat ke arah kami, tapi Milly tak peduli. “
“Ya itu bener, cuma orang bego yang nggak nyadar kenapa untuk hal-hal yang penting gini gue lebih sering sama elo ketimbang sama cewek gue”
“Jadi elo bilang gue bego?”
“Trus apa?” aku membantah “kalo nggak bego apa namanya! Masa elo nggak nyadar-nyadar juga!”
“Itu bukan cinta, Ryo! Kalo cinta, pasti dua arah, jika hanya satu diantara kita yang merasakannya, itu cuma obsesi gila.
“Jadi elo nggak ada rasa?” aku bertanya keheranan, nggak mungkin, aku nggak pernah ditolak, cewek manapun bisa gue dapatkan, termasuk si silly Milly, apakah dia harus sekonyol julukannya? Jika dia ingin menemukan orang yang sekonyol dirinya, aku tak masalah, akan kulakukan, bagaimanapun caranya, agar dia tau kalo aku cinta sama dia!
“Gue nggak cinta sama elo! Kita sobatan, okay?” Milly meyakinkanku, harusnya dia berhenti menipu dirinya sendiri, kucoba buat dia yakin, kucoba cium dia sekali lagi….tapi….
“Huaccchhhhhiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiim” dia bersin hebat tepat di depan mukaku dan dia nyengir jail khasnya “sorry
Aku kecewa.
“Okay…gini aja, buat gue jatuh cinta, dalam waktu seminggu, sampai vals day tiba elo harus nembak gue, tapi selama seminggu ini elo harus yakinin gue untuk jatuh cinta sama elo, okay?”
Dan yeah, aku Ryo, dan tak ada satu orang cewekpun yang tak jatuh cinta padaku!
***
08/02/2012
“Elo mesti putus dari Regina, gimana gue yakin elo sayang sama gue kalo elo masih jadi pacarnya?” tuntutan pertama dari Milly, yeah dia benar
“Akan gue lakuin agar loe percaya” aku meyakinkan
Nice!
09/02/2012
“Gue suka banget Ice Cream Mint yang dicampur sama sama Ice Cream Coffee Choco Banana Split” katanya manja sambil mencampur dua jenis ice cream dalam satu mangkuk, lalu menyendokinya dan menyuapiku dalam suapan besar. “Elo juga suka kan, Yo?”
Aku mengangguk, walaupun ada rasa mual di lidah dan pergolakan maha dahsyat dari alat-alat pencernaanku.
“Karena kita punya makanan favorite yang sama, sekarang kamu abisin yak”
Dan aku menghabiskannya dengan pengorbanan luar biasa, sementara Milly menyemangatiku dengan senyum manisnya, well, mungkin aku akan puasa ice cream sampai lima tahun ke depan.
10/02/2012
“Kan lagi trend tuh, baju couple yang unyu-unyu, besok kita ke kampus pake baju couple ini yak?” Milly memberiku t-shirt berwarna pink dengan gambar cewek bertampang genit sedang meniupkan ciuman.
Dan aku tak punya alasan untuk menolak
11/02/2012
“Ponakan gue si Moniq, ultah lho ntar sore, bisa bantuin tiupin balon nggak?” katanya manja dengan tatapan mata seperti anak anjing tidak berdosa sambil menyerahkan beberapa lusin balon warna-warni ke tanganku.
Aku nyaris kehabisan nafas.
12/02/2012
“Mbak Nila lagi ngidam nih, ntar sore mampir di rumah yak, kita rujakan bareng mama juga”
Aku tak tau apa yang terjadi tapi yang jelas setelah acara rujakan bareng para calon keluarga masa depanku itu, aku mendadak mengalami masalah pencernaan. Aku tak boleh menyerah!
13/02/2012
“Temani gue jadi baby sitter buat jagain si Moniq yak?” lagi-lagi lampu merah tanda bahaya kedap-kedip dalam kepala, tapi apa daya, demi cinta, aku hanya bisa mengangguk saja, dan tak susah untuk menebaknya. Semuanya berakhir bagai bencana, semua kukuku di cat warna magenta ceria, ada pita merah muda di puncak kepala, dan pipi juga bibirku berubah memerah, selain itu aku harus belajar dance dan lagu ceria ala girlband favorite si bocah kecil nan lucu juga bikin hidupku tersiksa, menghafal lagu Beautiful hingga yang berjudul Dilema, selain itu aku tiba-tiba saja mendadak punya senyum yang anehnya, bisa bikin aku seperti orang-orang jenis kelamin ketiga!
14/02/2012
          Akhirnya, hari ini tiba juga, dan seperti hal yang dilakukan cowok untuk nembak cewek di hari Valentine, aku udah siapin; sekotak cokelat praline, boneka Teddy Bear lucu dan seikat mawar warna pink, tapi begitu aku tiba di depan rumah Milly, dia malah menyambutku dengan pakaian serba hitam, dengan smokey eyes dan dandanan seperti orang yang mengalami kematian spiritual. Dia mengajakku untuk ke taman samping rumahnya, ada ayunan saling hadapan dari besi dengan kanopi.
          “Sorry, buat semingguan ini” itu yang diucapkannya dengan pelan, dan mata dengan  eye liner ketebelannya menatapku sendu. “Harusnya elo nyerah Yo, gue pengen elo nyerah, gue nggak pengen elo pada akhirnya makin niat jadiin gue pacar, gue mau elo ilfeel sama gue”
          “Gue sayang sama elo Mil” aku meyakinnya, dengan menatap matanya yang kini membuatku tak nyaman, aku tak melihat lagi Milly yang kukenal di sana.
          “Sayang aja nggak cukup!”
          “Apa yang elo rasain Yo?” dia bertanya dalam nada yang terdengar seperti campuran marah dan mengejek
          “Sayang, cinta, kasih” aku tak menemukan lagi kata lainnya, harusnya dia tau cowok tak bisa mengatakan hal-hal seperti itu.
          “Akan gue hargai kalo seandainya elo bilang bahwa di sini…” Milly menyentuh dadaku, di dekat hatiku berada. “…juga ada kepercayaan, penerimaan, rasa dekat, kebaikan hati, persahabatan dan juga rasa hormat”
          Seharusnya dia tau aku tak bisa berkata-kata
          “Hari ini gue kayak berkabung kan? Gue benci Valentine! Elo tau apa yang dibilang Biyan pas nolak gue pas kita kelas satu SMA?”
Aku tak tau karena aku tak ada pada saat itu, tapi yang jelas seminggu sebelum hari Valentine itu Milly berubah… tapi cuma bertahan seminggu, jadi cewek seperti yang diinginkan Biyan; kalem, lembut dan dewasa, tapi Milly ya Milly.
“Dan gue gagal jadi cewek seperti yang diinginkan Biyan, dari situ gue sadar Yo, bahwa gue bukan buat dia, nggak ada kembang api diantara kita Yo, sama kayak nggak ada kembang api antara gue dan Biyan, cinta ya cinta, jangan dipaksa, jika kita terlalu memaksa, malah bisa berbahaya, seseorang yang mencintai kita akan menerima kita apa adanya, bukan orang yang mau melakukan apa saja untuk orang yang dipikir dicintainya! Mengerti maksudku?” dia menatapku sambil menggeleng. “Seharusnya elo bilang elo benci harus mutusin Regina, Regina cuma bermasalah dengan otak begonya kan?” dia tertawa kecil “Harusnya elo nggak makan ice cream rasa muntahan”dia menggeleng “harusnya elo tersinggung pas gue paksa pake baju norak itu, harusnya elo nolak, dan nolak, dan nolak permintaan idiot nggak masuk akal yang gue minta!” suaranya terdengar tak sabaran “Gue benci Valentine dan orang yang terobsesi dengan Valentine bukan karena mengejar cinta tapi hanya memaksa egonya! Pikirin sekali lagi, ini bukan cinta Yo, kalo cinta gue juga pasti rasa, jangan jadi idiot kayak gue dulu” dia diam lalu bicara lagi “Temukan Valentine-mu, seseorang yang kamu tau bahwa cintamu juga terbalas olehnya, selamatkan hatimu” Milly meninggalkanku pergi.
Entah mengapa saat dia mengatakannya, otakku menampilkan bayangan Regina, dan semoga dialah orangnya, karena, ya, aku merasakannya, semoga dia masih mau menerima.

5 komentar: