“Banyak yang dapat diperbuat dengan
uang, tapi dengan cinta jauh lebih banyak lagi yang mampu kita perbuat”. Saya
mungkin memulai tulisan saya dengan kalimat bernada gombal, tapi YA! Saya tidak
sedang menulis kalimat romantis kacangan. Kalimat ini lebih saya tujukan untuk
kita semua dalam memberantas korupsi. Serius! apabila saya menjadi Ketua KPK,
yang saya lakukan dalam upaya pemberanatasan korupsi adalah memulainya dengan pendekatan
cinta.
Mungkin
akan ada yang bertanya: “Menggunakan kekuatan cinta
untuk memberantas kejahatan yang merampas kehidupan banyak orang? Jangan
bercanda!”
Dan
tanpa ragu sedikitpun saya akan menjawab: “Ya,
tentu saja!”
“Bagaimana caranya???”
Dimulai dengan Belajar dari Sejarah
“Marilah kita menengok ke belakang…kadang kita
perlu belajar dari sejarah, bukan? Masih ingat kongsi dagangnya Belanda? Yups! VOC!!!
Vereegnigde Oostindische Compagnie, BENAR!!! itu adalah kepanjangannya, tapi kita bisa memplesetkanya
sedikit menjadi Vernietigd Onder Corruptie yang berarti Hancur
Karena Korupsi.
Sejarahpun
tak bisa mengelak bahwa penyebab hancurnya kongsi dagang tersebut juga akibat
korupsi. Belanda dengan politik Divide et
Impera berhasil menghancurkan Indonesia tidak hanya secara fisik tapi juga
secara mental.
Lihatlah
bangsa kita, selain terjajah, juga dirusak dengan “ajaran sesat mereka”, dengan
mudah bangsa kita dihancurkan karakternya, dimana dapat kita jumpai jiwa
autentik bangsa kita?
Sejak
kedatangan penjajah ke bumi pertiwi, yang kita tahu, bahwa setelah mereka
memecah-belah para bangsawan dan petinggi di nusantara, bangsa penjajah
memperkenalkan budaya korup dengan cara hasutan kepada para bangsawan dan
petinggi di nusantara untuk memeperkaya diri dan keluarganya, melenakan mereka
dengan provokasi terselebung, memanipulasi hukum, hingga mengabaikan pendidikan
moral. Kita, secara perlahan kehilangan diri kita yang sesungguhnya.
Dimana
semangat Patih Gajah Mada yang pernah kita punya?
Dimana
kemasyuran yang pernah ada di dalam jiwa Kerajaan Kutai Kertanegara?
Dimana
kekuatan besar yang pernah kita miliki dijaman Kerajaan Sriwijaya?
Hanya
tinggal kenangankah?
Tidak
kita masih bisa mengembalikannya dengan cinta.
Cinta, bukan hanya
kata, tapi saya percaya cinta mampu menyembuhkan segalanya, termasuk bangsa
kita.
Dengan
pendekatan cinta sebagai ketua KPK, saya menawarkan dua hal; pencegahan dan
pemberantasan korupsi.
1. Pencegahan
Bagaimana mencegah korupsi yang seakan
telah membudaya di Indonesia? KPK harus bekerjasama dengan lembaga pendidikan.
Di sekolah sudah ada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yang dimaksudkan
untuk menjadikan peserta didik nantinya sebagai Warga Indonesia yang baik.
Apakah itu cukup?
Sangat jauh dari cukup. Siapapun boleh
bertanya sekarang pada seorang siswa, adakah diantara mereka yang menjadikan
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah pelajaran favorite-nya?nyaris tak ada! Siswa tak lagi begitu peduli pada
perbaikan karakter, tidak lagi menganggap penting semangat nasionalisme dan
patriotisme. Kebanyakan dari anak-anak usia sekolah saat ini telah kehilangan
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia!
Disaat para guru mengajak mereka untuk
mencintai bangsa, berbagai media membuat generasi penerus kita kebingungan.
Bagaimana tidak? Anak-anak dan remaja masa kini melihat jelas berbagai
kebobrokan. Adakah sehari media tak menanyangkan kasus korupsi? Para generasi muda, kehilangan panutan!
Sejujurnya generasi masa kini membutuhkan teladan, bukannya idola. Namun,
terlihat jelas mereka lebih tergila-gila pada idola karena yah…mereka tak
memiliki teladan untuk menjadi panutan!
Marilah kita menunjukkan cinta pada
generasi muda. Ajak mereka untuk mencintai bangsa, tumbuhkan lagi rasa
kebanggaan akan tanah air kita. Mulailah mengajarkan mereka dengan kebaikan
hati, kepedulian, belas kasih, hidup bersahaja, kerukunan, kejujuran, tanggung
jawab, keikhlasan, dan berbagai hal dasar yang akan menjadikan mereka manusia
yang manusiawi.
Tidakkah pernah kita sadari apa yang
dipelajari generasi muda saat ini?
Mereka dibentuk menjadi generasi
matrealistis-oportunis-hedonis! Segala sesuatu diperhitungkan dengan materi
segala sesuatu dipertimbangkan berdasarkan untung-rugi. Banyak diantara
generasi kita saat ini yang bermental lemah, yang ngomel ketika harga bensin
naik beberapa ribu, tapi akan melakukan apapun untuk bisa membeli tiket konser!
Punya gadget mewah tapi tak sanggup berbagi dengan sesama. Mari ajarkan pada
mereka tentang pola hidup sederhana, bahwa uang bukanlah segalanya. Itulah
kenapa kalimat awal saya adalah rangkaian kalimat gombal ini “Banyak yang dapat diperbuat dengan uang,
tapi dengan cinta jauh lebih banyak lagi yang mampu kita perbuat”
Akar dari korupsi adalah masalah
duniawi, menyangkut materi…kita lupa tentang apa yang kita cari. Manusia
mencari bahagia, dan tidak semua kebahagiaan menyangkut materi. Mari kita ajari
lagi generasi muda bangsa kita dengan cara mensyukuri dan mencintai apa yang
kita punya bukannya mengajarkan mereka untuk membenci apa yang tidak bisa mereka
miliki. Ajarkan
mereka menikmati proses kerja keras untuk mencapai tujuan bukannya menghalalkan
segala cara demi keinginan.
KPK dan lembaga pendidikan dianjurkan
untuk lebih memfokuskan pada karakter anak terlebih dahulu, itu hal yang
penting, bukannya, menguasai aneka ilmu tapi tak terpuji dalam berperilaku,
bentuklah mereka dengan karakter-karakter yang sesuai dengan pribadi bangsa dan
nantinya, dengan kematangan karakter yang telah mereka punya, pastilah akan
membawa bangsa pada masa depan yang cerah.
Negara sudah seharusnya tak lagi takut
rugi berinvestasi untuk masa depan yang lebih baik. Investasi dunia pendidikan
takkan menimbulkan penyesalan. Gratiskan sekolah dan tingkatkan mutunya, sudah
saatnya harta kekayaan Indonesia digunakan untuk hal yang berharga. Saya percaya
pendidikan adalah cara terbaik untuk memperbaiki nasib sebuah bangsa. Dengan
individu-individu yang “berhati mulia”, sehat jasmani-rohani-mandiri dan
memiliki kecerdasan serta skill yang
dihasilkan dari hasil pendidikan kita, saya yakin Indonesia akan menghasilkan
pribadi-pribadi yang bebas korupsi.
2. Pemberantasan Korupsi
Ada proses panjang dalam mencegah
korupsi, lalu bagaimana dengan mereka yang sudah terjerat kasus korupsi saat
ini? Bagaimana cara memberantasnya. Ada
dua opsi; memiskinkan atau hukuman mati!
Tentunya, saya sebagai seseorang yang
sejak semula ingin “menyembuhkan” Indonesia dengan cinta takkan mungkin
melakukan opsi kedua. Itu melanggar HAM!
Saya lebih menyetujui opsi pertama,
dengan memiskinkan. Akan tetapi, tidak ada hukuman kurungan setelahnya! Nah?
Kita sangat tahu betapa payahnya hukum di negeri ini, dan tak ingin lagi
terjadi ada hal-hal seperti dulu; terdakwa yang bisa jalan-jalan ke Bali,
penjara yang lebih mirip hotel bintang lima ataupun hukuman maling ayam lebih
berat daripada koruptor.
Saya memiliki sebuah ide yang
“mengatasnamakan cinta” walau terdengar tak masuk akal, tapi saya rasa jika
kita mau melakukannya maka kita setidaknya bisa memperbaiki keadaan. Idenya
adalah, para koruptor diasingkan!
Mungkin di sebuah lokasi terpencil tanpa
fasilitas kehidupan modern, tanpa listrik ataupun sinyal, dimana mereka tak
lagi memiliki akses keluar. Cara ini adalah cara yang bisa ditempuh untuk bisa
menjauhkan mereka dari kehidupan duniawi.
Tadi telah saya katakan bahwa korupsi itu
karena ada banyaknya keinginan seseorang akan kebutuhan duniawi, sehingga,
tinggalkan saja mereka dipondok kecil sederhana, biarkan mereka hidup dekat
dengan alam, buat mereka dekat kembali pada Tuhan dengan memberi para koruptor
perlengkapan ibadah sesuai dengan agamanya.
Menurut saya pengasingan adalah langkah
terbaik yang bisa saya lakukan, memang hukumannya mungkin terdengar masih
ringan namun, secara tidak langsung, hukuman ini akan memberi dampak
menyembuhkan jiwa mereka yang selama ini lebih banyak dikuasai oleh keinginan
akan kehidupan duniawi. Selain itu, saya yakin tak ada orang yang rela
diasingkan.
Pada
akhirnya, lagi-lagi sebagai Ketua KPK saya hanya menawarkan cinta. Marilah
sama-sama kita tumbuhkan lagi rasa cinta pada bangsa dan negara, dengan begitu
maka takkan ada niatan untuk menghancurkan bangsa ataupun merugikan negara.
Dengan cinta, marilah kita sembuhkan Indonesia.
Dengan cinta, marilah kita sembuhkan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar