Dua hal yang paling kusukai di dunia ini adalah; Choky dan
semangkuk penuh ice cream cappuchino dengan banyak taburan choco chips di
atasnya. Tapi, aku belum bisa menentukan mana yang lebih kusukai, keduanya
meracuni otakku, menyebar “virusnya” ke seluruh tubuh lewat pembuluh darahku,
dan membuatku ketagihan. Kupikir keduanya sama berbahayanya dengan berton-ton
ganja, entahlah…semoga saja Choky dan ice cream cappuchino-chocochips tidak
dimasukkan dalam kelompok psikotropika.
Dan kadang,
aku juga kesulitan membedakan keduanya, sialnya, aku sering menyebut ice cream
cappuchino dengan taburan chokychips, saat aku sedang membeli ice cream, selain
membuat bingung si penjual ice cream, aku juga dianggap sinting
olehnya.La..la..la.. ice cream cappuchino-chocochips dan Choky sama-sama manis
sih, hehehe.
“Kurasa Choky
dan rekor menghabiskan 10 mangkok ice cream cappuchino chocochips dalam waktu
15 menit jadi resolusimu tahun ini, sis? Kakakku si makluk menyebalkan tapi
sangat kusayangi mulai menggodaku, dia tahu mataku tak berkedip memandang Choky
yang ada yang ada di balik pilar besar yang kukutuk karena menghalangi
pandanganku. ”Choky… tak perlu dikhawatirkan, selain kembaran jiwanya, Aditya,
dan semangkuk penuh ice cream milky vanila, disana tidak ada hal lain lagi, dan
makhluk yang disebut cewek ada dalam radius lima meter tapi dia seorang ibu
gemuk dengan gerombolan anak-anak yang nakalnya bukan main, kupikir bila aku
menikah nanti aku cuma mau punya seorang anak saja dan dia cewek seperti kamu
yang pendiam, cukup aku saja yang seperti beo” Widi menyesap latte hazelnut-nya
dan mulai bicara lagi, tapi cepat-cepat kuhentikan.
“Jangan
lanjutkan lagi, aku sedang fokus, nih…” bisikku pelan, jangan sampai suaraku
terdengar di balik pilar.
“Kamu jatuh
cinta sampai taraf terobsesi, Nay, dan itu nggak sehat:
“Lebih nggak
sehat lagi bila kita cuma mendam cinta itu, udah berapa lamu kamu naksir anak
cewek pemilik café ini?”
“Namanya
Carenina, dan kira-kira dua tahun”
“Dan kamu
Cuma mandangin dia sambil menyesap latte hazelnut, dan kamu akan tersenyum
kikuk ketika kamu ke-gap pas mandangin dia, kupikir kamu bisa overdosis karena
latte hazelnut, selama dua tahun belakangan ini kamu nggak pernah absen disini
dan selama itu paling sedikit kamu minum 2 gelas.” Cecarku, dan memasukkan
sesendok besar ice cream ke mulutku.
“Aku dan
latte hazelnut juga kamu dan ice cream cappuchino-chocochips….kurasa posisis
kita sama Nay, bukankah ice cream-mu cuma alasan sama kayak latte hazelnut.
Yeah, dan aku akui, aku memang sedikit pengecut, tapi aku cuma menunggu waktu
yang tepat.”
“Cinta itu
seperti ice cream, bila dibiarkan akan meleleh.”Kalimat itu keluar begitu saja,
aku sedikit shock ketika menmyadari kata-kata itu adalah produk dari pikiranku
yang meluncur begitu cepat dari bibirku, aku jadi sedikit gugup, jadi,
kumasukan ice cream banyak-banyak ke mulutku.
“Plato
bilang, saat tersentuh cinta setiap orang jadi pujangga. Kurasa itu terjadi
padamudan kalimat itu lebih tepat untukmu, karena….maafkan aku, aku belum
cerita padamu tentang aku da Carenina, dua minggu ini kita jalan bareng dan aku
akan nembak dia, nanti, sepulang dari bioskop. Ingat ketika kamu marah-marah
karena kamu harus bilang sendiri ke counter untuk memesan ice cream-mu, karena
aku lupa menuliskannya di kartu pesanan?sebenarnya, aku menuliskan hal lain
disana, mau tahu?” Dia menyesap latte hazelnut-nya lagi.
“Kutulis,ada
dua hal yang paling kusukai ditempat ini; Latte hazelnut dan gadis manis
pembuatnya. Jalan bareng dengan si pembuat latte bikin aku rela melupakan latte
seumur hidupku, dan dibawahnya kutulis, jalan bareng denganku, yuk!Kurang
romantis sih tapi aku berhasil, dan wow…aku gugup sekali seharian ini.” Widi
merebut sendok dari genggamanku dan menghabiskan ice cream-ku dalam waktu
singkat.Apakah ini suatu indikasi ia terkena syndrome yang mungkin namanya
belum diputuskan tapi yang jelas karena disebabkan oleh latte hazelnut dan
jatuh cinta setengah mati.
“Aku harus
pergi Nay, dan sorry telah menghabiskan ice cream-mu, Ucapkan good luck buat
kakakmu, tidak baik membuat cewek secantik Carenina menunggu di pintu terlalu
lama.” Dia bangkit dan berdiri, berjalan terburu-buru dan o….oh kakakku yang
mengalami nervous tingkat tinggi menabrak Choky dan menumpahkan ice cream-nya,
bukannya marah Choky malah tersenyum, sekali lagi kakakku meusak hidupku. Choky
pasti berpikir kami sepasang kakak beradik yang aneh.
Oh shit!
tinggal aku sendiri, kakakku yang kuprediksikan akan jadi pecundang seumur
hidupnya telah membuktikan diri bahwa dia bisa jadi laki-laki sejati, walau
….yeah sedikit terlambat. Sedangkan aku, takkan mungkin menulis pesan romantis
di kertas dan meminta seorang waiter memberikannya kepada Choky seperti di
film-film komedi khas Hollywood. Lagipula apa yang harus kutuliskan disana?hai,
aku mengagumi sejak dulu dan menjadi pacarmu adalah resolusiku tahun
ini.Kedengarannya aneh dan payah, cowok manapun takkan terkesan, walaupun itu
cowok tolol!
Aku payah dan sial! Dewa Keberuntungan dan Cupid, kalian dimana?apa aku cewek paling menyebalakan di dunia sampai-sampai kalian tak mau mendekatiku….uuuh….dan ice cream-ku tak tersisa sedikitpun, tanpa ice cream dan Widi , aku sama sekali tak punya alasan untuk terus berada disini dan memandang Choky atau lebih tepatnya memandang setengah punggungnya karena yang setengahnya lagi terhalang oleh pilar sialan itu.
Kupikir sedikit nekat tak apa, setidaknya dua jam berada di tempat yang sama dengannya, aku harus bisa melihat wajahnya, mungkin memberi sedikit senyum padanya bisa jadi sinyal positif, agar dia tahu bahwa aku menyukainya, dan hal ini membuat wajahku panas dan semerah cherry yang ada diatas ice cream milky vanila-nya yang diumpahkan Widi tadi. Satu-satunya cara untuk untuk menatap wajahnya adalah dengan melupakan waiter dan kartu pesanannya yang tolol, aku harus berjalan sendiri ke counter. Aku bisa melintas di depan mejanya, menatap wajah semanis ice cream-nya dan kulemparkan senyum manis terbaik yang sudah kulatih selama ini di depan cermin.
Aku payah dan sial! Dewa Keberuntungan dan Cupid, kalian dimana?apa aku cewek paling menyebalakan di dunia sampai-sampai kalian tak mau mendekatiku….uuuh….dan ice cream-ku tak tersisa sedikitpun, tanpa ice cream dan Widi , aku sama sekali tak punya alasan untuk terus berada disini dan memandang Choky atau lebih tepatnya memandang setengah punggungnya karena yang setengahnya lagi terhalang oleh pilar sialan itu.
Kupikir sedikit nekat tak apa, setidaknya dua jam berada di tempat yang sama dengannya, aku harus bisa melihat wajahnya, mungkin memberi sedikit senyum padanya bisa jadi sinyal positif, agar dia tahu bahwa aku menyukainya, dan hal ini membuat wajahku panas dan semerah cherry yang ada diatas ice cream milky vanila-nya yang diumpahkan Widi tadi. Satu-satunya cara untuk untuk menatap wajahnya adalah dengan melupakan waiter dan kartu pesanannya yang tolol, aku harus berjalan sendiri ke counter. Aku bisa melintas di depan mejanya, menatap wajah semanis ice cream-nya dan kulemparkan senyum manis terbaik yang sudah kulatih selama ini di depan cermin.
Yeah…kuputuskan
untuk melakukannya sekarang juga! Aku gugup luar biasa, tapi ini normal kan?
“ Aku pesan
saat ice cream cappuchino dengan banyaaaaaaaaaaaak chokychips….” Oooooooh……aku
melakukannya lagi, Papanya Carenina menertawai kekonyolanku dan matilah aku!
Orang terakhir yang seharusnya melihat kebodohanku sekarang tepat berada di
belakangku. Kakiku selemas jelly. Tuhan aku ingin menghilang dari bumi detik
ini juga!
“Hai…”
Ya ampun,
Choky menyapaku dan please Tuhan lupakan permintaan terakhirku, karena sekarang
Choky memberiku senyuman termanisnya
.
“Sampai sepuluh menit lalu, kupikir cowok itu pacarmu karena kalian begitu sering kemari bersama, dan kuharap kamu jangan mengira Aditnya pasangan gay-ku,hehehehe apa yang kubicarakan? aku memang sering gugup….gilanya, aku sering berdoa sebelum datang ke sini agar kamu dan ‘cowokmu’” dia membuat tanda kutip dengan jarinya “…supaya putus, dan sesudahnya aku yang akan duduk disampingmu ….hmmmm…..sepertinya, aku harus coba ice cream cappuchino denga banyaaaaaaak chokychips” aku malu setengah mati
“Sampai sepuluh menit lalu, kupikir cowok itu pacarmu karena kalian begitu sering kemari bersama, dan kuharap kamu jangan mengira Aditnya pasangan gay-ku,hehehehe apa yang kubicarakan? aku memang sering gugup….gilanya, aku sering berdoa sebelum datang ke sini agar kamu dan ‘cowokmu’” dia membuat tanda kutip dengan jarinya “…supaya putus, dan sesudahnya aku yang akan duduk disampingmu ….hmmmm…..sepertinya, aku harus coba ice cream cappuchino denga banyaaaaaaak chokychips” aku malu setengah mati
”Pak…..satu
ice cream cappuchino chokychips dan satu ice cream milky vanayla.” Dia berbisik
di telingaku, “Milky Vanayla-nya semanis kamu.” Aku tak lagi berpijak di bumi.
Kupikir cintaku itu memang seperti ice cream, tapi saat ice cream-nya nyaris meleleh aku buru-buru menjilatnya, dan tentang ice cream milky vanayla-nya, kurasa aku harus mencobanya.
Kupikir cintaku itu memang seperti ice cream, tapi saat ice cream-nya nyaris meleleh aku buru-buru menjilatnya, dan tentang ice cream milky vanayla-nya, kurasa aku harus mencobanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar