Date a girl who reads

Date a girl who reads

Jumat, 06 Januari 2012

Ice Cream Cappuchino Chokychips



Dua hal yang paling kusukai di dunia ini adalah; Choky dan semangkuk penuh ice cream cappuchino dengan banyak taburan choco chips di atasnya. Tapi, aku belum bisa menentukan mana yang lebih kusukai, keduanya meracuni otakku, menyebar “virusnya” ke seluruh tubuh lewat pembuluh darahku, dan membuatku ketagihan. Kupikir keduanya sama berbahayanya dengan berton-ton ganja, entahlah…semoga saja Choky dan ice cream cappuchino-chocochips tidak dimasukkan dalam kelompok psikotropika.

Dan kadang, aku juga kesulitan membedakan keduanya, sialnya, aku sering menyebut ice cream cappuchino dengan taburan chokychips, saat aku sedang membeli ice cream, selain membuat bingung si penjual ice cream, aku juga dianggap sinting olehnya.La..la..la.. ice cream cappuchino-chocochips dan Choky sama-sama manis sih, hehehe.
“Kurasa Choky dan rekor menghabiskan 10 mangkok ice cream cappuchino chocochips dalam waktu 15 menit jadi resolusimu tahun ini, sis? Kakakku si makluk menyebalkan tapi sangat kusayangi mulai menggodaku, dia tahu mataku tak berkedip memandang Choky yang ada yang ada di balik pilar besar yang kukutuk karena menghalangi pandanganku. ”Choky… tak perlu dikhawatirkan, selain kembaran jiwanya, Aditya, dan semangkuk penuh ice cream milky vanila, disana tidak ada hal lain lagi, dan makhluk yang disebut cewek ada dalam radius lima meter tapi dia seorang ibu gemuk dengan gerombolan anak-anak yang nakalnya bukan main, kupikir bila aku menikah nanti aku cuma mau punya seorang anak saja dan dia cewek seperti kamu yang pendiam, cukup aku saja yang seperti beo” Widi menyesap latte hazelnut-nya dan mulai bicara lagi, tapi cepat-cepat kuhentikan.
“Jangan lanjutkan lagi, aku sedang fokus, nih…” bisikku pelan, jangan sampai suaraku terdengar di balik pilar.
“Kamu jatuh cinta sampai taraf terobsesi, Nay, dan itu nggak sehat:
“Lebih nggak sehat lagi bila kita cuma mendam cinta itu, udah berapa lamu kamu naksir anak cewek pemilik café ini?”
“Namanya Carenina, dan kira-kira dua tahun”
“Dan kamu Cuma mandangin dia sambil menyesap latte hazelnut, dan kamu akan tersenyum kikuk ketika kamu ke-gap pas mandangin dia, kupikir kamu bisa overdosis karena latte hazelnut, selama dua tahun belakangan ini kamu nggak pernah absen disini dan selama itu paling sedikit kamu minum 2 gelas.” Cecarku, dan memasukkan sesendok besar ice cream ke mulutku.
“Aku dan latte hazelnut juga kamu dan ice cream cappuchino-chocochips….kurasa posisis kita sama Nay, bukankah ice cream-mu cuma alasan sama kayak latte hazelnut. Yeah, dan aku akui, aku memang sedikit pengecut, tapi aku cuma menunggu waktu yang tepat.”
“Cinta itu seperti ice cream, bila dibiarkan akan meleleh.”Kalimat itu keluar begitu saja, aku sedikit shock ketika menmyadari kata-kata itu adalah produk dari pikiranku yang meluncur begitu cepat dari bibirku, aku jadi sedikit gugup, jadi, kumasukan ice cream banyak-banyak ke mulutku.
“Plato bilang, saat tersentuh cinta setiap orang jadi pujangga. Kurasa itu terjadi padamudan kalimat itu lebih tepat untukmu, karena….maafkan aku, aku belum cerita padamu tentang aku da Carenina, dua minggu ini kita jalan bareng dan aku akan nembak dia, nanti, sepulang dari bioskop. Ingat ketika kamu marah-marah karena kamu harus bilang sendiri ke counter untuk memesan ice cream-mu, karena aku lupa menuliskannya di kartu pesanan?sebenarnya, aku menuliskan hal lain disana, mau tahu?” Dia menyesap latte hazelnut-nya lagi.
“Kutulis,ada dua hal yang paling kusukai ditempat ini; Latte hazelnut dan gadis manis pembuatnya. Jalan bareng dengan si pembuat latte bikin aku rela melupakan latte seumur hidupku, dan dibawahnya kutulis, jalan bareng denganku, yuk!Kurang romantis sih tapi aku berhasil, dan wow…aku gugup sekali seharian ini.” Widi merebut sendok dari genggamanku dan menghabiskan ice cream-ku dalam waktu singkat.Apakah ini suatu indikasi ia terkena syndrome yang mungkin namanya belum diputuskan tapi yang jelas karena disebabkan oleh latte hazelnut dan jatuh cinta setengah mati.
“Aku harus pergi Nay, dan sorry telah menghabiskan ice cream-mu, Ucapkan good luck buat kakakmu, tidak baik membuat cewek secantik Carenina menunggu di pintu terlalu lama.” Dia bangkit dan berdiri, berjalan terburu-buru dan o….oh kakakku yang mengalami nervous tingkat tinggi menabrak Choky dan menumpahkan ice cream-nya, bukannya marah Choky malah tersenyum, sekali lagi kakakku meusak hidupku. Choky pasti berpikir kami sepasang kakak beradik yang aneh.
Oh shit! tinggal aku sendiri, kakakku yang kuprediksikan akan jadi pecundang seumur hidupnya telah membuktikan diri bahwa dia bisa jadi laki-laki sejati, walau ….yeah sedikit terlambat. Sedangkan aku, takkan mungkin menulis pesan romantis di kertas dan meminta seorang waiter memberikannya kepada Choky seperti di film-film komedi khas Hollywood. Lagipula apa yang harus kutuliskan disana?hai, aku mengagumi sejak dulu dan menjadi pacarmu adalah resolusiku tahun ini.Kedengarannya aneh dan payah, cowok manapun takkan terkesan, walaupun itu cowok tolol!
Aku payah dan sial! Dewa Keberuntungan dan Cupid, kalian dimana?apa aku cewek paling menyebalakan di dunia sampai-sampai kalian tak mau mendekatiku….uuuh….dan ice cream-ku tak tersisa sedikitpun, tanpa ice cream dan Widi , aku sama sekali tak punya alasan untuk terus berada disini dan memandang Choky atau lebih tepatnya memandang setengah punggungnya karena yang setengahnya lagi terhalang oleh pilar sialan itu.
Kupikir sedikit nekat tak apa, setidaknya dua jam berada di tempat yang sama dengannya, aku harus bisa melihat wajahnya, mungkin memberi sedikit senyum padanya bisa jadi sinyal positif, agar dia tahu bahwa aku menyukainya, dan hal ini membuat wajahku panas dan semerah cherry yang ada diatas ice cream milky vanila-nya yang diumpahkan Widi tadi. Satu-satunya cara untuk untuk menatap wajahnya adalah dengan melupakan waiter dan kartu pesanannya yang tolol, aku harus berjalan sendiri ke counter. Aku bisa melintas di depan mejanya, menatap wajah semanis ice cream-nya dan kulemparkan senyum manis terbaik yang sudah kulatih selama ini di depan cermin.
Yeah…kuputuskan untuk melakukannya sekarang juga! Aku gugup luar biasa, tapi ini normal kan?
“ Aku pesan saat ice cream cappuchino dengan banyaaaaaaaaaaaak chokychips….” Oooooooh……aku melakukannya lagi, Papanya Carenina menertawai kekonyolanku dan matilah aku! Orang terakhir yang seharusnya melihat kebodohanku sekarang tepat berada di belakangku. Kakiku selemas jelly. Tuhan aku ingin menghilang dari bumi detik ini juga!
“Hai…”
Ya ampun, Choky menyapaku dan please Tuhan lupakan permintaan terakhirku, karena sekarang Choky memberiku senyuman termanisnya
.
“Sampai sepuluh menit lalu, kupikir cowok itu pacarmu karena kalian begitu sering kemari bersama, dan kuharap kamu jangan mengira Aditnya pasangan gay-ku,hehehehe apa yang kubicarakan? aku memang sering gugup….gilanya, aku sering berdoa sebelum datang ke sini agar kamu dan ‘cowokmu’” dia membuat tanda kutip dengan jarinya “…supaya putus, dan sesudahnya aku yang akan duduk disampingmu ….hmmmm…..sepertinya, aku harus coba ice cream cappuchino denga banyaaaaaaak chokychips” aku malu setengah mati
”Pak…..satu ice cream cappuchino chokychips dan satu ice cream milky vanayla.” Dia berbisik di telingaku, “Milky Vanayla-nya semanis kamu.” Aku tak lagi berpijak di bumi.
Kupikir cintaku itu memang seperti ice cream, tapi saat ice cream-nya nyaris meleleh aku buru-buru menjilatnya, dan tentang ice cream milky vanayla-nya, kurasa aku harus mencobanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar