Aku
nggak tau apa yang salah dengan otak dan hatiku (aku nggak yakin memiliki yang
satu ini). Tapi kadang aku merasa agak abnormal. Aku benci dengan gagasan JATUH CINTA! Bolehkah aku mengatakan bahwa
Shakespeare atau Kahlil Gibran, terlalu berlebihan? Cinta itu nggak lebih dari
sekedar fantasi!
“Kapan kawin?” Kalo iklan akan menjawab!
“May” yang ujung-ujungnya jadi “Maybe yes
maybe no!” Tapi buat aku, jawabannya absolutely
No! seperti cinta, lembaga perkawinan tak bisa kupercaya!
Cinta dan perkawinan itu nggak lebih
dari sebuah usaha penipuan, maksudku adalah, seandainya cinta itu benar-benar
ada…kenapa Romeo-Juliet berakhir tragis? Kenapa Papa meninggalkan Mamaku
menangis? Demi cewek gatel yang lebih muda dan manis! Jangan bilang bahwa aku
tak percaya cinta gara-gara aku trauma, aku hanya lebih percaya pada logika! Cinta cuma kata dan perkawinan tak lebih
dari sebuah pelegalan perzinahan.
***
“Bagaimana rasanya nggak punya hati?”
Sindir Aro, sahabatku, cowok gay, yang selalu merasa bahwa dia wanita yang
terjebak dalam tubuh pria.
Aku mengangkat bahu “entar gue bilangin
kalo gue udah jilatin” jawabku asal. Aro memutar bola matanya yang berwarna hazel, bukan bola mata asli. Dia mau
nyiksa diri demi penampilan yang lebih trendi. “Kenapa mau main hati kalo ujung-ujungnya cuma bikin sakit hati ? terusss
ujung-ujungnya mati bunuh diri” ejekku pedas.
Aro menatapku lama “Rhegia” dia menyebut
namaku pelan, dalam nada yang kurang menyenangkan seperti mengejek tapi juga
sedikit iba, hey! Aku tak suka dikasihani. Dalam marah kutegak Long Island
Tea-ku cepat-cepat. Aku agak tersedak.
“Kalo cinta itu ada, kenapa loe nggak
ngaku aja ke ortu loe. Tentang orientasi seksual loe! Bukannya malah bikin mereka
mikir kalo gue cewek loe.Kenapa loe nggak nggak berani bilang tentang hubungan
sejenis elo dengan Damar?”
Matanya tak lagi indah, kini agak
memerah, dan yang pasti itu bukan karena tipsy.
Itu cuma karena kata-kataku yang terlalu berani.
“Sampai kapan elo nyiksa diri? Pura-pura
nggak punya hati?” Aro menggeleng-gelengkan kepalanya dengan gaya menyesal. Aku
memilih mengabaikannya dan pura-pura
mengikuti musik party, Tonight
Tonight-nya Hot Chelle Rae yang di-mix.
“Gia!”
“Urus aja kisah cinta tragis loe, dan
nggak usah repot-repot ngurusin ketidaktertarikan gue tentang masalah afeksi!”
“Seandainya loe mau buka hati, gue yakin
loe bisa dapetin cinta sejati” hebat! Sebuah
nasehat cinta dari orang yang punya masalah cinta. “Minimal loe nggak kayak
gue” ada nada sedih dalam nada suaranya, tapi ini party, nggak ada kata sedih di sini. Aku menarik tangannya
mengajaknya turun ke lantai dansa, saatnya berpesta!
***
Jujur,
aku tak suka melihatnya nelangsa, aku benci melihat orang dewasa seperti ABG
galau norak! Akan kuhibur dia dengan cara yang sedikit gila, di dalam euphoria pesta, akan kutunjukkan padanya
tentang cinta yang tak pernah ada. Secara acak kutarik seorang pria, tak tahu
siapa, tapi rambut kriwilnya menggoda. Di atas lantai dansa kuciumi pria entah
siapa, tanpa malu-malu, tanpa memakai hatiku. Ingin kubuktikan pada siapa saja bahwa cinta itu tak ada, bahwa mencium
kodok itu takkan pernah menghilangkan kutukan, takkan pernah mengubah sang kodok
menjadi pangeran tampan!
***
Ciuman
hanya ciuman takkan pernah seperti kata mereka, bukti sebuah cinta. Kini
kubuktikan tak ada getaran tak ada debaran, apalagi rasa deg-degan. Hanya saja
ketika membuka mata. Saat kupandangi orang yang tengah kuciumi, mau tak mau aku
ingin berlari, ternyata dia yang dulu telah pergi, yang pernah mengkhianati,
yang membuatku percaya bahwa cinta itu telah mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar