(Enzo)
Menatap cewek
yang sedang melahap salad dengan lahap di depanku ini membuatku mulai
membanding-bandingkannya dengan cewek yang baru saja kutinggalkan di meja
sebelumnya, benar-benar berbeda. Cewek di depanku sekarang makan bahkan tanpa
menghitung kalori dari makanan yang sedang disuapi ke mulutnya, dia tak ragu
saat mengunyah, dan dia terlihat seperti seseorang yang menikmati makanan.
Normal, dan yeah menghargai makanan adalah hal yang baik, mengingat anak-anak
di negara-negara dunia ketiga banyak yang terpaksa mati di usia sangat muda karena
kekuarangan makanan.
“Copelia”sapanya,
aku ingat dia cowok tadi pagi.
Ketujuh
cowok-cowok yang bersamanya, lebih suka berpura-pura dan mengabaikan kehadiranku.
“Boleh cicipi
saladnya?” tiba-tiba saja aku berkata begitu, gadis itu menatapku dengan
keheranan. “Well, cewek-cewek lainnya
makan dengan hati-hati sementara melihatmu makan seperti…benar-benar menikmati.”
“Yeah” dia
menyodorkan mangkuk saladnya” aku menyendokinya, menyuapi ke mulutku,
mengunyahnya dan yeah serasa salad biasa.
“Banyak makan
nggak takut gemuk?” aku bertanya, basa basi biasa, dan kupandangi respon dari
para cowok di sekitarku.
“Aku tak takut
makan apapun” dia agak tertawa” kebanyakan cewek tak ingin makanan lebih dari
800 kalori”
“Bukan hanya
cewek tapi si Vicky juga kayak gitu” salah satu cowok itu nyeletuk, seandainya
saja aku bisa menyingkirkan mereka, dan menyisahkan aku dan Copelia berdua
saja. Karena gara-gara celetukan tadi cowok-cowok alay ini malah ngobrol dengan
berisk.
Copelia
tertawa kecil, ketika tertawa dia terlihat berbeda.
“Copelia” aku
memanggilnya
“Yeah?”
“Kapan kita
bisa bicara berdua saja?” aku secara langsung menanyakannya. Tapi pertanyaanku
rupanya membawa respon lain untuk para cowok di sampingku ini.
“Copelia punya
cowok namanya Raken”
“Playboy
lapangan basket jangan kadalin Copelia”
Aku jadi ingat
cowok yang meninggalkan boneka kayu di loker Copelia hari minggu lalu.
“Liat di meja
sebelah, cewekmu ulai naik darah” Kupandang ke arah meja sebelah, Aimee
memandang dengan marah, hey dia tak pantas marah, aku bangkit dari kusri dan
pergi, akan lebih mudah untukku men-dribble
bola di lapangan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar