(Tiara)
Aku terkejut
mendapati lagi dirinya, anak muda itu, Rakendra namanya, sekarang berdiri di
depan pintuku. Lebih dari dua minggu tak pernah menemuiku, dan sekarang dia
datang tapi tanpa sesuatu yang kuharapkan yang selalu datang bersamanya di
balik tangannya yang kini kulihat terluka, wajahnya memar dan berantakan. Tapi
dia tersenyum seakan semuanya baik-baik saja.
Aku
mengajaknya duduk di teras, menyeduhkan Jasmine
tea dan menawari cookies bikinan sendiri. Dia mengambil sekeping biskuit,
mengunyahnya, entah mengapa matanya menerawang jauh seakan memikirkan sesuatu.
Kuambil kertas
dan pena, kutuliskan sesuatu di sana
APA KABAR?
Aku tak bisa
bicara, aku penderita tuna wicara, tapi aku bukan tuna rungu, awalnya aku bisa
bicara tapi trauma masa kecil membuatku memilih untuk bungkam
Setelah
menelan biskuitnya dia mulai bicara, aku mendengarnya dengan seksama.
“Baik bu, cuma
memang ada pekerjaan minggu-minggu kemarin ini, tapi sekarang pekerjaannya
sudah selesai, ibu apa kabar?”
Aku menulis di
kertas
BAIK, MUKA
KAMU KENAPA?
Dia tertawa
seakan luka itu bukan hal yang membuat khawatir, bisa dikatakan aku tak suka
melihat luka diwajah anak muda ini.
“Salah satu
resiko pekerjaan gara-gara pekerjannya yang aku kerjain nggak sesuai sama
prosedur orang yang bayar, tapi nggak apa-apa, yang penting bayarannya udah
masuk kerekeningku dengan jumlah yang mungkin emang sengaja dilebihkan kali ya
bu? Hehehehehe untuk biaya perawatan mukaku yang ancur ini.” Selalu bisa
membawa semua hal seakan itu bukan hal yang serius.
“Maaf bu…” dia
bicara dalam nada menyesal yang dalam “Pesan-pesannya tak pernah lagi saya
antarkan” sambungnya lagi. “Gara-gara kerjaan ini saya jadi nggak pernah ketemu
sama pengagum rahasia ibu”
Ingin
kuceritakan sedikit, selama enam belas tahun terakhir setiap pagi aku selalu
mendapat setangkai lili putih dan kartu yang bertuliskan pesan cinta. Mereka
datang setelah menghilangnya seseorang yang aku cintai, kupikir itu adalah
tanda cintanya,tapi tak mungkin karena pria yang kucintai itu, cinta pertamaku
itu sekarang sudah di surga, akibat operasinya yang gagal, dia penderita
penyakit pengerasan hati, Sirosis. Aku tak tau siapa pengirimnya tapi setahun
terakhir ini, pemuda di depankulah yang mengantarkannya, tapi pemuda keras
kepala ini tetap tak mau mengatakan siapa pengirim lili dan kartu cinta itu.Tapi
selama ini aku selalu menganggap bahwa kartu dan bunga lili putih itu adalah
kiriman dari surga, aku tau aku mengada-ngada tapi tak mengapa. Bila tak bisa
bahagia berpura-puralah bahagia, bila tak percaya cobalah untuk percaya.
“Saya
merindukan ibu” bisik si pemuda, kali ini dia tersenyum. “Sudah saya katakana bahwa
saya anak yatim piatu, tak beribu dan berbapak, jadi walau tanpa izin ibu aku
tetap mau anggap ibu itu, ibuku”
Aku senang dia
menganggapku seperti ibu. Aku membelai pipinya, dan mengangguk agar dia tahu
bahwa aku tak keberatan
“Terima kasih”
Jauh dalam
hati aku bahagia, dulu sekali, lima belas tahun yang lalu, aku juga pernah
melahirkan seorang putri hanya saja, dia juga telah pergi, menyusul pria yang
sangat kucintai, mengenangnya membuatku menitikkan air mata, karena putriku
sejujurnya bukan milik pria yang kucintai itu, tak tau siapa, hanya seseorang
yang tak punya nurani yang tega memperkosaku, tak ingin mengingat kelamnya masa
itu. Si pemuda bangkit dari tempat duduknya, berlutut di depanku dan
menenangkanku.
“Jangan
menangis bu” hiburnya “Jika ada sesuatu jangan dipendam, katakanlah…” dia lupa
aku tak bisa bicara, dan setelah dia menyadarinya “ dia menatapku “ibu bisa
tuliskan” sekarang dia memberiku pena yang tadinya tergeletak di mejaku.
Aku menuliskan
sesuatu, walau tak sama dengan yang ingin dikatakan hatiku.
TERIMA KASIH
TELAH MENGANGGAPKU IBU
Aku tak ingin
dia terganggu dengan masa laluku, mungkin nanti akan kuceritakan padanya, suatu
hari di lain waktu. Dan sekarang aku bersyukur pemuda baik hati ini memelukku,
dengan penuh sayang, terima kasih Tuhan karena engkau masih mengirimkanku orang
untuk mencintaiku. Ada air mata haru kini menetes dipipiku, seandainya bibirku
bisa mengucapkan kata “anakku”.
Hanya Blogroll saja, sebelumnya aku pernah membaca tulisan kamu di Fiksiana, salam manstafff http://www.baujamban.com
BalasHapusyupz nanti kukunjungi
BalasHapusq juga nulis disana
makasi udah mampir