(Gadis)
Pem-bully
itu tak lebih dari sekumpulan para pecundang
Lawan
mereka, dan jangan pernah biarkan menang
Hari ini konsentrasiku buyar, dan aku
bisa memastikan hal ini tidak memiliki korelasi dengan cowok aneh yang keren
yang hari ini mencoba merayuku di perpustakaan.
Aku berkali-kali menjatuhkan buku,
pulpen dan apa saja yang ada di meja selama pelajaran berlangsung di kelas tadi.
Tatapan-tatapan tak nyaman, selalu tertuju padaku. Jujur aku gelisah,
perasaanku benar-benar tak baik saat ini, entah apa yang terjadi, aku khawatir,
tapi tak tau apa yang kukhawatirkan, aku tak suka perasaan seperti ini.
Aku mencoba mengambil nafas dalam lalu
membuangnya, mencoba menenangkan diri dengan memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, tapi beberapa saat belakangan ini, aku tak bisa memikirkan hal
yang membahagiakan, dan sekarang perasaanku tambah tak nyaman, saat Nikita
memandangku dengan seringai liar seperti serigala betina di wajahnya.
Sepulang sekolah, ketika aku hendak
menelpon papa untuk menjemputku, tiba-tiba saja sebuah pesan masuk ke dalam handphone-ku. Aku ingat ketika membeli
benda ini, ada Raken yang membantuku mempertimbangkan warna mana yang harus
kupilih, betapa idiotnya aku, mengapa dulu tak sempat menanyakan nomor handphone-nya.
Kubuka pesan singkat itu, dari papa,
yah, satu-satunya kontak yang tersedia di handphone-ku.
Papa, harus pergi beberapa waktu
Take care, Dear
Love u
Aku menghentakkan kaki ke lantai
dengan kesal, untuk hal seperti ini harusnya papa menelponku, ada apa dengan
papa? Dia datang dan pergi sesukanya, jauh di sudut hatiku saat papa pergi
seperti ini, aku ingin ada Raken disini yang akan menjagaku, sayangnya itu
adalah hal yang tak mungkin lagi terjadi, tak tau alasannya, hanya saja, yeah
Raken kembali seperti mengharapkan Dinosaurus hidup lagi!
“Coppelia” sebuah suara menyapa,
Nikita dan seorang temannya yang bertubuh jangkung, Sinta atau Sheza, aku lupa
namanya.
“Sendiri?” Si jangkung bertanya, tidak
ramah, aku merasakan aura tidak menyenangkan menguar dari tubuh kedua cewek
yang memang terlihat cantik ini, otak konyolku mulai menggambarkan mereka
menyerupai makluk gaib dalam otakku, Veela, hantu cantik dalam mitologi kuno.
“Seperti yang terlihat” aku mencoba
mengeluarkan kata yang bersifat netral.
Mereka tertawa kecil, “Lucu”
“Apa kabar tunangan elo yang cakep itu?”
ada senyum licik saat mereka menanyakannya, seharusnya ini bukan urusannya.
“Kembali mengikuti orang tuanya,
kembali ke Zurich” itu kebohongan yang keluar begitu saja dari mulutku.
“Wow, sepertinya orang tuanya kaya
raya” ada decak kagum tak alami yang mereka perlihatkan.
“Well,
tapi sepertinya gue bisa menemukan seseorang yang seperti Alfan, di suatu
tempat, yang jelas bukan jauh di Zurich, tapi yeah…kapan-kapan gue bisa nunjukkin
ke elo dimana tempatnya” aku merasa tak nyaman dengan apa yang dikatakan
Nikita, saat memandangnya aku seperti merasa bahwa bibir penuhnya mengeluarkan
bisa. Tapi agak tergoda juga dengan topik tentang Rakendra, mungkin aku bisa menemuinya
di suatu tempat seperti yang dikatakannya, yeah tidak ada seorang Alfan atau
Rakendra di Zurich, tapi yang jelas, aku memang ingin tau dimana dia berada.
Aku memilih tak berkata-kata, dan
berjalan meninggalkan keduanya, tapi langkahku berhenti manakala sebuah kaki
memblok kakiku dan membuatku terjatuh, ada kikikan dan tertawaan yang membuatku
merasa terhina.
“Coppelia!” sebuah suara lagi,
terdengar manis saat melafalkan namaku, tapi ketika aku menatap darimana kata
itu terucap, otakku langsung bisa menilai manis suaranya bukan semanis madu
ataupun kembang gula, tapi seperti rasa sirup obat, yang lengket dan
menjijikkan.
“Menunggu jemputan?” cewek itu
bertanya lagi, aku memandang wajahnya memperhatikan dirinya, terlihat seperti …jika
dua temannya adalah Veela, maka dia adalah Vampire wanita.
“Nggak juga” aku mencoba menenangkan
diri, berdiri perlahan dan mengibaskan rok-ku yang sedikit berdebu “terima
kasih kalau-kalau kalian mau menawarkan tumpangan.” Kataku lagi
“Oh…gue nggak semurah hati itu” dia
berkata dengan diiringi tawa yang tak menyenangkan dari dayang-dayangnya.
“Kalo gitu, dengan penuh kerendahan
hati aku minta supaya aku bisa pergi sekarang” aku berkata dengan tegas, tapi
sayangnya seperti Troll yang idiot mereka malah membentuk formasi menutupi jalan
di depanku. “Sepertinya kalian tidak mengerti bahasa manusia?” aku bisa saja
berubah sama seperti mereka, aku sendiri dan harus bisa membela diri, terlalu
lama menunggu papa menjemputku, dan ketika sekolah sudah benar-benar sepi mau
tak mau aku harus menguatkan diri menghadapi cewek pem-bully seperti ini. Mereka cuma sekumpulan pengecut yang berani mem-bully seseorang secara keroyokan di saat
tidak ada siapapun, apa peduliku, aku cukup berani, walau sejujurnya aku
berusaha memberanikan diri.
Aku menatap mereka dengan tatapan
paling merendahkan yang bisa dipancarkan mataku, tidak ada satu orangpun yang
suka dipandang seperti itu.
“Coppelia…siapa elo sebenarnya?” Sheza
membuka suara. “Datang begitu saja, secara aneh dan tiba-tiba…”
“Kalo pengen tau siapa aku, silahkan
bertanya dengan sopan, siapa tau aku berbaik hati mau mengajak kalian minum teh
bersama di rumah atau undangan makan
malam, oh ya aku lupa berterima kasih kepada kalian karena telah mengacaukan
pestaku” tiba-tiba saja otakku memutar ulang adegan romantisku, saat berdansa
dengan Rakendra. “Tapi tak apa, aku tau salah satu dari kalian bikin pool party, yeah aku tau, pesta
anak-anak remaja biasa, so nice, tapi
aku kasihan pada kalian, melihat apa yang sedang kalian lakukan dan memikirkan
bagaimana otak kalian bekerja, aku tau masa depan kalian tak secerah wajah
cantik kalian, sayang sekali, para cewek kayak kalian tak lebih dari para cewek
manja yang tak bisa apa-apa!”
Ada kekehan dari suara mereka
“Dan elo pikir elo siapa?” cewek
bertampang seperti vampire wanita itu bertanya dengan geram.
“Cewek baru gue” sebuah suara
menimbulkan efek yang mencengangkan, lagi-lagi si cowok itu, Enzo. Dan seperti
terhipnotis, aku mau saja berjalan disisinya yang menggengam tanganku dengan
sikap melindungi, aku tak punya pilihan lain, selain terus saja melangkah
meninggalkan para pem-bully yang
bertopeng Barbie!
pem-bully bertopeng barbie? haha mantaaap!. lanjut kaaak :D
BalasHapushehe kbykn kyk gt,makasi dwah bc de' :D
BalasHapus