Date a girl who reads

Date a girl who reads

Selasa, 31 Juli 2012

Espresso Book Machine: Mesin Pintar Pencetak Buku

Esspresso Book Machine


          Terinspirasi artikel VOA edisi 2 Juli 2012 yang berjudul Mulai Karier Menulis Dengan Mencetak Buku Sendiri dimana John Saul pada akhirnya menerbitkan bukunya yang nyaris berusia 40 tahun dengan menggunakan jasa toko Buku lokal Politics and Prose serta alat Esspresso Book Machine, bisa dibilang aku jatuh cinta pada alat praktis yang bisa menghasilkan sebuah buku dalam waktu yang kilat. Aku berpikir bahwa sebaiknya perusahaan percetakan, toko buku, perpustakaan, kampus dan bahkan sekolah di Indonesia harus memiliki mesin canggih ini. Espresso Book Machine bisa dioperasikan dengan mudah dan pelanggan bisa mencetak bukunya sendiri, hanya membawa file dalam format word yang kemudian diubah menjadi bentuk pdf, lalu bisa memilih desain cover seperti yang diinginkan dan voila siap dicetak!

Mesin yang mengusung empat kelebihan; fast, economical, minimal operation, library quality bisa menjadi solusi, tak hanya penulis tapi juga pendidik atau mungkin bisa dijadikan sebuah penyukses ide romantis, untuk menghadiahkan keluarga atau pasangan dengan sekumpulan kenangan indah dalam bentuk tulisan tentang kenangan, tentang apa yang dipikirkan, karena ada hal-hal yang tak bisa diucapkan lidah tapi mampu dituliskan dengan penuh makna.
Contoh Administrasi Mengajar
          Berprofesi sebagai guru dan juga mencintai kegiatan menulis membuatku berpikir bahwa alat ini akan mempermudah kami dalam pekerjaan, sebagai guru misalnya kami dituntut untuk membuat perangkat mengajar yang terdiri dari kumpulan silabus dan Rancangan Perangkat Pembelajaran, hingga melengkapi administrasi mengajar kami. Tuntutan menjadi guru professional membuat kami seharusnya mampu minimal mencetak text book atau menulis karya ilmiah, hanya saja sayangnya text book saat ini yang tidak membuat siswa tertarik untuk membacanya, karena hanya berupa lembaran sederhana yang dijilid seadanya.
Novelku yang akan terbit Oktober
Di jaman sekarang ada yang namanya jasa online self publishing hingga saat ini tak sulit untuk seseorang menjadi penulis dan dapat memiliki karya dalam waktu singkat. Tapi saya pribadi sebagai penulis lebih memilih untuk bekerjasama dengan penerbit major untuk mempublikasikan karya saya. Bermula dari hobi menulis yang hanya ditulis di buku catatan yang hanya dibaca teman-teman saya di jaman SMA, menulis di blog mengikuti loma menulis dan memenangkan lomba menulis sampai mendapatkan tawaran menerbitkan buku membuat saya berpikir betapa beruntungnya saya, karena banyak teman-teman harus melewati banyak tahap untuk masuk ke penerbit major.
Membahas tentang menulis dengan penerbit major maupun self publishing, bahwa ada alasan tertentu kenapa seseorang memilih self publishing alih-alih penerbit major, karena tidak melulu alasan ditolak penerbit major memuat seseorang memilih jalur indie, bisa jadi karena idealism ataupun juga karena ada beberapa kelebihan menerbitkan indie yang tidak di dapat melalui penerbit major, karena melalui self publishing seseorang bisa menjadi a writerpreneur, yeah not only a writer, but  also an entrepreneur.
Akan tetapi ada streotipe di masyarakat yang bahwa kadang buku yang diterbitkan secara self publishing mendapat apresiasi yang kurang bagus karena misalnya kualitas editing yang dipertanyakan atau karena harga mahal, biasanya buku self publishing dijual secara online dan membutuhkan ongkos kirim ke daerah hingga harganya menjadi lebih mahal, atau juga kualitas isi buku tidak sesuai standar, tapi untuk masalah yang terakhir saya kurang setuju karena ada beberapa teman-teman penulis yang memilih jalur indie justru merupakan penulis-penulis hebat, misalnya teman-teman di Kampung Fiksi yang sudah menerbitkan buku-buku keren

Setelah menonton video di Youtube tentang mesin canggih ini saya berpikir bahwa seandainya di Indonesia terdapat Espresso Book Machine, mungkin banyak penulis pemula yang akan membuat buku sendiri dengan alat ini kemudian akan dikirimkan ke penerbit major dan mendapat sambutan yang lebih baik, karena buku tersebut dikemas dalam kemasan menarik jadi memudahkan editor untuk membacanya, walaupun ada banyak kriteria yang harus dipenuhi untuk bisa menerbitkan sebuah buku. Selain itu dengan adanya mesin ini minat masyarakat dan juga anak-anak sekolah maupun mahasiswa untuk menulis menjadi lebih tinggi karena kemudahannya, sehingga … ketika suatu bangsa mulai menulis otomatis bangsa itu akan melangkah menuju kemajuan yang lebih baik. Well, pada akhirnya saya ingin sedikit berkhayal, seandainya sekarang saya bertemu Jin dari lampu Aladdin maka permintaan pertama saya adalah; Espresso Book Machine! Karena akan memudahkan dua profesi saya, sebagai guru dan juga sebagai penulis J

4 komentar:

  1. ikutan lomba blog kayak mbak juga ah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. *toooosssss* eh iya udah liat postinganmu kok de' :) wish u luck :)

      Hapus
  2. Wiw! keren... berapa duit ya cit..
    Kalo patungan belinya bisa tuh.

    BalasHapus
  3. belom tau harganya berapa, ayo patungan :) hehehe

    BalasHapus