Juni,
2011
Kejora
Pelajarannya adalah; jangan pernah
mengambil keputusan besar saat kamu sedang jatuh cinta! Itulah nasehat yang
seharusnya kuteriakkan pada diriku sendiri.
Sekarang
aku menatapnya, pria yang tadinya kupikir benar-benar kucintai, tapi mungkin
dia tak lebih dari sekedar obsesi. Kesalahan terbesarku adalah, yeah…kupikir
aku jatuh cinta, dan dengan cinta segalanya akan berubah menjadi indah.
“Kejora…”
Alfan memanggil namaku pelan, selalu begitu, lidahnya tak pernah terbiasa memanggilku
dengan sebutan lainnya, sewaktu-waktu kadang aku ingin dipanggil dengan kata
sayang.
Aku
menatapnya dengan malas, aku ingin merobek kertas seharga lima ribu Dollar,
hadiah ulang tahunnya untuknya, paket wisata mewah ke pulau Moyo, kami
memerlukan liburan, kami sudah bekerja terlalu keras selama ini, okay diralat…dia yang bekerja terlalu
keras, dan aku hanya terlalu lama menjadi pengangguran terselubung di sini, di
sebuah kecamatan kecil di suatu tempat yang lebih nyaman kusebut antah berantah,
di sini dokter gigi tak terlalu laku, kalah pamor dibanding tukang gigi.
“Saya
tidak pernah memaksa kamu untuk mengikuti saya, saya hanya…”
“Jadi
kamu tidak memperdulikan pengorbanan aku?” Aku menyesal, mengikutinya kemari,
dan di sini kami bahkan tidak ditugaskan di kecamatan yang sama. “Aku mengikuti
kemanapun kamu pergi karena aku cinta sama kamu, sayang sama kamu, kapan sih
kamu pernah mengerti?” inilah kesalahanku, jatuh cinta padanya atau mungkin
….sekarang ini tak lebih dari sekedar obsesi, dulu aku jatuh cinta setengah
mati, dan ketika aku mendapatkannya ternyata dia tak setinggi ekspektasi yang
aku punyai, dia mencintai pekerjaan mulianya dan mengabaikan gadis yang sangat
mencintainya!
“Saya
tahu kamu tidak mungkin betah berada di sini, dan berkali-kali saya katakan,
kamu tidak usah ikuti jejak saya, kamu nekat setelah lulus kuliah mengikuti tes
PNS dan terjebak di sini, saya dari kecil bercita-cita jadi dokter karena ingin
mengabdi dan melayani masyarakat, berbeda dengan kamu, Kejora, kamu hanya…”
“Cewek
manja dengan orang tua kaya yang suka hidup bermewah-mewah!” aku menatapnya
tajam. “Dan kamu akan bilang bahwa… kamu harus mencari beasiswa kesana-kemari
hingga jadi kayak sekarang ini, kapan kita berhenti dengan drama cewek kaya
yang jatuh cinta dengan rakyat jelata? Kita sama! Aku cinta sama kamu dan
sudah, itu cukup! Jangan bahas apa-apa lagi! kamu terima kado ulang tahun, dan
ayo kita nikmati liburan kita, nyaris setahun di sini, dan aku hampir gila!”
aku menjambak rambutku sendiri, Alfan menggeleng-gelengkan kepalanya, wajahnya
terlihat menyesal.
“Kamu
yang memerlukan liburan, dan silahkan. Saya menghargai kemurahan hati kamu,
tapi saya tidak bisa menerimanya, itu terlalu berlebihan buat saya, lagi pula
pekerjaan tetap tidak bisa saya tinggalkan.” Alfan mendekat, dan menatapku, dia
selalu tahu cara meluluhkan hatiku, binar matanya yang indah selalu bisa
mencairkan keras kepalaku. Frustasi berubah menjadi sedih, apa yang bisa
kulakukan? Sampai saat ini aku tidak tahu harus melakukan apa untuknya…apapun
yang kulakukan seolah tak pernah dihargainya.
“Saya
antar kamu pulang ya, dan mungkin kamu bisa meminta salah seorang temanmu untuk
menemanimu berlibur” dia berbicara dengan lembut, terdengar manis tapi tetap
saja menyakitkan.
Lama
aku menatapnya, tajam tapi kian lama kian buram, aku juga merasakan bola mataku
yang makin lama makin basah, sebentar lagi aku akan menangis, antara marah dan
kecewa. Aku frustasi dengan keadaan ini, tak ada yang bisa kulakukan selain
berjalan keluar dari rumah dinasnya, dan sebelum masuk mobil dan Alfan berdiri
tepat dibelakangku, aku bicara dalam nada tak menyenangkan “Teman? Aku
kehilangan mereka sejak menyusulmu ke antah berantah!” setelah itu aku
membanting pintu mobil dan menempuh jarak 1, 5 jam menuju rumah dinasku yang
apak!
***
Tanpa teman, tanpa pacar, tanpa
pekerjaan yang bisa dilakukan, aku begitu kesepian. Puskesmas tempatku bertugas
begitu sepi untuk hal yang bisa kutangani, sempat dulu ingin membantu tugas
perawat yang begitu kerepotan melayani para pasien, bukannya membantu aku malah
merecokinya. Belum lagi omongan mereka yang tak habis pikir tentang apa yang
kulakukan semasa kuliah, meraka berpikir aku tak kompeten, yeah mereka tak
sepenuhnya salah, tapi aku juga tak setolol yang mereka kira. Aku bisa jika aku
mau, tapi … siapa sih yang pernah datang kepadaku?
Di
saat seperti ini aku memilih berlari ke
dunia maya, sibuk dengan blog Fashionku, dan setelah itu aku iseng mengecek
email dan tak kukira, sebuah email dari CouchSurfing masuk untukku.
Mikolaj Kalinowsi
June
31st, 2011- 5:19 am
Hello my name is Nick and I am
traveling around the world. I am hitchhiking (from Poland, through Eastern
Europe, Middle East, South Asia, China, SE Asia to Thailand and then, down,
South East; no flight). Now, I am in Bali Indonesia. My next destination is
going to be in Sumbawa.
Ever since the beginning, my journey,
has been about experiencing rather than seeing the pictures in front of, say
the Statue of Liberty J. I love learning from other
people and spending as much time as possible
with them so that I can see what experiences and stories other have to share.
Would you mind hosting me for a couple of days in your place? Starting on 3rd
July until, say 5th July? I am hoping to hear from you . My
Indonesian phone number is 08238867XXX I would appreciate if you could text me
whether you accept or reject because I
don’t know if I manage to get online in the next couple of days.
Yours
Nick
Kuhubungi Nick dan mengatakan bahwa
aku tak bisa menampungnya di rumah dinasku, karena rumah dinasku tak jauh lebih
nyaman dari sleeping bagnya, tapi aku
punya penawaran lebih baik, liburan mewah di lokasi wisata paling indah di
pulau ini. Ternyata, hariku tak begitu buruk, sekarang aku tahu dengan siapa
aku harus berlibur.
Mikolaj
“Wherever you go, if my heart was a house…you’d be
home” kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya, dia sendiri terkejut
tapi aku mengerti ucapannya mewakili hatinya.
Sejak
awal kami memiliki kesepakatan, kami hanya rekan seperjalanan untuk menikmati
liburan; dia ingin membunuh kebosanan dan aku. . . yeah, cuma seseorang yang
memang tergila-gila pada alam dan akan kulakukan segalanya untuk bisa menikmati
setiap sudut dunia; hutan, gunung, samudera. Tak terbayangkan sebelumnya bahwa
pada akhirnya sebuah rencana bercinta dengan alam membuatku jatuh cinta pada
seorang wanita dan menikmati… well ya!
Sebut saja something like a super honeymoon!
Aku
tersenyum padanya dan mataku menatap ke
dalam matanya, tatapan biasa yang begitu sulit untuk kulakukan. Mata adalah
jendela jiwa, dan aku berusaha keras agar dia tak melihat jauh ke dalamnya.
“Aku
tak memiliki rumah, aku pergi dari satu tempat ke tempat lainnya. Aku tak ingin
menetap” aku baru saja menipunya dan lebih dari segalanya aku mendustai diriku
sendiri.
Dia
menunduk, lalu menggelengkan kepala dan tertawa. Derainya tak alamiah.
“Mikolaj”
dia memanggil namaku. Tak ada yang pernah melafalkan namaku dengan cara begitu,
selain…almarhum Ibuku.
“Nick”
aku mengoreksi, agar terdengar lebih biasa seperti mereka yang lainnya.
Sebenarnya Mikolaj adalah bentuk Polsky dari Nicholas. “Aku lebih suka kamu
memanggilku begitu” Aku tersenyum padanya.
Ada
keraguan dalam ekspresinya, tapi pada akhirnya bibirnya membentuk garis
melengkung indah yang membentuk senyum.
“Sepertinya
ada yang harus kita perjelas di sini” ada keraguan dalam suaranya.
Aku
mengangkat bahu, kuharap dia akan menganggap apa yang tak seharusnya terjadi di
antara kita hanyalah sebuah, yeah
something like a stupid mistake!
Pada
akhirnya kami memilih diam tak ingin melanjutkan obrolan yang akan begitu
menyakitkan. Jadi,kami hanya duduk di
sini, di alam terbuka yang berpayung
langit berbintang, menikmati alam dari tepian dermaga. Pura-pura menikmati apa
yang semesta sajikan untuk kami, sementara masing-masing dari kami mengetahui
bahwa ada rasa yang sedang berperang di hati.
Kaki-kaki kami melayang di permukaan air yang seharusnya, sejuk dan segarnya
menenangkan. Aku membiarkan diriku menghirup aroma alam liarnya yang luar biasa
eksotik, tapi entah mengapa aku merasa hampa. Seharusnya, suasana penuh kedamaiannya bisa menentramkan. Dan dari
kejauhan aku mendengar suara binatang malam liar sedang bersenandung merdu, layaknya
kidung suci para bidadari, tapi nyanyian itu membuatku perih.
Seandainya
aku masih bisa menikmati alam seperti
biasanya, seandainya pesona alam ini tidak dikalahkan pesona wanita muda
menawan yang sekarang membuatku gila, Oh Tuhan aku bisa saja memilikinya, tapi
… lingkaran mungil di jarinya membuatku patah hati..dan walaupun memang ada kemungkinan
tapi…itu artinya aku harus merusak mimpi untuk mengunjungi seribu negeri.
Aku tak tahan lagi, makin lama suasana
ini akan berubah menjadi perih mungkin ada baiknya untuk langsung
menghancurkannya tepat di inti. Agar saat semuanya berjalan lebih jauh nanti
takkan ada yang tersakiti.
“Oh
God! Moyo Island is a slice of Indonesian Island Paradise!”Aku membuka
suara, gadis itu menatapku, Kejora…nama yang seindah wajahnya walau aku tak
mengerti artinya tapi saat suaraku melafalkannya aku memiliki satu lagi alasan
untuk jatuh cinta.
“Kita hanya terbawa suasana…setuju
denganku?” dia mengerling, tapi sorot kesedihan tetap terpancar dimatanya yang
bening.”
Aku mengangguk. Ragu.
“Well,
tahukah kamu…segala keindahan ini” pandangannya menuntunku untuk menatap sejauh
mataku sanggup memandang, segalanya indah. “Turquoise
sea and luminous sapphire sky…kutemukan
di matamu” saat dia menatap mataku, kualihkan pandanganku “dan..binarnya
sehangat cahaya matahari pagi” dia menambahkan.
“Kejora…my Paradise Princess, bagaimanapun juga aku berhutang liburan yang
sangat indah…dan aku merasa bahwa apa yang terjadi diantara kita hanya sebuah
permainan yang menyenangkan” aku berkata cepat agar maknanya tak menyentuh
perasaan terdalamku. “Well yeah, ini
malam terakhir kita di sini, aku akan melanjutkan perjalananku ke Tambora dan
…”
“Aku akan kembali ke neraka” dia
tertawa.
Aku ikut tertawa bersamanya.
“Ada kata perpisahan yang ingin kau
sampaikan?” dia memberi penawaran.
“Kocham
Cię”
bisik hatiku “Pożegnanie”
ucap bibirku.
Alfan
Maret,
2012
Bagaimana bisa tak mencintainya?
Kejora.
Bintang paling terang.
Salah!
Kejora hanyalah sebuah planet, disebut
Venus yang adalah salah satu Dewi dalam mitologi Romawi. Dewi cinta, Dewi Kecantikan…
Kejora itu kini ada di hadapan saya,
meredup, karena memang tak memiliki cahayanya sendiri, cemerlangnya hilang
karena pengkhianatan yang menyakitkan, tapi kini saya pasrahkan untuk melupakan.
Hati saya terluka tapi bahagia di saat yang sama. Terluka melihatnya tak
berdaya, bahagia melihat dipelukannya ada sebagian dari dirinya.
“Maafkan aku…” kata-kata itulah yang
hanya bisa dibisikkannya. Saya ingin marah tapi lebih merasa terluka.
Bayangannya yang mulai mengabur,
seperti pemandangan di balik kaca berembun.
“Dia cantik…” Kejora berbisik lagi,
lebih kepada bayi mungil yang kini ada di pelukannya. “Matanya indah seperti
warna langit dan lautan”
Saya bisa apa selain mengangguk?
“Mau menjaganya?” dia meminta…
Apa saya bisa menolak?
“Maaf…” kata itu terasa menyakitkan.
Saya mendekapnya, mereka, dalam pelukan.
“Namakan dia seperti namaku, dan berikan dia
nama belakangmu” dia membelai lembut bayinya, mencium keningnya berkali-kali,
lalu menangis, dan mulai bernyanyi lirih…” Kupandang langit penuh bintang
bertaburan. Berkelap kelip seumpama bintang berlian. Tampak sebuah lebih terang
cahayanya. Itulah bintangku Bintang Kejora yang indah selalu”
Suaranya perlahan menghilang seperti suara lagu lama di
kaset pita, lalu benar-benar hilang, bersama cahayanya, bersama nafas hidupnya.
Keterangan:
Kocham Cię:
Aku mencintaimu
Pożegnanie: Selamat tinggal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar