Add caption |
Judul : Always be in Your Heart (Pulang
ke Hatimu)
Penulis : Shabrina Ws
Penyunting : HP Melati
Proofreader : Yunni Yuliana M
Penerbit : Qanita
Kadang untuk membuktikan
cinta sejati, diperlukan sebuah perubahan besar, dimana; jarak, waktu, dan keadaan
menjadi pengujinya.
Marsela:
Aku
selalu menantimu dari matahari di timur, matahari di barat hingga terbit lagi.
Aku telah melewati musim yang berganti berulang kali. Tapi kau tak pernah hadir
di sini. Kini sepuluh tahun kulewati, aku tak yakin lagi, bahkan pada hatiku
sendiri.
Juanito:
Siapakah kita, ketika pada akhirnya
sejarah telah berbicara. Bahkan sungai bisa saja berubah muara. Sekuat apapun
aku bertahan, sepuluh tahun telah mengubah banyak hal. Dan nyatanya, keadaan
memang tak lagi sama.
***
Aku
bersyukur membaca novel ini. Shabrina Ws dengan sangat baik membuat kita
kembali mengingat salah satu peristiwa sejarah yang sangat penting bagi dua
negara Indonesia dan Timor Timur. Sejujurnya aku suka latar belakang ide dan
cara bercerita di novel ini juga cara penulis bercerita. Prolog dibuka dengan
sudut pandang Lon dan diakhiri dengan Epilog oleh Royo, perlu diketahui baik
Lon atau Royo adalah seekor anjing yang menyaksikan bagaimana sejarah mengubah
sebuah kisah cinta yang nyaris saja indah.
Kisah
cinta normal yang indah, dimana dua remaja bertetangga, saling mengenal sejak
kecil hingga dewasa kemudian menyadari bahwa mereka sama-sama menyimpan
perasaan yang serupa. Pada awalnya aku ingin mengambil kesimpulan bahwa cerita
ini sempurna tapi membosankan, karena kisah cinta yang sebenarnya memerlukan
semacam ujian, tapi siapa yang mengira ujian mereka hadapi harus sebesar ini.
Perpisahan menjadi pilihan, ketika rasa nasionalisme mulai dipertanyakan.
Aku
harus bilang bahwa aku tak ingin membahas bagaimana ceritanya, karena kau
sendiri harus membacanya untuk tahu bagaimana rasanya menanti dalam
ketidakpastian, bagaimana ketika hati tak lagi memiliki kepercayaan, dan
kesetiaan seperti kata yang mencoba menguatkan tapi sebenarnya kita tahu bahwa
itu hanyalah bentuk kesia-siaan. Tak mudah, tapi begitulah kehidupan.
Aku
suka efek yang diberikan oleh buku ini, aku seolah diberi kesempatan untuk
merasakan bagaimana rasanya mencium aroma kopi Ermera, bagaimana hangatnya
matahari di sana, apakah sehangat senyuman dan kebersamaan dalam rasa
kekeluargaan? Lebih dari segalanya buku ini menunjukan pesan moral yang baik,
tidak tokoh antagonis tak masuk akal, tidak ada konflik dangkal sekelas posesif
atau cemburuan. Buku ini juga menggambarkan bagaimana sikap toleran bisa
memberi dampak baik bagi kehidupan.
Dan
pada akhirnya harus kukatakan bahwa buku ini sangat layak, buku ini tak hanya
bercerita tentang cinta antar dua manusia, tapi pada tanah air dan juga pada
prinsip kuat dalam hati serta bagaimana cinta antar saudara (walaupun mereka
bukan manusia). Kalaupun ada hal yang harus aku sayangkan dari buku ini,
hanyalah cover-nya. Akan lebih baik
jika aku menemukan Lon dan Royo di sana, selain itu adalah berat sekali bagiku
untuk tidak jatuh cinta pada tokoh Randu, ingin mengenal Randu? yeah harus baca
dulu. Rating untuk buku ini? Tiga bintang; untuk pesan moralnya, untuk teknik
bercerita penulisnya yang rapi, dan satu lagi untuk ide cerita berdasarkan
fakta sejarah.
Quote favorite dari
buku ini:
"Tuhan
menitipkanmu pada Apá. Tapi tidak setiap saat Apá bisa mengawasimu. Jadi, kamu
ingat selalu pesan Apá. Kamu boleh berteman dengan siapa saja, tapi kamu tidak
boleh membiarkan seorangpun menyentuhmu. Meski itu hanya tanganmu. Tidak juga Juanito!
Dirimu adalah harta untukmu, maka kamu harus jaga baik-baik harta itu.”
Terima kasih Mbak, sudah baca. Terima kasih juga untuk reviewnya :)
BalasHapusextraordinary mbak ceritanya, :) *setia
BalasHapus