Date a girl who reads

Date a girl who reads

Senin, 10 November 2014

Cerber: Saudara Sejiwa (1)



Seteluk, Desember 2013.

Dua kepompong itu tidak ingin menghadapi hari. Mereka meringkuk malas dan berharap hari baru tidak datang dan mereka bisa terus bermimpi. Salah satu dari kepompong itu bergerak-gerak gelisah, lalu tak lama menampakan wajah mengantuk yang muncul begitu saja dari balik kain pantai berwarna merah muda. Tak lama tangannya terlihat meraih-raih sesuatu— tanpa membuka mata, dan tepat! Tangan itu meraih handphone yang masih tersambung dengan charger tercolok. Kebiasaan buruk!
Sekarang wajah itu mulai berekspresi, mengerjap-ngerjapkan mata dan menguap. Terlalu dini untuk ekspresi bosan, tapi dia tak peduli. Dia mencabut charger handphone-nya dan meletakkan si not so smartphone-nya di telinga lalu berbicara.
“Bangun sayang sudah setengah tujuh,” suara manja dan serak khas pagi hari.
Secara tiba-tiba, kepompong lainnya ikut terjaga, dia menyingkap kain pantai biru mudanya dan seakan lompat dari tempat tidur begitu saja, tubuhnya sangat ringan, gerakannya bahkan terlihat sepeti gerakkan burung pipit yang terbang.
“Kamu pacar apa alarm?” sindir gadis yang terlihat begitu mungil untuk usia dua puluh enam jelang dua puluh tujuh tahun. Dia mengenakan pakaian dalam pelangsing berwarna beige.
Si kempompong pertama melemparkan bantal.
“Ouch!” terlalu malas untuk membalas, si kempompong kedua memilih duduk di depan meja kecil lipat tempat netbook-nya berada, dengan malas-malasan dan setengah mengantuk dia memulai memilih-milih lagu untuk dimasukkan ke dalam playlist-nya. Tak lama mulai terdengar musik, dia mulai menggoyang-goyangkan badannya mengikuti irama. Berjalan mondar-mandir dan setengah teler di lantai yang  tertutup serakan kertas, buku, dan majalah.
Penghuni kamar itu adalah dua orang gadis, tapi percayalah ... kamar itu lebih tepat di sebut kamar remaja cowok yang membawa pacar ‘dewasa’ mereka untuk menginap— luar biasa berantakan tapi dipenuhi perlengkapan perempuan. Lantai mereka dipenuhi debu yang mereka klaim sebagai sel-sel kulit mati, tapi lebih tepat karena sudah nyaris dua pekan sapu plastik mereka menjadi pengangguran, jangan tanyakan tentang kain pel dan cairan pembersihnya. Mereka sepakat takkan membersihkan apapun, sampai tahun 2014 nanti. Desember ini mereka hanya ingin, hidup dalam rasa malas dan pasti nantinya akan diikuti oleh rasa bosan permanen.

Desember, berarti hujan sepanjang hari. Kepompong pertama akan kebasahan setiap pulang kerja dan kepompong kedua sudah pasrah bahwa flu parahnya akan terasa seperti selamanya. Desember ini, dia tengah memiliki hubungan tak terpisahkan dengan Vapporub dan tissue, hati-hati gadis, kau akan membuat pecinta lingkungan marah. Berapa banyak pohon yang harus bertanggung jawab untuk menyeka hidung beringusmu, yaks!
Got my dreams, got my life, got my love. Got my friends, got the sunshine above. Why am I making this hard on myself. When there's so many beautiful reasons I have to be happy?” Menyanyikan lagi Happy dari Natasha Beddingfield dengan sepenuh hati tapi dengan suara cempreng menyedihkan si kepompong kedua bernyanyi tanpa menyadari bahwa suaranya bisa menimbulkan bahaya bagi pendengarnya.
“Aggggiiiiiiit! Berisik!” si Kepompong pertama rasanya ingin memilih menelan selimut daripada harus berteriak kepada rekan sekamarnya yang semakin dilarang malah semakin menjadi itu, tapi dia harus menegur Agit yang sekarang masih cuek bernyanyi sambil berkeliaran di dapur.
Rise and shine Retta! Wake up and smell the coffee!” Keceriaan Agit adalah semacam cobaan di pagi hari yang menyebalkan untuk Retta. Dia masih mengantuk dan kepalanya masih dikelilingi bintang-bintang. Aroma kopi instan favorite Agit mengelitik hidungnya. Agit membutuhkan kopi untuk membuatnya sadar sepanjang hari, sementara bagi Retta, kopi nyaris berfungsi seperti obat tidur, aneh! Tak lama, udara kamar dipenuhi aroma lainnya; lelehan mentega, manisnya cokelat meleleh ditengah-tengah Roti bakar. Agit memang bisa diandalkan untuk menghilangkan lapar di pagi hari, tapi Agit juga bisa merusak mood baik bahkan sepagi ini.
            Roti bakar tercium dekat, hanya beberapa inci dari hidung Retta. Bukannya bangun dan makan, Retta menikmati aroma itu dan mencoba menghilangkan kesadarannya dan tertidur. Sementara Agit kembali duduk di meja lipat menghadap netbook-nya, apalagi coba yang dilakukannya jam segini? Stalking facebook dan twitter mantan—juga mungkin calon gebetan! Sekarang masih jam setengah tujuh pagi dan dia memilih untuk tak buru-buru mandi apalagi harus mengenakan seragam khaki buteknya, dia benci seragamnya walau begitu mencintai profesinya. Menurutnya menjadi guru, itu profesi sampingannya dan penulis adalah profesi utamanya. Padahal, dia memulai karier menulisnya sejak dia terdampar di kecamatan kecil ini karena, ketika itu dia punya terlalu banyak waktu sendiri dan tidak memiliki teman berbicara, berbicara sendiri membuat dia berpikir bahwa dia gila, tapi menulis setidaknya membuat perasaannya lebih baik... Kadang dia pikir dia payah karena menyukai buku-buku “berat” tapi apa yang dituliskannya, buku remaja! Dan yang paling parah ... teman-temannya malah tak ingin membaca bukunya.
Namun, Agit cukup bahagia akhir-akhir ini, bulan kemarin partner in crime-nya bagai jodoh yang menemukan hati untuk pulang, Retta akhirnya mendapat pekerjaan sebagai seorang costumer service di salah satu perusahaan provider di daerah yang tak jauh dari tempat kosnya Agit, dan demi alasan hemat sekaligus mengulang ‘masa lalu’ mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Empat tahun yang lalu mereka juga satu kosan dan juga satu kamar. Mereka sangat berbeda tapi ketika bersama yeah ... kadang mereka baik-baik saja.
***
Retta akhirnya memilih sadar dan menghadapi dunia walau dengan ogah-ogahan, dari kamar mandi terdengar suara air mengalir dan nyanyian bising Agit seolah tak mau berhenti. Dengan bingung Retta mengecek playlist di netbook dan mendengar baik-baik apa yang dinyanyikan oleh Agit, ah berbanding terbalik. Sekarang netbook itu memutar instrumen merdu piano Yiruma sementara Agit sedang menyanyikan lagu Katy Perry.
In another life I would be your girl. We keep all our promises, be us against the world. And in other life I would make you stay. So I don't have to say you were the one that got away.The one that got away!”
Retta nyaris menghentikan musik dari netbook dan menutupnya, sampai menyadari bahwa aplikasi iLivid tengah menunjukkan bahwa ada sebuah film yang sedang didownload, dasar Agit si tukang bajak! Tapi, Retta juga tak keberatan nanti malam sepulang kerja dan sambil menikmati ritual curhat bertema sama seperti yang sudah-sudah ‘entah-menyesali-atau-mensyukuri-hidup’ mereka akan berbaring di lantai sambil menonton. Malam ini mereka akan menonton Don Jon, entah bakal jatuh cinta atau mencaci maki si tampan dan cute Joseph Gordon-Levitt. Sudah beberapa minggu tivi di kamar rusak, dan mereka harus puas dengan apa yang bisa dibajak dan apa yang bisa ditonton di Youtube.
All this money can't buy me a time machine ... Nooooo ... Can't replace you with a million rings ... Nooooo ...I should've told you what you meant to me ... whoa ...'Cause now I pay the price.”
Konser kamar mandi Agit sudah keterlaluan, sekarang rasanya Retta pengen menggedor kamar mandi dan pura-pura bergaya a la Anggun sambil menyerahkan golden ticket dan berkata “Selamat kamu ke Jakarta!” Tapi Retta males gila berjalan ke belakang lemari pakaian dan menyaksikan tubuh bugil Agit, pintu kamar mandi mereka rusak dan lampunya, menurut Agit sudah mati nyaris setahun ini.
Agit sedang mencampurkan kopi bubuk tanpa gula sachet-an dengan sabun mandi cair dan menggosok-gosokan ke permukaan badannya. Dia selalu menikmati waktu mandinya. Sementara Retta dengan gelisah menunggu giliran mandinya. Retta mengunyah rotinya yang entah mengapa sekarang terasa seperti karpet tebal di rumah tua yang lembab.
“Git, masih lama?” tanya Retta lelah.
“Belom tahu, eh di majalah kemarin katanya buat ilangin selulit pake sabun cair apa lotion yak? Eh didieminnya berapa lama,Ta?”
Khas Agit, ditanya malah nanya lebih banyak lagi.
“Ga-te-he!” jawab Retta asal.
“Ta, udah mau mandi yak? Entar dulu yak! Aku masih mau diemin muka yang dibalurin jus tomat sama lemon nih,”
Agit kadang bikin Retta menggila dan yang Retta tak habis pikir kenapa, Agit harus tergila-gila dengan perawatan kulit dan rambut, dia mencoba segala tips yang ditemukan di mana saja. Padahal, Agit itu berhijab, toh nggak ada juga yang akan melihat banyak bagian kulit atau rambutnya, tapi harus diakui rambut dan kulit Agit bagus, kulitnya berwarna kuning cerah dan rambutnya halus, tebal, berwarna cokelat gelap dan mengkilat. Semua itu dia dapat karena hobi makan sehatnya yang buat Retta mual, Agit suka sekali jadikan tomat cemilan dan minuman favorite-nya, yaks! Air hangat jeruk nipis, semacam cairan buat cuci piring. Sementara Retta tak tertarik dengan perawatan semacam itu, makanan enak tidur nyenyak, itu nikmat! Retta punya wajah manis dan body seksi, tak perlu melakukan apapun lagi, bahkan walau dia sering terganggu dengan lemak diperutnya, tapi yeah itu hanya sesekali.
***
“Udah mau berangkat sekarang?” Retta bertanya, kesabarannya diambang batas, kunci motor matic-nya di tangan dan tasnya sudah tergantung di bahu.
“Bentar Ta!” Agit masih menyesap kopi dan mengecek email, juga mengetik cerpen. Entah apa itu bisa disebut multitasking.
“Ta!” Agit serupa orang yang tiba-tiba tersadar dari mimpi buruk! “Ini Desember,kan?”
“Hmmmm.... “
“Jelang liburan, kan?”
“Yeah?”
“Aku baru sadar, aku nggak pernah liburan!”
“Jadi?”
“Aku mau liburan!”
“Punya uang?”
Agit menggeleng.
“Punya waktu?” kali ini dia menggeleng lemah dan ekspresi sedih memenuhi wajahnya.
“Ujian akhir semester, try out anak kelas tiga, bimbingan cerdas-cermat, rapotan, aaaaaahhhh....”Agit mengecek administrasi mengajarnya dan mencoret kalender pendidikan yang membuatnya kecewa. “Cuma pas di hari Natal, Ta, dan itu sehari.”
Retta menatap Agit dan sekarang merasa kasihan padanya, dia bekerja terlalu keras dan yeah begitulah, terlalu bertanggung jawab bahkan sampai mengabaikan kepentingannya sendiri.
“Ada sih liburannya entar, dari tanggal 29, seminggu! Tapi gimana coba liburan kalo belom gajian? aaaaaah.” Suara manja Agit terdengar seperti biasa, dia akan mengeluh lagi dan inilah yang paling tak ingin Retta hadapi tapi sebagai sahabat Retta tahu bagaimana memberi solusi.
“Apa pengertian liburan a la Agit?”
“Hari tanpa alarm dan boleh malas-malasan,” Agit menjawab lemah.
“Jadi?”
“Tapi ... aku pengen pergi ke suatu tempat, melihat sesuatu yang indah, merasa damai dan ... “
“Ketemu jodoh?” sambar Retta.
“Itu mah bonus, Ta, tapi seriusan pengen banget kemana gitu ... ” Agit terdengar merengek tapi Retta bisa apa. Agit berbalik lagi kepada layar netbook-nya sementara Retta tak tahu lagi harus berkata apa. Dia masih menunggu Agit sadar bahwa dia sedari tadi ditunggui untuk barengan berangkat kerja. Tapi ... walau niat banget pengen teriak dan mau ngomong kasar, tapi teringat Agit lagi datang bulan, Retta sungguh tak tega.
“Bentar Ta, “ Naga-naganya Agit sadar karena dia mulai mencabut charger netbooknya dan memasukkan ke dalam tas. Tapi sekarang, Agit malah membuka tab baru dan mengetik alamat sebuah situs. Couchsurfing.org[1].
Walau ada bimbang di hatinya tapi, sesungguhnya Agit harus melakukan ini. Padahal, dulu dia sudah janji nggak bakal lagi buka situs ini. Untuk beberapa alasan, kadang seseorang tak harus menepati janjinya, kan? Jarinya menghkhianati otaknya, tak hanya membuka halaman profile-nya Agit justru malah mengganti, couch information-nya. Tak lagi bergambar secangkir kopi tapi berganti menjadi gambar sofa merah bertanda-tanya yang berarti bahwa Agit bersedia (dengan syarat) memberi seseorang asing tumpangan di kamar-nya yang berantakan. Aroma masalah seolah mulai tercium di udara.
Kali terakhir Agit terlalu serius ‘berhubungan’ dengan situs ini dia harus kehilangan sahabatnya tersayang dan hubungan dengan adik perempuannya menjadi kacau. Entah apalagi untuk kali ini, kehilangan sesuatu yang berharga lagi? Tapi, apa lagi harta Agit yang paling berharga? Hati?



[1] CouchSurfing adalah situs dan layanan jejaring sosial berupa hospitality exchange atau Jaringan Silaturahmi. Saat ini, jumlah anggota CouchSurfing adalah 2,6 juta di 246 negara dan wilayah.



Bersambung



Tidak ada komentar:

Posting Komentar