Date a girl who reads

Date a girl who reads

Sabtu, 17 Januari 2015

Tantangan Untuk Diri Sendiri: Seminggu Menjadi Citra Rizcha 'Realita'


Tiba-tiba menyadari saya melangkah terlalu jauh dari tujuan semula. Awalnya hanya ingin mendapat informasi secara praktis.Saya pikir hanya ingin mempererat komunikasi dengan sahabat dan kerabat.Hanya ingin menemukan cara cerdas untuk meningkatkan kreatifitas.Tak lebih dari usaha agar tulisan-tulisan saya terbaca dan terus berkarya. Atau mungkin menemukan teman baru-jangka pendek  untuk bertukar pengalaman dan berbagi obrolan menyenangkan.
Setelahnya, saya bahkan tak menyadari bahwa saya 'hidup dan tinggal' di sana lebih dari yang seharusnya. Maya mampu mengalahkan realita tanpa saya kira. Dan sekarang saya tak bisa mengingkari saya harus hidup secara bergantian di kedua dunia. Saya sadar jelas tak ingin meninggalkan satu atau keduanya. Hanya pergi untuk sementara dari maya, sejenak total pada realita sambil membiasakan diri untuk menatanya dengan lebih bijaksana.
***
            Saya ingat pernah sesumbar mengatakan bahwa jelas saya tak mampu hidup tanpa internet, kecuali nama saya berganti jadi Citra Rizcha Realita bukannya Citra Rizcha Maya, dan dengan nekat minggu lalu saya mulai untuk mematahkan apa yang waktu itu saya pikir takkan mungkin saya lakukan.
            Salah satu kelemahan saya adalah tantangan, dan saya pikir siapa lagi yang mau menantang saya selain diri saya sendiri. Saya ingat kata mereka, bahwa hal tersulit adalah melawan diri sendiri dan saya akui itu benar. Kenapa saya harus melakukan ini? sebenarnya jika hanya mengandalkan kelemahan tantangan saya pikir saya tak mampu melewati seminggu panjang bahkan tanpa mengintip apa yang terjadi di media sosial.Tapi lebih karena, beberapa hal memang harus dibenahi. Lagipula saya rindu waktu saya dan si 'Maya' belum bertemu.
            Saya bertanya-tanya, kenapa saya mudah sekali gelisah dan terobsesi untuk selalu menjaga mood saya agar tetap baik? hasilnya saya hanya selalu gelisah dan mendapat roller coaster emosi yang sulit untuk saya kendalikan. Awalnya mencampur kafein dan phennylethilamine di mug untuk diminum setiap pagi bisa memperbaiki keadaan tapi ternyata itu tak banyak membantu. Ada kalanya saya merasa luar biasa lelah karena terburu-buru untuk sesuatu hal yang tak saya tahu.
            Hingga suatu saat saya mulai mengamati ada apa dengan hidup saya. Entah bagaimana saya merasa bersalah karena masih berada di tempat yang sama nyaris tak bergerak sambil memandangi waktu tersia-sia antara jeda postingan satu dengan yang lain di salah satu akun media sosial saya. 50 mins ago, misalnya. Dan saya bahkan tak lebih dari benda mati, mengamati tulisan, foto, atau apa yang mereka bagikan di sana. Dan saya bertanya, seberapa penting itu buat saya? Setelah menemukan jawabannya saya mengabaikannya. Lalu, ada dorongan kuat untuk menulis 'status', 'moment', 'pm', yang anehnya tengah saya lakukan. Kenapa saya harus mengecek lagu di Path hanya untuk mendengar musik yang ingin saya dengarkan? Kenapa saya harus merasa aneh dan kacau hanya karena saya membagi lagu The Ramones atau The Beatles berulang-ulang di sana dan memikirkan apa pendapat orang tentang hal itu, ya ampun saya suka keduanya harusnya untuk apa peduli dengan pikiran teman-teman di Path.

            Harusnya saya bisa sarapan dalam waktu setengah jam tanpa harus repot mengatur sarapan saya untuk difoto dan diposting di Instagram. Kenapa saya harus menjadikan IG saya semacam warung makan? apa motivasi saya? dan kenapa saya turut mengamati propic mereka yang kalau sendiri berarti tengah bertengkar dengan pacarnya dan kalau berdua berarti mereka baik-baik saja. Lalu, kenapa harus ada komentar nyinyir dalam kepala saya ketika melihat potret keluarga bahagia versi dunia maya padahal dari mulut-mulut yang bicara itu cuma tipuan kamera, masalah mereka juga sebanyak kita! Dan saya kesal ketika ada yang cukup bego ketahuan melakukan tipuan, perbedaan kejadian di dunia nyata dan dunia mayanya, misal ada yang check in di lokasi kerja etapi sebenarnya masih tidur. Atau dia mengendalikan pikiran orang-orang dengan statusnya yang bohong banget. Dan parahnya, aha! Drama cowok yang mengejarmu dengan tanpa lelah, di saat kamu menyerah, kampretnya dia mengulang proses pengejaran itu dengan temanmu dengan bukti nyata terpampang di dunia maya.
            Saya tak perlu membaca hanya bertanya (pada Google) dan mendapat jawaban. Citra adalah orang yang menghargai proses, kalau-kalau kamu lupa Cit! dan rasanya buruk sekali mengetahui sesuatu secepat itu dan tak lama dia hilang, terlupakan dan berlalu. Saya mendownload banyak film dan lagu juga menyimpan halaman-halaman informasi yang menarik tapi lupa bertanya apa punya waktu menikmati semua itu. Kenapa pula saya harus membagikan seluruh isi hati dan kepala saya kepada banyak orang yang sesungguhnya juga ingin isi kepala dan hati mereka juga diberi perhatian?
            Kenapa saya begitu tertarik dengan berbagai hal yang remeh, yang kalau menurut saya masih banyak hal-hal besar yang membutuhkan perhatian saya. Saya benci menyadari bahwa konsentrasi saya buyar hanya karena bunyi ping! Saya benci harus mendapat dorongan 10 menit sekali menengok dunia yang bernama seperti nama belakang saya itu. Saya bukan manusia dengan fokus yang baik dan jika di setiap 10 menit saya konsentrasi saya selalu buyar. Bagaimana saya bisa melakukan sesuatu yang serius? Itulah kenapa saya harus menghukum diri saya dengan seminggu menjadi Citra Rizcha Realita dan Alhamdulillah saya berhasil melewatinya.




            Setelah seminggu apa yang selanjutnya akan saya lakukan. Saya jera? atau…?
            Setidaknya saya merasakan manfaatnya;
1. Mood saya membaik bahkan tanpa perlu campuran kafein dan phennylethilamine setiap pagi.
2. Saya tidak telat berangkat kerja. Prestasi yang bisa saya banggakan.
3. Selera humor saya di kelas telah kembali dan ekspresi bête memudar hanya karena saya tak perlu melihat postingan yang membutuhkan reaksi dan yaampun siswa-siswa saya membutuhkan perhatian saya di kelas bukan hanya mereka yang di dunia maya yang lebih banyak tak saya kenal.
4. Dalam seminggu saya menyelesaikan 4 novel, salah satunya hampir 600 halaman plus saya membuat review untuk keempatnya.
5. Lebih banyak waktu bersosialisasi dengan sesama. Oh betapa saya merindukan ekspresi alami bukannya deretan emoticon. Betapa merdunya gelak tawa dan bukannya bingung membayangkan bagaimana bunyi dari wkwkwkwkwkwkwkwk di dunia nyata.
6. Saya tidur delapan jam dan pulas!
7. Seringnya kepala lebih tegak alih-alih menunduk!
8. Hemat listrik, nge-charge biasanya setiap hari sekarang cukup dua -tiga hari sekali.
9. Lebih santai tanpa perlu bereaksi untuk memberi komen atau jempol, wajah mengkerut atau ngakak atau menebak-nebak alasan dan motivasi seseorang menempelkan hati di komentar satu dan yang lain. Saya bukannya iseng atau usil hanya kadang penasaran itu hinggap dan tak mau pergi.
10. Saya rasa seminggu ini saya merasa lebih baik dan saya berusaha mengatur waktu untuk disesuaikan dengan kebutuhan kapan saya harus mengunjungi dunia maya karena setidaknya di sana saya menemukan beberapa sahabat saya tinggal dan mereka sama berartinya dengan yang ada di dunia nyata.

            Dan yeah saya akan berusaha untuk lebih bijaksana untuk hidup di kedua dunia secara bergantian.

2 komentar:

  1. iya ya memang, sebegitu besarnya efek sosial media ke kita.
    beberapa bulan yang lalu, aku juga disadarkan begitu setelah aku mengalami beberapa masalah. sejak itu, saya berusaha mengurangi penggunaan sosial media meskipun, memang sulit sekali :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya sekarang mencoba batasi mainan medsosnya buat Jumat, Sabtu, Minggu, hehe. Sulit sih tapi masih bisa diusahakan. Moga kita lebih bijak ya mbak ngatur waktu antara dunia maya dan nyatanya :)

      Hapus