Date a girl who reads

Date a girl who reads

Sabtu, 07 Maret 2015

[Review] Semusim dan Semusim Lagi: Kecuali Kenyataan dan Impian Semua ada Pasangannya


Keterangan  Buku:

            Judul               : Semusim, dan Semusim Lagi
            Penulis             : Andina Dwifatma
            Editor              : Hetih Rusli
            Desain Cover  : Rio Tupai
            Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama
            Cetakan           : I, April 2013
            Tebal               :  232 halaman
            ISBN               : 978-979-22-9510-8

-- Pemenang Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012 --
“...ditulis dengan teknik penceritaan yang intens, serius, eksploratif, dan mencekam.”
(Dewan Juri Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012)

Surat Kertas Hijau
Segala kedaraannya tersaji hijau muda
Melayang di lembaran surat musim bunga
Berita dari jauh
Sebelum kapal angkat sauh

Segala kemontokan menonjol di kata-kata
Menepis dalam kelakar sonder dusta
Harum anak dara
Mengimbau dari seberang benua

Mari, Dik, tak lama hidup ini
Semusim dan semusim lagi
Burung pun berpulangan

Mari, Dik, kekal bisa semua ini
Peluk goreskan di tempat ini
Sebelum kapal dirapatkan

Sitor Situmorang, 1953

Dari sebuah sajak, seorang penulis memindahkan suatu baris dan menjadikannya suatu judul, lantas melanjutkannya dengan kalimat demi kalimat, yang akhirnya terbentuk menjadi roman ini. Saya kira itulah cara yang baik untuk merayakan keberadaan kata, di tengah dunia yang lebih sering tak sadar bahwa kata itu ada, sehingga menyia-nyiakannya. Namun menulis bukanlah satu-satunya cara, karena masih ada cara lain untuk merayakannya, yakni membacanya. —Seno Gumira Ajidarma
***

            Dibacanya tak lama, tak sampai sehari juga kelar. Yang menyebalkan dari membaca adalah kadang kepala ini sering menjadi sok,  sengaja membagi dua sudut berpikirnya; sebagai penulis dan sebagai pembaca.
            Sebagai penulis saya mencoba mereka-reka bagaimana si penulis menyusun kisahnya, saya menganggap Andina Dwifatma adalah seorang penimbun fakta, pecandu trivia, pengoleksi kutipan yang untuk menjadi novel seolah caranya menyusun seakan dia hanya menyusun puzzle yang direkatkan dengan imajinasinya.
            Sebagai pembaca saya menemukan bahwa sekilas citarasa Haruki Murakami melekat. Keluarga disfungsional, anak yang dibesarkan oleh buku dan limpahan informasi tanpa filter agama, moral, nilai-norma. Kesepian, keterpurukan, dan ketiadaannya harapan yang selalu disangkalnya. Si aku mencoba mempercayai hanya pada apa yang hanya ingin dipercayainya.
            Mengenai karakter. Si aku adalah... banyak penulis menurut saya juga menjalani hidup seperti apa yang si aku alami. Meletakkan kepercayaan berlebihan pada apa yang dibacanya, pada informasi yang dianggapnya benar ( entah itu berlaku hanya bagi saya pribadi, ya ya ya saya tumbuh besar derngan membaca apa saja dan cenderung mudah percaya pada apa yang saya baca dibanding orang asing yang saya temui di dunia nyata) tapi jika seseorang mampu menciptakan karakter semacam itu artinya ada banyak orang semacam itu di luar sana. Si aku hanya dia yang seharusnya mendapatkan cinta yang berhak didapatkannya. Ini nanti berkaitan dengan pesan yang dibawa buku ini.
            Tentang karakter kesukaan saya Muara, adalah nama karakter yang seandainya dia nyata, dia adalah orang yang dengannya saya ingin bertukar perasaan (Terbaca pendekatan emosionalnya -_-)  Muara dia yang akan membicarakan Bob Dylan, menceritakan sejarah musik blues, berkaos dengan wajah Rabinranath Tagore. Saya sungguh meluangkan waktu untuk bertukar topik menarik dengan lelaki  yang juga digambarkan dengan sangat menarik.
            Sejak awal ketidakwarasan si aku sudah tampak, tapi arah menuju pada kegilaannya disajikan dengan serius dan eksploratis seperti kata Dewan Juri Sayembara Menulis DKJ. Novel ini layak juara, hanya saja... kenapa harus menyelesaikan novel itu begitu segera? dan mengapa surealis yang hadir di tengah-tengah 'agak mengacaukan' sisa cerita?
            Dan memang isi buku 'menceritakan' tentang kutipan dari Darmanto Jatman; "Semua anak ada ibu-bapaknya, kecuali impian. Semua pasangan ada jantan ada betinanya, kecuali kenyataan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar