Date a girl who reads

Date a girl who reads

Sabtu, 28 Februari 2015

[Review] Cerpen Kompas Pilihan: RIPIN, Melihat Dunia Melalui Mata Anak-anak




Judul Buku                               : Cerpen Kompas Pilihan 2005-2006 RIPIN
Jenis Buku                                : Fiksi
Penulis                   : Ugoran Prasad, Kurnia Effendi, Eka Kurniawan, Danarto, Djenar                                                   Maesa Ayu, dkk.
Penyunting                              : Ninuk Mardiana Pambudy
Desaian dan Ilustrasi Cover    : A.N Rahmawanta dan Ipong Purnama Sidhi
Penerbit                                   : PT. Kompas Media Nusantara
Cetakan                                   :  Kedua, November 2007
Tebal                                       : 180 hlm
ISBN                                       : 978-979-709-314-3

                Seperti dikatakan di bagian sampul belakang buku, buku kumpulan cerpen Kompas memakai Cerpen Kompas Pilihan sementara biasananya menggunakan judul Cerpen Pilihan Kompas. Dan, bila sebelumnya cerpen-cerpen yang akan diterbitkan menjadi buku itu dipilih sejumlah anggota Redaksi Kompas maka, kali ini proses pemilihan sepenuhnya diserahkan kepada pihak luar; Prof Dr Bambang Sugiharto, guru besar Filsafat dan Nirwan Dewanto, penulis berbagai genre sastra.
            Terdapat enam belas cerpen dalam buku ini, dan alasan kenapa saya memilih dan membeli buku ini karena judul buku ini adalah nama panggilan dari bapak saya. Dan saya harus katakan bahwa Ripin sendiri adalah kisah yang paling saya sukai dalam buku ini, terlepas dari alasan kenapa saya memilih buku ini. Ripin, Ibu Pergi Ke Laut, serta Rumah Hujan adalah cerpen-cerpen kesayangan saya dan Caronang, Bocah-bocah Berseragam Biru Laut, juga Mata Mungil yang Menyimpan Dunia membuat saya menyayangkan tokoh anak-anak yang menjadi korban dari yang lainnya. Kebanyakan cerita ini menceritakan tentang anak-anak baik secara utuh maupun sebagian, dan tentang anak-anak saya sungguh menggunakan perasaan dan ini memang tidak objektif tapi terserahlah.

            Tentang Ripin yang adalah anak dengan keinginan sederhana untuk membawa emaknya ke pasar malam demi melihat sang idola dari emaknya yang berakhir tragis. Ibu Pergi Ke Laut, sangat mengiris hati, Dinda mengirim surat untuk ibu di laut melalui sang hujan.Rumah Hujan, tentang Narpati bocah yang ditinggalkan oleh orang tuanya di rumah huan yang penuh misteri. Sementara untuk Caronang saya sungguh marah atas kematian Baby dan sungguh bersedih untuk nasib anak-anak di Anak-anak yang Berseragam Biru Laut,' Kami belum ingin surga. Kami ingin dunia. Kami ingin  belajar menjadi manusia. Tetapi, kami tak sanggup berada di dunia yang dulu.' Dan Mata Mungil yang Menyimpan Dunia tak lagi bisa memandang dunia yang indah dengan cara yang sama akibat keserakahan orang dewasa.
            Cerpen-cerpen ini indah dengan sentuhan perasaan karena membawa sudut pandang anak-anak di sebagian besar ceritanya, walau jelas ini bukan kisah anak-anak. Tapi, berbeda dari sudut pandang orang lain yang membahas buku ini, saya menyukai buku ini karena hal tersebut.
            Ada banyak kisah menarik lainnya, seperti Nistagmus yang tentang seorang penulis obituari yang menadi korban dan saksi Tsunami, cerpen satire Piknik, dan saya berusaha menikmati Air juga Jejak yang Kekal, Mata Sultani, Sayap Kabut Sultan Ngamid, Sumur, Gerobak dan Malaikat Tanah Asal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar