Jika
ada yang menanyakan, “Apa Resolusimu?”
Maka
dengan penuh keyakinan aku menjawab “Jadi
Barbie!”
***
Bahkan diusia tiga
tahun aku sudah tahu akan jadi apa aku ketika dewasa nanti, yeah Barbie!
Bukankah itu hebat? Tapi tak terlalu hebat lagi ketika usiaku 15 tahun dan
menatap cermin, aku tidak jelek, beberapa orang malah menganggap aku secantik
Zooey Deschanel tapi akan jauh lebih baik seandainya mereka mengatakan bahwa
aku minimal mirip Blake Lively, setidaknya dia agak mirip Barbie.
Tapi sayang, aku tak memiliki mata biru,
rambut pirang, cuma rambut hitam dan mata cokelat besar, yeah aku bukan
keturunan Eropa dengan idealisme yang tak bisa diraih seperti boneka cantik
yang ada dalam genggamanku ini, hanya saja…hey, bisakah aku berhenti
menjelaskan dan hanya ingin mengatakan, aku cuma mau jadi Barbie! Aku nggak mau
peduli apapun caranya, yeah, aku mau
mengecat pirang rambutku, menyuntikkan vitamin C agar kulitku berwarna lebih
terang, hmmmm diet??? Okay nggak masalah, aku bahkan rela jadi penderita
anoreksia, dan well, implan payudara,
juga nggak apa-apa, yang penting aku terlihat sempurna!
Tapi entah kenapa, ada rasa tak percaya,
sepertinya hal itu tampak jauh dari nyata, hey, TAPI AKU TAKKAN MENYERAH BEGITU
SAJA. Shit ! aku benci merasa putus
asa, aku melempar boneka malang itu ke sudut ruangan dan memilih untuk tidur,
aku berharap ketika malam tiba, entah jin Aladin atau Peri Biru Pinokio datang
dan memberiku sedikit keajaiban, anggap saja sebagai pengganti hadiah Sinterklas
yang tahun ini salah memberiku hadiah karena tidak seperti yang kuinginkan
(jangan tanya apa sebenarnya hadiah yang kuinginkan!).
***
“Bangun
cewek menyebalkan!” seseorang menyodok tulang rusukku, benar-benar tidak
sopan, dan suaranya sungguh memuakkan, suara kekanak-kanakkan manja tapi
terdengar mendesah menggoda.
“Inimasijamempatpagi” aku menggerutu
dalam tidurku.
Tapi kali ini, dia seperti tak menyerah,
tubuhku diguncang-guncangkan dengan keras mau tak mau aku membuka mataku yang
berat, entah bagaimana ketika aku membuka mata semuanya seperti berwarna merah
muda, dan seluruh ruangan tercium aroma khas masa kanak-kanakku, perpaduan
wangi permen karet, gula kapas, dan strawberry segar.
Keterkejutanku bertambah parah mana kala
muka yang sangat kukenal itu menyeringai di depan wajahku, ya ampun wajahnya
sama sekali tak seramah tampang dalam bentuk plastiknya, dia tampak seperti
tante girang kebanyakan suntikan Botox, dia memang tetap cantik hanya saja
terlihat mengerikan tapi juga menyedihkan.
“Barbie” Aku terlonjak dan langsung duduk bersila
“Deedee”
Dia memanggilku dengan nada mengejek
“Kamu nyata?” Aku tak percaya
“Karena
kamu meminta!” Dia memutar bola mata
“Ayolah! Jangan bercanda! Ini Cuma
mimpi…boleh aku tidur lagi?” aku hendak tertidur lagi, tapi dengan cepat si
Barbie meraih bantalku dan membuangnya ke sudut kamar. Si Barbie menyebalkan!
“Okay…maumu apa?” kataku setengah marah, dan melipat tangan di dada.
“Menjadikanmu
sebagai aku! Bukankah itu resolusimu?” Si Barbie berkacak pinggang dengan
gaya, tangan kanannya menunjukkan ke arah papan buletinku yang bertuliskan.
RESOLUSI
TAHUN INIà
JADI BARBIE!!!
“Hahahaha lucu lucu lucu” aku tertawa
sendiri. “Tapi hey jangan main-main, ini mimpi atau khayalan?”
“Bukannya
kamu meminta keajaiban!” Dia terlihat kesal, dia menggigit bibir bawahnya
yang mungil lalu mengibaskan rambut pirang panjangnya yang selalu kuinginkan.
Dia menarik kursi pink-ku, sekarang dia duduk di hadapanku.
“Setelah
sekian lama akhirnya ada juga yang mau bertukar raga denganku” dia
terdengar bahagia, tapi juga terdengar agak tak percaya, dia lalu tertawa,
seperti menertawakan lelucon bodoh yang pantas ditertawakan.
Aku agak tersinggung
“Dimana bagian lucunya?” kali ini aku
terdengar seperti idiot lugu
“Hey,
apa bagusnya jadi aku?” Barbie ternyata sama saja, kita sama-sama payah!
Dia juga bertanya pertanyaan yang dia tahu jawabannya! Gadis mana yang tak mau
jadi Barbie, dia sempurna! Cantik dan selalu terlihat fantastik!
“Aku bersedia melakukan apapun untuk bisa
menjadi kamu” kantukku hilang dan rasa bahagia mendadak tiba.
“Yakin
tidak berubah pikiran?” Barbie skeptis
“Seratus persen”
“Boleh
bertanya satu hal?” kali ini Barbie memilin-milin rambutnya dengan manja
“Apa saja!”
“Kamu
ingin menjadi aku, bukan gara-gara kamu jatuh cinta pada Ken, kan?” dia
terdengar setengah berbisik, seolah-olah takut Ken akan mendengarnya.
“Hmmmm…entahlah, tapi…yeah aku selalu
menginginkan cinta kisah sempurna seperti kisah cinta mu dan Ken, kalian
pasangan paling sempurna di dunia” aku terdengar terlalu antusias, tapi
terserahlah!
“Bukankah
Prince Charming dan Cinderella jauh lebih sempurna?” dia melirikku
“Well,
tapi aku suka kalian, Cinderella dan Prince Charming menurutku…terlalu drama,
dan juga selera fashion-nya…payah…aku tidak suka!”
“Oops”
dia ingin tertawa, tapi tertahan, aku tau itu ekspresi mencela yang
ditutupinya. “Apakah Ken …menurutmu
…tampan?” dia bertanya penuh selidik.
“OMG! Barbie! Kamu tau Ken itu …luar
biasa mempesona” aku nyaris menahan nafas saat mengatakannya!
Barbie membuatku kaget karena berdiri
tiba-tiba, wajahnya berubah warna agak merah, dan matanya berubah menjadi lebih
gelap, kedua tangannya terlipat di dadanya.
“Are
You Jealous????”
“Nope!!!” Barbie melompat, awalnya
pelan, lalu dia malah menaiki tempat tidurku dan melompat-lompat seperti anak
balita, dia tertawa-tawa, terlihat gembira, aku berharap semoga si Barbie tidak
sakit jiwa. “Yipppey…akhirnya aku
terbebas dari Ken” matanya berbinar kala dia bicara. “Ken, adalah mimpi buruk buat gadis manapun! Percayalah! Aku tak
menakutimu hanya saja, Ken itu…begitu….ya ampun dia mengintimidasi, dia selalu
ingin dominan dalam berhubungan dan yang pasti…aku tak suka bila seorang pria
terlihat lebih gaya dari wanita…aku …sungguh tak ingin kamu berpikir bahwa aku
menjelek-jelekkan Ken, tapi” dia menggeleng-gelengkan kepala pelan, tapi
akhirnya dia bicara juga ”Kadang aku
berpikir Ken itu…Gay!” wajahnya kelihatan lega setelah selesai bicara. “Perhatikan saja gayanya” dia mengangkat
bahunya.
Aku tak berkomentar apa-apa hanya tersenyum
kecut, yeah tiba-tiba ilfeel
menyerangku.
“Boleh aku sedikit merepotkanmu? Aku
ingin kamu jadi bak sampah buat keluhanku” dia menatapku penuh harap, tangannya
menggenggam tanganku. Please deh
Barbie! Seharusnya lebih baik kamu mengatakan kamu mau curhat, bak sampah bikin
aku terdengar tak berharga, si Barbie tak bisa berkomunikasi dengan baik!
Sekarang kurasa dia agak seperti gadis bodoh!
Aku mengangguk
“Kamu
tahu, bagaimana rasanya jadi Putri Plastik? Sangat Fantastik?” dia
mengedipkan matanya. “Awalnya! tapi
setelah kamu mengalaminya sendiri, kamu hanya akan merasa itu…ide buruk!sebuah
bencana! Kutukan!” dia terlihat dramatis
“Okay
aku selalu terlihat cantik, baju pink-ungu fashionable!
Rambut tergerai indah tertata rapi, senyum permanen di wajah, high heels, dada dan bokong besar, tapi
pinggang super mungil? Ya ampun semua itu menyakitkan! Bahkan di saat Ken
memutuskanku aku tetap tersenyum! Disaat high
heels membuat kakiku terkilir aku tersenyum!, disaat gaun sexy-ku bikin aku masuk angin, aku
tersenyum! Di saat aku menginginkan ice
cream super lezat aku terpaksa menahan diri, gara-gara takut gendut, aku
tersenyum, di saat aku menderita gara-gara body sexy-ku diexploitasi, aku juga harus tetap tersenyum” Tiba-tiba
Si Barbie menangis, secara naluriah aku memeluknya, wajahnya terlihat dewasa
tapi saat menangis dia sama saja seperti anak kecil. Kubiarkan dia menangis,
dan bahuku terasa pegal membiarkan dia menangis selama itu, setelah puas, dia
melepaskan pelukannya, air mata menghapus segala kecantikannya, yeah dia tak
secantik kelihatannya.
“Seandainya
kamu tau bagaimana rasanya tak punya kehidupan sendiri, bagaimana rasanya
menjalani hidup berdasarkan fantasi-fantasi orang lain, sangat menyebalkan!kamu
takkan bisa membayangkan saat mereka memotong rambutmu asal-asalan atau
mengganti bajumu sembarangan! apalagi ketika anak-anak yang lebih kecil yang
memainkanmu, khayalan mereka jauh lebih
liar, tubuhmu bisa terpisah sana-sini atau malah…” Barbie membayangkannya
dengan ngeri “kamu pasti tak ingin
membayangkan, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi saat kamu dimainkan; saat
rambutmu terkena permen karet, tubuhmu ketumpahan susu, terkena noda coklat,
terkotori pipis, ingus, air mata, oh takkan ingin membayangkan bagaimana
menjijikannya.” Barbie bergidik, aku merasa jijik. Dia lalu tersenyum, kali
ini dia secantik yang kuingat.
“Banyak
gadis ingin menjadi sepertiku tapi setelah mereka tahu, mereka tak ingin lagi,
aku hanyalah putri plastik, tak lebih dari mainan, awalnya kalian akan menyayangiku,
setelahnya kalian akan melupakan aku, aku bahkan selalu berangan jadi gadis
kecil yang memainkanku, aku mendatangi mereka dalam mimpi, melakukan penawaran
agar mereka tak menyesal” dia tersenyum dalam sedihnya
Aku tak tahu harus berkata apa tapi sepertinya
aku diminta untuk mengubah pikiran, aku setuju dengan apa yang dikatakannya dan
merasa iba tentang apa yang dikisahkannya.
“Jika
kamu masih benar-benar ingin jadi sepertiku, marilah dekap aku ,tukar jiwamu
dengan milikku dan kamu akan jadi gadis pertama yang setuju, tapi bila tidak…”
dia menatap dalam ke mataku, lalu tersenyum penuh pengertian “kamu boleh terbangun, dan melupakan
keinginan bodohmu.” Kali ini Barbie
terlihat dewasa dan sangat bijaksana.
Mudah untuk ditebak, aku memilih
terbangun, merasa bahagia dengan diriku sendiri yang seperti ini. Aku memutar
pandangan ke seluruh ruangan, dan melihat sesuatu yang tergeletak di sudut
ruangan, si Barbie yang malang, aku memungutnya dan menyesal, mengusapnya
dengan sayang lalu menciumnnya menciumnya, pelan-pelan kubisikkan sebuah kata
“terima kasih”
Kuharap si Barbie memaafkanku. Aku
memutuskan untuk mengembalikannya seperti sedia kala, meletakkannya di samping
Ken, kekasih yang dibencinya, di sebuah rak bersama mainan lainnnya, lalu
dengan penuh semangat, merobek tulisan bodoh di papan buletinku, mengambil
kertas baru dan menuliskan sesuatu, mau tahu apa itu? inilah…
Even Barbie Wants To Be Me!!!
Huaa.. ceritanya kereenn! Adaa aja yaa idenya, menjadikan Barbie "berbicara", hahahaha :))
BalasHapushehehehehe makasii yak mbak Indah udah membaca, suka sih sama Barbie :)
Hapus