Date a girl who reads

Date a girl who reads

Sabtu, 31 Desember 2011

Even Barbie Wants To Be Me



Jika ada yang menanyakan, “Apa Resolusimu?”
Maka dengan penuh keyakinan aku menjawab “Jadi Barbie!

***
        
         Bahkan diusia tiga tahun aku sudah tahu akan jadi apa aku ketika dewasa nanti, yeah Barbie! Bukankah itu hebat? Tapi tak terlalu hebat lagi ketika usiaku 15 tahun dan menatap cermin, aku tidak jelek, beberapa orang malah menganggap aku secantik Zooey Deschanel tapi akan jauh lebih baik seandainya mereka mengatakan bahwa aku minimal mirip Blake Lively, setidaknya dia agak mirip Barbie.
       Tapi sayang, aku tak memiliki mata biru, rambut pirang, cuma rambut hitam dan mata cokelat besar, yeah aku bukan keturunan Eropa dengan idealisme yang tak bisa diraih seperti boneka cantik yang ada dalam genggamanku ini, hanya saja…hey, bisakah aku berhenti menjelaskan dan hanya ingin mengatakan, aku cuma mau jadi Barbie! Aku nggak mau peduli apapun caranya, yeah,  aku mau mengecat pirang rambutku, menyuntikkan vitamin C agar kulitku berwarna lebih terang, hmmmm diet??? Okay nggak masalah, aku bahkan rela jadi penderita anoreksia, dan well, implan payudara, juga nggak apa-apa, yang penting aku terlihat sempurna!
       Tapi entah kenapa, ada rasa tak percaya, sepertinya hal itu tampak jauh dari nyata, hey, TAPI AKU TAKKAN MENYERAH BEGITU SAJA. Shit ! aku benci merasa putus asa, aku melempar boneka malang itu ke sudut ruangan dan memilih untuk tidur, aku berharap ketika malam tiba, entah jin Aladin atau Peri Biru Pinokio datang dan memberiku sedikit keajaiban, anggap saja sebagai pengganti hadiah Sinterklas yang tahun ini salah memberiku hadiah karena tidak seperti yang kuinginkan (jangan tanya apa sebenarnya hadiah yang kuinginkan!).
***
       “Bangun cewek menyebalkan!” seseorang menyodok tulang rusukku, benar-benar tidak sopan, dan suaranya sungguh memuakkan, suara kekanak-kanakkan manja tapi terdengar mendesah menggoda.
       “Inimasijamempatpagi” aku menggerutu dalam tidurku.
       Tapi kali ini, dia seperti tak menyerah, tubuhku diguncang-guncangkan dengan keras mau tak mau aku membuka mataku yang berat, entah bagaimana ketika aku membuka mata semuanya seperti berwarna merah muda, dan seluruh ruangan tercium aroma khas masa kanak-kanakku, perpaduan wangi permen karet, gula kapas, dan strawberry segar.
       Keterkejutanku bertambah parah mana kala muka yang sangat kukenal itu menyeringai di depan wajahku, ya ampun wajahnya sama sekali tak seramah tampang dalam bentuk plastiknya, dia tampak seperti tante girang kebanyakan suntikan Botox, dia memang tetap cantik hanya saja terlihat mengerikan tapi juga menyedihkan.
       “Barbie”  Aku terlonjak dan langsung duduk bersila
       “Deedee” Dia memanggilku dengan nada mengejek
       “Kamu nyata?” Aku tak percaya
       “Karena kamu meminta!” Dia memutar bola mata
       “Ayolah! Jangan bercanda! Ini Cuma mimpi…boleh aku tidur lagi?” aku hendak tertidur lagi, tapi dengan cepat si Barbie meraih bantalku dan membuangnya ke sudut kamar. Si Barbie menyebalkan! “Okay…maumu apa?” kataku setengah marah, dan melipat tangan di dada.
       “Menjadikanmu sebagai aku! Bukankah itu resolusimu?” Si Barbie berkacak pinggang dengan gaya, tangan kanannya menunjukkan ke arah papan buletinku yang bertuliskan.
RESOLUSI TAHUN INIà JADI BARBIE!!!
       “Hahahaha lucu lucu lucu” aku tertawa sendiri. “Tapi hey jangan main-main, ini mimpi atau khayalan?”
       “Bukannya kamu meminta keajaiban!” Dia terlihat kesal, dia menggigit bibir bawahnya yang mungil lalu mengibaskan rambut pirang panjangnya yang selalu kuinginkan.
       Dia menarik kursi pink-ku, sekarang dia duduk di hadapanku.
       “Setelah sekian lama akhirnya ada juga yang mau bertukar raga denganku” dia terdengar bahagia, tapi juga terdengar agak tak percaya, dia lalu tertawa, seperti menertawakan lelucon bodoh yang pantas ditertawakan.
       Aku agak tersinggung
       “Dimana bagian lucunya?” kali ini aku terdengar seperti idiot lugu
       “Hey, apa bagusnya jadi aku?” Barbie ternyata sama saja, kita sama-sama payah! Dia juga bertanya pertanyaan yang dia tahu jawabannya! Gadis mana yang tak mau jadi Barbie, dia sempurna! Cantik dan selalu terlihat fantastik!
       “Aku bersedia melakukan apapun untuk bisa menjadi kamu” kantukku hilang dan rasa bahagia mendadak tiba.
       “Yakin tidak berubah pikiran?” Barbie skeptis
       “Seratus persen”
       “Boleh bertanya satu hal?” kali ini Barbie memilin-milin rambutnya dengan manja
       “Apa saja!”
       “Kamu ingin menjadi aku, bukan gara-gara kamu jatuh cinta pada Ken, kan?” dia terdengar setengah berbisik, seolah-olah takut Ken akan mendengarnya.
       “Hmmmm…entahlah, tapi…yeah aku selalu menginginkan cinta kisah sempurna seperti kisah cinta mu dan Ken, kalian pasangan paling sempurna di dunia” aku terdengar terlalu antusias, tapi terserahlah!
       “Bukankah Prince Charming dan Cinderella jauh lebih sempurna?” dia melirikku
       “Well, tapi aku suka kalian, Cinderella dan Prince Charming menurutku…terlalu drama, dan juga selera fashion-nya…payah…aku tidak suka!”
       “Oops” dia ingin tertawa, tapi tertahan, aku tau itu ekspresi mencela yang ditutupinya. “Apakah Ken …menurutmu …tampan?” dia bertanya penuh selidik.
       “OMG! Barbie! Kamu tau Ken itu …luar biasa mempesona” aku nyaris menahan nafas saat mengatakannya!
       Barbie membuatku kaget karena berdiri tiba-tiba, wajahnya berubah warna agak merah, dan matanya berubah menjadi lebih gelap, kedua tangannya terlipat di dadanya.
       “Are You Jealous????”
       “Nope!!!” Barbie melompat, awalnya pelan, lalu dia malah menaiki tempat tidurku dan melompat-lompat seperti anak balita, dia tertawa-tawa, terlihat gembira, aku berharap semoga si Barbie tidak sakit jiwa. “Yipppey…akhirnya aku terbebas dari Ken” matanya berbinar kala dia bicara. “Ken, adalah mimpi buruk buat gadis manapun! Percayalah! Aku tak menakutimu hanya saja, Ken itu…begitu….ya ampun dia mengintimidasi, dia selalu ingin dominan dalam berhubungan dan yang pasti…aku tak suka bila seorang pria terlihat lebih gaya dari wanita…aku …sungguh tak ingin kamu berpikir bahwa aku menjelek-jelekkan Ken, tapi” dia menggeleng-gelengkan kepala pelan, tapi akhirnya dia bicara juga ”Kadang aku berpikir Ken itu…Gay!” wajahnya kelihatan lega setelah selesai bicara. “Perhatikan saja gayanya” dia mengangkat bahunya.
        Aku tak berkomentar apa-apa hanya tersenyum kecut, yeah tiba-tiba ilfeel menyerangku.
       “Boleh aku sedikit merepotkanmu? Aku ingin kamu jadi bak sampah buat keluhanku” dia menatapku penuh harap, tangannya menggenggam tanganku. Please deh Barbie! Seharusnya lebih baik kamu mengatakan kamu mau curhat, bak sampah bikin aku terdengar tak berharga, si Barbie tak bisa berkomunikasi dengan baik! Sekarang kurasa dia agak seperti gadis bodoh!
       Aku mengangguk
       “Kamu tahu, bagaimana rasanya jadi Putri Plastik? Sangat Fantastik?” dia mengedipkan matanya. “Awalnya! tapi setelah kamu mengalaminya sendiri, kamu hanya akan merasa itu…ide buruk!sebuah bencana! Kutukan!” dia terlihat dramatis
       “Okay aku selalu terlihat cantik, baju pink-ungu fashionable! Rambut tergerai indah tertata rapi, senyum permanen di wajah, high heels, dada dan bokong besar, tapi pinggang super mungil? Ya ampun semua itu menyakitkan! Bahkan di saat Ken memutuskanku aku tetap tersenyum! Disaat high heels membuat kakiku terkilir aku tersenyum!, disaat gaun sexy-ku bikin aku masuk angin, aku tersenyum! Di saat aku menginginkan ice cream super lezat aku terpaksa menahan diri, gara-gara takut gendut, aku tersenyum, di saat aku menderita gara-gara body sexy-ku diexploitasi, aku juga harus tetap tersenyum” Tiba-tiba Si Barbie menangis, secara naluriah aku memeluknya, wajahnya terlihat dewasa tapi saat menangis dia sama saja seperti anak kecil. Kubiarkan dia menangis, dan bahuku terasa pegal membiarkan dia menangis selama itu, setelah puas, dia melepaskan pelukannya, air mata menghapus segala kecantikannya, yeah dia tak secantik kelihatannya.
       “Seandainya kamu tau bagaimana rasanya tak punya kehidupan sendiri, bagaimana rasanya menjalani hidup berdasarkan fantasi-fantasi orang lain, sangat menyebalkan!kamu takkan bisa membayangkan saat mereka memotong rambutmu asal-asalan atau mengganti bajumu sembarangan! apalagi ketika anak-anak yang lebih kecil yang memainkanmu, khayalan  mereka jauh lebih liar, tubuhmu bisa terpisah sana-sini atau malah…” Barbie membayangkannya dengan ngeri “kamu pasti tak ingin membayangkan, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi saat kamu dimainkan; saat rambutmu terkena permen karet, tubuhmu ketumpahan susu, terkena noda coklat, terkotori pipis, ingus, air mata, oh takkan ingin membayangkan bagaimana menjijikannya.” Barbie bergidik, aku merasa jijik. Dia lalu tersenyum, kali ini dia secantik yang kuingat.
       “Banyak gadis ingin menjadi sepertiku tapi setelah mereka tahu, mereka tak ingin lagi, aku hanyalah putri plastik, tak lebih dari mainan, awalnya kalian akan menyayangiku, setelahnya kalian akan melupakan aku, aku bahkan selalu berangan jadi gadis kecil yang memainkanku, aku mendatangi mereka dalam mimpi, melakukan penawaran agar mereka tak menyesal” dia tersenyum dalam sedihnya
       Aku tak tahu harus berkata apa tapi sepertinya aku diminta untuk mengubah pikiran, aku setuju dengan apa yang dikatakannya dan merasa iba tentang apa yang dikisahkannya.
       “Jika kamu masih benar-benar ingin jadi sepertiku, marilah dekap aku ,tukar jiwamu dengan milikku dan kamu akan jadi gadis pertama yang setuju, tapi bila tidak…” dia menatap dalam ke mataku, lalu tersenyum penuh pengertian “kamu boleh terbangun, dan melupakan keinginan bodohmu.” Kali ini Barbie terlihat dewasa dan sangat bijaksana.
       Mudah untuk ditebak, aku memilih terbangun, merasa bahagia dengan diriku sendiri yang seperti ini. Aku memutar pandangan ke seluruh ruangan, dan melihat sesuatu yang tergeletak di sudut ruangan, si Barbie yang malang, aku memungutnya dan menyesal, mengusapnya dengan sayang lalu menciumnnya menciumnya, pelan-pelan kubisikkan sebuah kata “terima kasih”
       Kuharap si Barbie memaafkanku. Aku memutuskan untuk mengembalikannya seperti sedia kala, meletakkannya di samping Ken, kekasih yang dibencinya, di sebuah rak bersama mainan lainnnya, lalu dengan penuh semangat, merobek tulisan bodoh di papan buletinku, mengambil kertas baru dan menuliskan sesuatu, mau tahu apa itu? inilah…

      
            Even Barbie Wants To Be Me!!!
           

2 komentar:

  1. Huaa.. ceritanya kereenn! Adaa aja yaa idenya, menjadikan Barbie "berbicara", hahahaha :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehehe makasii yak mbak Indah udah membaca, suka sih sama Barbie :)

      Hapus