Date a girl who reads

Date a girl who reads

Sabtu, 31 Desember 2011

Kembang Api




Aku jatuh cinta padamu pertama kali, saat melihatmu menari dengan latar belakang langit berkembang api, kamu pergi menahan benci-meninggalkanku sendiri juga karena kembang api, setelah segalanya terjadi, izinkan aku kembali menjadi kembang api untuk menebus luka hati yang perih.

            Cowok keren yang baru berusia 18 tahun minggu kemarin itu bernama Yufory, dulunya, dia adalah penggila pesta dan hura-hura, mungkin juga gara-gara pengaruh namanya yang berasal dari kata Euphoria, yang berarti senang dan bahagia, yang berlebihan.
      Saat ini dia benar-benar merasa jenuh dan bosan, tidak ada rasa kebahagiaan, padahal ini menjelang liburan tahun baruan, dia kelihatan gelisah bukan karena ada ketakutan kalau-kalau sang malaikat sampai khilaf dan latah meniupkan sangkakalanya bersama para massa berterompet dalam pesta penyambutan, perubahan satu detik yang mengganti masa. Ada rasa bersalah ada rasa berdosa, yang membuatnya sangat marah bukan pada siapa-siapa hanya pada dirinya, dia bahkan ingin menyakiti diri sendiri tapi itu takkan merubah keadaan, takkan mengubah air mata Lupita, gadis yang disayanginya, menjadi gelak tawa bahagia.

      “Gue merasa menjadi pecundang total tiap kali bayangan Lupita melintas di otak gue” ada nada penyesalan saat Yufory mengatakan hal itu pada Gerry sahabatnya, sayangnya Yufory curhat pada orang yang tidak tepat, Gerry beotak sesat, Lothario parah maha dahsyat.
      “Apa yang disesalin? Loe udah dapet yang loe mau! Certain ke gue, bagaimana pengalaman pertama loe perawanin anak gadis orang?”
      “Pemerkosaan atas nama cinta itu tidak akan pernah bisa dimaafkan” bisik Yufory, pada dirinya sendiri, tak ingin terdengar Gerry, karena dia tahu hanya akan mendapat ejekkan lebih. Yufory pergi.
***
      Kenangan itu datang lagi dalam bentuk film hitam putih, Yufory dan otak penuh euphoria pestanya yang setengah tipsy di bawah pengaruh fantasi biologi, benar-benar tak bisa berpikir jernih. Dia tak menyadari bahwa gadis yang dicintainya itu menahan perih, ketakutan setengah mati, merasa kotor tak lagi suci. Bersama nyala kembang api yang membelah malam, dia menjadikan masa depan seorang gadis menjadi kelam, dia tahu diri dia seorang jahanam, dia tahu diri bahwa dia kejam, tapi tak mau mempedulikan, saatnya pesta dan bersenang-senang, tak mempedulikan sedu sedan, pikirannya hanya melayang pada sebuah kenikmatan yang ditawarkan setan.
***
      Berita itu datang seperti sebuah terror mengerikan, padahal hanya beberapa kata dalam sebuah pesan.  seharusnya dia tak peduli dan mengacuhkan, tapi bagaimanapun juga dia masih punya perasaan.
Lupita meninggal setelah melahirkan
Dia dan Bayinya tak bisa diselamatkan
      Pesan itu sudah basi, diterimanya berbulan-bulan lalu, tapi tak pernah dihapusnya, seperti rasa bersalahnya yang takkan pernah terhapuskan. Seharusnya dia bersikap ksatria, seharusnya dia berada di sana, mempertanggung jawabkan perbuatannya, bukan berada jauh memakai topeng tanpa rasa bersalah.
***
      Pesta itu sempurna, pesta malam minggu menyambut tahun baru, diadakan di sebuah café mewah yang berada di atas sebuah gedung tinggi tempat pemandangan kota terlihat indah. Sayangnya sang raja pesta tak terlihat bahagia, memilih berdiri jauh di sisi, memandang lepas di ke arah langit malam indah yang bertabur bintang dan bercahaya temaram bulan.
Di tempat yang sama di tahun sebelumnya, dia masih menikmati pesta dengan gadis yang dicintainya, dia merindukan gadis itu, tapi tak mungkin lagi bersamanya saat ini, dia mengenang gadis itu dalam memori yang semakin hari semakin memudar, yang menjadikannya tokoh antagonis bermuka iblis.
Dia benar-benar frustasi, karena sekarang memorinya bahkan tak lagi bisa menampilkan bayangan sempurna wajah Lupita, dibenaknya kini, bayangan itu tak lebih dari imajinasi transparan yang memuakkan. Yang diiingatnya tentang gadis itu hanya satu, hanya tentang kecintaannya pada kembang api; yeah dia gadis yang pernah menari di bawah cahaya kembang api, gadis yang harus kehilangan harga diri di bawah pesona kembang api.
Yufory marah, kesal, kecewa, ingin berteriak dan juga ingin menangis, tapi tak kuasa untuk melakukannya, bahkan untuk menyesap sparkling wine-nya pun dia agak tergetar, gelas kaca ditangannya kini melayang, jatuh dari genggamannya, tertarik gravitasi bumi, dan pecah jauh dibawah sana. Dia tersentak saat gelegar yang diikuti cahaya pecah di langit tinggi menghujam ke dalam hati yang kini semakin sedih, tak bisa mengubah keadaan hanya bisa menyesalkan, tapi setidaknya masih ada hal yang bisa dia lakukan, menjadikan diri sebagai kembang api, bukan menyalakan indah cahaya di langit sana, tapi menciptakan genangan darah di tanah yang sekarang berwarna merah. Yufory mendatangi Lupita untuk menebus dosanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar