Date a girl who reads

Date a girl who reads

Sabtu, 21 Januari 2012

Rahasia Gadis (33)


(Enzo)

          “Aimee, please…bisa kan kalo elo bersikap lebih menghargai diri elo sendiri?” aku mulai gerah dengan tingkah laku cewek manja yang bersikap seperti seorang gadis gampangan.

          “Well baby, kita menikmati kebersamaan kita” dia meletakkan tangannya dipundakku, mencoba untuk memelukku, aku mengindar.
          “Aimee, gue nggak nyaman! Okay! Bisa kita berhenti!” aku melepaskan diri dari pelukannya, ini parkiran sekolah dan aku tak ingin mendapat tuduhan melakukan perbuatan asusila di lembaga yang mengajarkan moral dan budi pekerti, aku memang bajingan brengsek tapi aku belum gila.
          Aimee memandangku marah!
          Aku mengabaikan pandangannya yang tak bersahabat itu
          “Enzo…ini tentang kejadian minggu lalu?” dia bertanya agak hati-hati
          “Nope!” aku tak mau mengingat kejadian memalukan itu, baiklah aku memang menyukai atraksi kasih sayang yang melibatkan fisik dan emosi, tapi setelah ibunya turun tangan dan mendapati bahwa anaknya adalah seorang cewek binal, bolehkah kutakan bahwa aku berubah pikiran? Aku tak ingin terjebak terlalu jauh dengan cewek labil seperti ini.
          Sudah saatnya melepaskan diri, menjalani hidup yang pasti, ini tahun terakhirku di SMA, aku juga tidak idiot, masa depanku tak ingin kurusakkan dengan kesalahan bodoh masa remaja, hidupku terlalu berharga untuk kuhancurkan. Saatnya memetakan hidup ke arah yang lebih baik.
          Aku keluar dari mobilnya, dan merasa begitu bodoh. Aku lelaki gampang tergoda, baiklah kali ini tidak lagi.
          Aku melangkah cepat tak ingin Aimee mengikutiku lagi, tapi langkahku terhenti saat kulihat pemandangan tak biasa, saat seorang gadis anggun bernama Coppelia tengah berbincang-bincang hangat dengan tukang parkir sekolah, di tangannya ada kotak kue yang saat itu diberikan kepada bapak tukang parkir yang tak pernah mendapat perhatian siswa manapun di sekolah. Ada senyum terkembang di wajah pria yang mulai menua, bukan karena usia tapi beban hidup yang di tanggungnya.
          “Terima kasih neng Gadis” kata bapak itu tulus.
          “Aku senang kalo bapak ngabisin kuenya, belum sarapan kan tadi di rumah? Besok aku janji deh bakalan bawain bapak sarapan, kokiku pasti senang kalo kuminta dibikinin macam-macam”
          “Iya neng iya, baiknya si neng, bapak terima kuenya, terima kasih neng”
          “Iya pak, aku masuk kelas ya, selamat bekerja”
          Tak mengira ada seseorang yang begitu peduli sesama, sejak lama aku disini aku baru menyadari bahwa ada hal-hal yang tak terlihat oleh mata. Saat itu kuketahui bahwa ada seseorang yang memang tercipta begitu sempurna.

2 komentar:

  1. haha andai aku kayak si copelia, eh gadis haha. ya cantik, ya kaya, ya baik, ya punya papan tajir haha

    BalasHapus
  2. hmmmmmm seandainya seandainya ya, btw mang plg bagusx adalah jadi diri sendiri :D

    BalasHapus