(Aimee)
Apa yang tengah terjadi pada kehidupanku? Aku seperti
pada titik terendah kewarasanku. Hidup yang kujalani sebetulnya bukan di bumi,
tapi di neraka, setelah ibuku, kini Enzo-pun berubah bentuk menjadi iblis.
Aku memandang wajahku di cermin kecil yang baru saja
kuaambil dari kotak make up-ku, aku hampir
saja tak mengenali diriku sendiri. Wajahku terlihat nyaris seperti Vampire,
hanya saja tak menawan seperti makhluk immortal rupawan itu pada umumnya, tapi
yang jelas aku memiliki kesamaan kulit yang pucat dan ditambah penampilan yang sedikit
berantakan, yeah ini semua akibat hidupku yang tiba-tiba saja begitu memuakkan.
Kuambil beberapa pil yang berhasil membuat otakku tetap berjalan rasional,
menelannya dan berharap segalanya akan baik-baik saja. Aku keluar dari mobil
dan bersiap-siap menjalani kehidupan yang semestinya.
***
Sheza menungguku di depan kelas, dengan wajah ceria
seperti biasa. Bagaimana bisa dia memasang ekspresi bahagia permanent di
wajahnya? aku tau jawabannya! mereka yang punya otak idiot diberi kelebihan untuk
tak terlalu memusingkan hal-hal yang tak mampu digapai otaknya. Jawaban yang
benar! Aku harus memuji kejeniusanku.
“Morning baby”
dia menyapaku
Aku memilih mengabaikannya dan merasakan bahwa aku
lebih memilih berada di duniaku sendiri saat ini, tak ingin dibebani apapun,
tak ingin terusik apapun.
“Gue dapet mangsa, gue tau elo bosan!” tiba-tiba
saja kalimat itu membuatku antusias. “Kita bisa ciptakan permainan di kala
bosan! Kalo-kalo elo pengen menghilangkan kejenuhan, sekolah emang membosankan,
gue tau, elo sedang luar biasa bête! Gue mesti telepon Nikita agar kita bisa
bersenang-senang tanpa mengilangkan kekompakan” Sheza sudah berbicara panjang
lebar di bangku kosong di depanku.
“Halo Niki, gimana? Target operasi kita sudah mulai
masuk sekolah?” dia tersenyum sambil berbicara di ponselnya yang terlalu
canggih untuk dipahami otak lemotnya, tapi jangan tanyakan untuk masalah
kejahatan, otak Sheza akan bisa berjalan secerdas otak penjahat perang yang
tanpa ampunan.
“Kabar baiknya, kita bakalan punya sesuatu untuk
menghilangkan bosan, di jam terakhir tepat sebelum kita pulang sekolah.” Bisiknya
dengan kelicikan sempurna.
Aku mengangguk, terlalu malas untuk membuka mulut dan
menumpahkan kata-kata. Bel berdering nyaring, jam pertama, jika bukan
Matematika pastilah Bahasa Indonesia, atau mungkin Fisika…oh bisa jadi Sejarah,
tapi sejujurnya aku tak peduli, aku punya rencana lain. Kuputuskan untuk keluar
dari kelas dan mungkin bisa menghisap beberapa batang rokok di toilet siswa.
ih nakal banget ni ceweeek mamanya ngidam apaan coba yaa? >,< haha
BalasHapusmamanya ngidam kumisnya Hitler
Hapus