(Zara)
Ketika
putrimu alih-alih mencintaimu malah memilih untuk membencimu,
Pikirkan
lagi, bisa jadi itu karena kesalahanmu!
***
“Berhentilah bersikap seolah ini semua
kesalahanku!” Aimee menatapku berang, tatapan matanya seolah bisa menelanku
hidup-hidup.
“Kalau begitu mama minta maaf” aku
memilih mengalah, mencoba melunakkan kepalanya hanyalah hal yang sia-sia.
“Sayang…apa masalahmu?” aku mencoba
membuatnya tenang dengan menyentuhkan sisir di rambut panjangnya, persis
seperti saat dia masih kecil dulu, saat kami seperti ibu dan anak perempuan,
seperti sahabat, tapi ketika dia menginjak remaja, kita tak lebih bagai musuh,
saling menyerang dengan kata-kata dan sikap dingin yang tak pernah kumengerti
alasananya.
“Jangan bertanya kalau cuma untuk
basa-basi!” dia menatapku tajam melalui cermin yang memantulkan wajah cantiknya…yang
sekarang anehnya tak lagi secantik dulu, bukan berarti dia buruk rupa sekarang,
hanya saja matanya tak lagi memancarkan sinar kebahagiaan, keceriaannya seolah
tertutup awan hitam.
“Mama menyayangimu” aku berkata tulus.
“Well,
jika benar menyayangiku…kenapa mama bersikap seakan mama tak pernah jadi cewek
seusiaku, mengapa mama bersikap munafik? Mengapa sikap naïf sok suci mama
membuatku muntah! “ Aimee berteriak seolah dia kerasukkan makhluk jahat, di
dalam cermin itu aku tak lagi melihat putriku, dia terlihat seperti dewi iblis
dari neraka.
“Aimee!” itu suara suamiku, alih-alih
marah padaku, dia malah membentak putriku, “bersikaplah sopan pada mamamu!”
“Takkan pernah” dan dengan cepat Aimee
membantah, dan wajah menantangnya menatapku, matanya membuatku ketakutan, puas
mengintimidasiku, dia berkata pada ayahnya “ tanyakan pada mama, apa yang mama
lakukan di belakang punggung papa!” lalu dengan tanpa penyesalan dia
meninggalkan kami yang terpaku.
***
“Aku tau apa yang kamu lakukan di
belakangku…karena aku yang mengizinkanmu” Suamiku memeluk dan aku menumpahkan
segala sedihku dalam tangis.
“Terima kasih…tapi Aimee takkan pernah
mau mengerti” aku berkata pelan, seakan lidahku kelu dan menjadi bisu.
“Dia hanya perlu waktu” suamiku
mencoba menguatkanku. “Haruskah kita mengatakan pada Aimee sekarang?”
“Jangan!” aku tak yakin Aimee mau
memaafkan masa laluku yang kelam, walaupun bukan aku yang menciptakan segala
kesalahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar