(Enzo)
Dalam
setiap dongeng akan selalu ada kutukan dan keajaiban
Kutukan
adalah mantra jahatnya
Dan
keajaibannya?
Adalah
cinta yang akan menyembuhkan segalanya.
***
Aku memilih membolos sekolah daripada
menyaksikan guru sejarahku stand up
comedy di depan kelas, si bapak lebih cocok melawak daripada mengajar.
Memang pelajarannya jadi tak membosankan hanya saja…ilmu sejarahnya mental begitu
saja tergantikan oleh lelucon yang hanya membuat seisi kelas
terpingkal-pingkal.
Konsentrasiku buyar begitu saja saat
mengawali hari dan menemui seseorang yang membuatku merasakan perasaan yang
berbeda, aku tidak gila, hanya rasa terpesona berlebihan yang membuatku tak
bisa menggunakan akal sehat dan logika. Copelia, Copelia, Copelia, semua
gara-gara dia.
Dan sekarang tebak apa yang kulakuan? seperti
orang gila mengintipnya melalui jendela terhalang kaca.
***
“Apa yang kamu lakukan di depan
kelasku, sepanjang jam pelajaran tadi?” dengan wajah masam tapi tetap terlihat
manis, Copelia mencecarku begitu saja saat bel berdering nyaring dan dia
cepat-cepat menghambur keluar tepat di belakang guru matematikanya, yang
melewatiku begitu saja dengan tatapan menghina. Katakan padaku, guru mana yang
tak membenci siswa yang hobi membolos?
“Kenapa? elo grogi?” aku menggodanya “gue
liat kali beberapa kali elo ngejatuhin pulpen dan kertas-kertas”
“Tanganku licin dan angin yang
menerbangkan kertas-kertasnya, sok tau!”
“Terserah…tapi yang jelas tampang elo
merah!”
“Oh ya? Dia menatapku kesal “Lebih
mudah buat kupingku untuk tetap terjaga dari kemungkinan radang telinga kalau
kamu tidak di dekatku, sejujurnya aku lebih suka tidak ada kesepakatan diantara
kita! Jangan paksa aku untuk berubah pikiran” dia melangkah cepat, berjalan
mendahuluiku, tapi langkah kucingnya tetap bisa terkejar olehku.
“Sorry
sorry sorry” aku membujuknya, aku akan merasa lebih tersiksa bila lagi-lagi
Aimee datang menggoda. Aku tak mau terlibat masalah lebih jauh dengan cewek
gila semacamnya.
“Wow, ada yang ketakutan” dia
menyindirku.
“Okay…permainan dibawah kendali sang
tuan putri, puas?”
“Belom, tentu saja…aku perlu bantuanmu
untuk melakukan sesuatu.”
Dia
berpikir sejenak. “Pulang sekolah nanti ayo kita mengunjungi suatu tempat.” Kedengarannya
hebat, aku akan menganggap ini seperti kencan.
***
Ternyata khayalanku terlalu tinggi, tebak
kemana dia membawaku pergi sore ini? Setelah sekolah bubar dia mengajakku
kembali ke rumah yang bagai dongeng dalam dunia nyata. Aku tak diizinkan masuk
hanya menunggu di gerbang dibawah tatapan …bukan security bukan body guard
tapi seperti anak buah mafia dengan jas dan kacamata hitam, keren dengan rambut
tertata dan sepatu mengkilat, harusnya mereka diberi pegangang berupa tombak
dan perisai juga baju besi, tambahkan beberapa naga, kurcaci, dan goblin di
depan halamannya maka aku akan percaya bahwa ada juga dongeng dalam kisah
nyata. Tebaklah hal yang jauh lebih gila! Aku sungguh terpana, saat Copelia
keluar rumah dengan memakai kostum balet, dan sebuah teguran!
“Jangan menatapku seperti itu, ini
kostum Odette, seorang putri yang dikutuk penyihir menjadi seekor angsa putih. “
dia seperti hendak menelanku, ah cewek memang gampang tersinggung dan selalu
berpikir negatif tentang pandangan cowok, tatapanku bukan tatapan aneh,
mengejek atau semacamnya, ini hanyalah jenis tatapan penuh kekaguman.
Dibelakangnya seorang wanita gemuk tua
beserta dua orang pria membawakan kotak-kotak besar, dan tanpa permisi langsung
saja memasukkan kotak-kotak itu ke dalam mobilku, dan aku tak berani protes,
selain tatapan dingin mereka, aku tak mau lagi Copelia akan berubah pikiran.
“Itu kotak-kotak berisi kue dan hadiah”
Copelia menjelaskan “Kita akan ke panti asuhan, aku akan menghibur adik-adik di
panti asuhan, oh ya? Boleh kita mampir sebentar di toko mainan?” dia menatapku
dengan penuh pengharapan. Entah mengapa firasat tak enak menyergapku. “Kita
perlu membeli banyak balon dan…kostum badut buatmu.” Oh Tuhan, aku tak tau
bagaimana bisa aku terjebak di sini.
***
Sepanjang perjalanan…sungguh
kesabaranku diuji oleh cobaan yang sangat besar, aku cuma ingin bilang, lelaki
bukan pendengar yang baik, tapi Copelia sungguh tak ingin peduli, dia terus
saja mengoceh tentang, balet, dongeng, kisah cinta dan…dia bahkan menceritakan kisah Swan
Lake yang sungguh tak kutangkap apa maksudnya.
“Kamu tau komposer untuk ballet Swan
Lake ini siapa?” dia bertanya seolah aku tertarik dan peduli.
“Jay Z?” aku menjawab asal, dan yang
pasti salah total
“Uh…” dia memutar bola matanya. “Jay Z
baru bermusik, dan…jawabannya Pyotr llyich
Tchaikovsky, dia komposer hebat”
Yeah sangat
hebat bahkan mengingat nama orang tersebut lebih sulit dari menjawab ulangan
Sejarah.
“Dulu sekali,
sekitar tahun 1875 hingga 1876 skenarionya disusun oleh Vladimir Begichev dan Vasiliy
Geltser…”
“Apa gue perlu menghafal nama mereka?” aku bertanya dengan
kesal.
“Mungkin aku bisa memberimu ulangan tentang pengetahuan
balet” dia menjawab sekenanya. Oh…baiklah, aku adalah pihak yang harus
mengalah, kendali di tangan ratu Es dari Kutub Utara. “
“Kamu harus tau …ini bagian pentingnya, Swan Lake ini
terinspirasi dari dongeng klasik…ada yang mengatakan bahwa ini diangkat dari
legenda Jerman kuno, Der Geraubte Schteier tapi
ada juga yang mengatakan bahwa pertunjukan balet Swan Lake ini berasal dari cerita
rakyat Rusia…”
“Gue tau…Donald
Duck!” dan aku mendapat pelototan tajam.
“Jangan ngasal
deh, yang bener The White Duck…”
“Okay…whatever!” aku kesal “Yang penting
belakangnya sama-sama ada kata duck-nya
ribet amat”
“Huh…sekarang
kamu harus fokus nyetir dan fokus dengerin ceritaku…nggak pake protes!”
“Okay….” Seolah
aku punya pilihan lain
“Dahulu kala…berabad-abad
lamanya” Dongeng tidak aman untuk seseorang yang sedang berada di jalan raya. Tapi
masa depanku lebih tak aman bila aku membantahnya. “…ada seorang pria jahat
kurang kerjaan bernama Von Rothbart, dia menyihir gadis cantik nan baik hati
bernama Odette, mau tebak dia jadi apa…?” seakan ingin membangkitkan minatku.
“Bebek!” aku
menjawabnya asal saja, yang benar pastinya angsa, tapi sedikit membuatnya kesal
akan membuat posisi kita seimbang.
“Angsa…mereka
masih bersaudara…tapi angsa jauh lebih indah” penjelasan khas perempuan, indah
dan jelek, angsa indah dan bebek jelek, tapi…aku pernah makan daging bebek, dan
apakah ada yang menyajikan angsa panggang?
“Okay…angsa…lalu?”
“Odette dikutuk
menjadi angsa sepanjang hari dan hanya akan menjadi manusia di malam hari,
sungguh sebuah tragedy, Odette yang malang sungguh sangat menderita “ seolah
dia meresakan penderitaan si angsa jadi-jadian, tampang Copelia ikutan terlihat
merana “dan tebaklah bagaimana agar kutukan itu bisa terpatahkan?” dia kembali
menanyaiku
“Mungkin si
Odette perlu ke dokter hewan…atau dukun barangkali? Di Eropa dukun di sebut
apa?”
“Oh….sepanjang
hidupmu kamu tidak pernah mendengar dongeng?” dia bertanya dan memandangku
dengan tatapan mengasihani ketika secara spontan aku menggeleng-gelengkan
kepalaku. Apakah dongeng itu penting, aku lahir dan besar di asuh oleh televisi
yang menayangkan film perang, dimana senjata dan darah adalah bintang utamanya.
“Baiklah…jawabannya
cinta sejati…cinta sejati adalah penawar untuk segala sihir!” dia berseri-seri
saat mengatakan tentang kehebatan cinta, yah wanita memang selalu suka drama
“Boleh
bertanya?”
“Yah…silahkan?”
“Bagaimana
bisa cewek yang terkena kutukan akan ditemukan seorang cowok yang mau
mengungkapkan cinta? Dia adalah setengah angsa dan …maaf saja, cowok suka cewek
yang …lupakan!” aku tak ingin membuatnya tersinggung ketika aku harus
menjelek-jelekkan kaumnya.
“Yakin tak
ingin menyelesaikan pertanyaanmu?”
“Yeah pastinya”
“Baiklah…akan
kulanjutkan…ada seorang pangeran untuk seorang putri jelita, selalu begitu…”
“Lalu apa
kabar dengan cowok krempeng dan cowok gendut jerawatan?” aku bertanya lagi,
setidaknya itu mungkin membuatnya percaya aku antusias dengan obrolannya.
“Dalam dongeng
tidak ada hal yang jelek, kecuali, monster dan mereka yang berhati busuk….akan
kulanjutkan lagi… nama pangeran itu adalah Sigfried dan dia jatuh cinta pada Odette”
“Haruskah
namanya sesulit itu?”
“Itu nama yang
indah”
“Oh”
“Pangeran
Sigfried dianjurkan menikah oleh ibunya…dan tebaklah…Von Rothbart memanipulasi
keadaan, dia mengubah putrinya yang jelek…Odile menjadi terlihat seperti Odette
agar pangeran Siegfried menikahinya…”
“Kapan
ceritanya happy ending?”
“Huah kamu
memang menyebalkan!”
“Ayolah
Copelia…katakan segera, setelah si penyihir jahat mati, karena pangeran
membunuhnya dengan pedang perak, dan si pangeran menyatakan cinta lalu mencium
si putri, semuanya menjadi…happy ending ada pernikahan tujuh hari tujuh malam,
dan…aku harap akan ada perceraian karena …seharusnya kisahnya lebih mirip
realita, pernikahan itu menjemukan dan anggap saja bahwa kutukan angsa putih
itu tidak benar-benar bisa terlepas dari sang putri, karena sang pangeran itu
playboy, dan cinta untuk sang putri akan terbagi untuk korban sihir lainnya,
ayolah jumlah putri terkutuk banyak dan pangeran perkasa sangat terbatas, jadi….”
“Seharusnya
kamu tutup mulut dan berhenti merusak cerita indah”
“Dan seharusnya
kita turun mobil sekarang, dan satu lagi, setelah ceritamu aku berterima kasih
perjalanannya lancar dan yeah kamu melupakan kostum badutnya. “aku merasa menang,
tapi tidak dengan Copelia, bibirnya mengerucut, tapi yeah Copelia adalah
Copelia selalu jelita.
Aku membukakan
mobil untuknya dan…anak-anak panti asuhan berlarian menghampiri Copelia, memandang
takjub seakan dia adalah Odette dari dongeng Donald Duck..oh Swan Lake…dan
siapa tadi nama pangerannya? Kurasa Enzo, dan yeah itu benar.
Enzo sama Raken ganteng mana yak? hmmmm??? haha
BalasHapusngungkapiiiinnya gimana yaaaaaaaaaaaaaaaaak???gini aja kalo Raken seperti secangkir coklat hangat kalo Raken seperti manisnya Caramel :D
Hapus