Date a girl who reads

Date a girl who reads

Sabtu, 07 Januari 2012

Rahasia Gadis (6)



(Gadis)

Ketika keinginanku terkabulkan
Aku berharap, dulu aku tak pernah mengucapkan permintaan

          Untuk mendapatkan sesuatu kita harus kehilangan sesuatu. Entah mengapa kata-kata itu terdengar benar dalam otakku, dan sekarang hatiku dengan marahnya sedang menghakimiku. Okay! Seandainya bisa berteriak aku akan berteriak, tapi aku adalah seorang “Putri” dan seorang Putri tidak akan mempermalukan diri. Aku mengaku salah! Aku meminta sesuatu yang terlalu sulit untuk dipenuhi papaku, kebebasan! Okay aku mendapatkan kebebasan yang dideklarasikan dalam sebuah kartu mungil bertuliskan tulisan tangan cowok tak sopan yang baru saja kukenal, tapi aku kehilangan papaku. Dia berjanji menemuiku saat sarapan, tapi dia tak ada di sana! Dia marah, kecewa dan …mungkin seperti aku…oh tidak, Papaku tak mungkin ngambek, dia tidak kekanak-kanakan.

          Seharian ini dia tak menemuiku, tak salah jika kepanikanku bertambah parah kan? Tak ada di jam sarapan, makan siang tak bersamaku, pada saat makan malam pula, dan sekarang, di waktu yang seharusnya adalah favorite kita berdua, saat dia mengantarku ke dunia mimpi dengan dongeng-dongeng tentang para putri… oh Tuhan aku merasa bersalah dengan ungkapan kebencian yang aku teriakkan kemarin malam.
          “Papa…” aku memanggilnya dengan lirih, takkan ada sahutan sayangnya dari balik pintu kamarku. Seperti bocah lima tahun aku membiarkan diriku menangis di balik selimut. Aku ingat malam-malam di masa lalu, saat aku gadis kecilnya yang menyenangkan, bukan seperti sekarang, gadis remaja penuh tuntutan yang menyebalkan. Seandainya hatiku masih sepolos dulu.
          “Papa...” big girl don’t cry G!. Dasar bodoh, anak manja sepertiku menginginkan kehidupan nyata di luar sana? Aku bahkan begini menderita tanpa papa.
          Tak tahu harus melakukan apa, aku menatap sekilas pada seragam sekolah baruku, yang dikirimkan sore tadi oleh pihak sekolah, Sekarang ide tentang sekolah dan kehidupan nyata benar-benar menyiksa, membuatku bersalah, inikah yang harus kutukarkan dengan papaku? Sangat tak sebanding dan sekarang aku tahu aku sudah memilih, tak mungkin menolak…semoga ini hanya masalah waktu, dan papa segera kembali kepadaku.
          Sepanjang malam aku gelisah, inilah malam pertamaku tanpa papa, tanpa dongengnya dan pelukan sayangnya. Mataku memaksaku untuk terus terjaga. Tak tahu harus melakukan apa, aku hanya memain-mainkan lampu meja, mati, nyala, mati, nyala, mati, nyala, aku merasa seperti orang gila sekarang. Walaupn jujur bertemu orang gilapun aku belum pernah.
          Aku menginginkan dongeng malam ini, sebuah kisah indah yang bisa menghantarkanku pada mimpi, mungkin kisah indah seperti… Coppelia.
          Coppelia adalah sebuah boneka cantik jelita, ciptaan seorang genius tua bernama Dr. Coppelius. Mungkin seperti Geppetto yang menciptakan Pinokio atau juga seperti Dr, Frankeinstein yang menciptkan si Monster Frankeinsten. Coppelia yang jelita selalu duduk di atas balkon rumah Dr. Coppelius yang indah, seperti sedang membaca. Coppelia hanyalah boneka, tapi tak akan ada yang menyangka, pesonanya mengalahkan para wanita muda, seperti Swanilda yang marah geram padanya, karena Franz, tunangan Swanilda, jatuh cinta pada Coppelia…
          Kisah ini di dongengkan papaku berulang-ulang, aku selalu meginginkan akhir bahagia untuk Coppelia, alih-alih si menyebalkan Swanilda, tapi tentu saja, manusia lebih berharga dari boneka, tapi…kadang aku menganggap aku adalah sebuah boneka, boneka yang diciptakan papa, oh entahlah. Kantuk tak datang juga, kulirik jam meja di sisiku, pukul tiga pagi, aku tak pernah tidur sampai selarut ini.
          Aku bangun dan membuka jendela, hari masih gelap, dan kurasakan segarnya udara masuk seperti tangan lembut yang membelai wajah. Kututup lagi, ada ketakutan, seolah-olah aku melakukan sebuah kesalahan.
          Tak tahu harus melakukan apa, kuputar musik Leo Delibes-Coppelia Waltz, dan mulai menari, seakan akulah Coppelia, bagaimanapun aku hanyalah seorang Ballerina yang berakting sebagai Coppelia, walau sebagian dari kami sama, sama-sama sebuah boneka.

2 komentar:

  1. berasa jadi kayak balik ke dongeng2 lama neh

    *lanjutt lagiii tinggal dua chap lgi :)

    BalasHapus
  2. akan ada lagi dongeng2 lainnya lho yak :D hehehe

    BalasHapus