Date a girl who reads

Date a girl who reads

Kamis, 12 Januari 2012

You've Got a Friend




Kita pernah disana bersama-sama, tertawa-tawa tanpa sadar,menangisi kebodohan, menyesatkan diri lagi dan lagi
***


Kadang aku merindukan kalian seperti aku merindukan diriku yang hilang, aku memang sengaja menghilang. Menjadi pengecut memang pilihanku, meninggalkan kehidupan nyaman tanpa beban itu terasa menyakitkan,sungguh berat hati aku menahan diri agar tak kembali lagi. Anggap saja aku pecundang, tapi aku memang tak lagi bisa bersama kalian,bukan karena tak ingin tapi tak bisa.

Bagaimana kalian tertawa ketika kukatakan aku akan pergi? Tak terlupakan luka saat kalian memakiku karena aku sok suci.

Kita sama, pernah berdosa, akupun tak pernah menyangkal pernah menjadi bagian dari nista

***
“Hey. . . “ sapa Ayla lemah, aku memeluknya, tampangnya kuyuh, pucat, tanpa semangat. Tak seperti yang kukenal, dia adalah makhluk yang hampir tak mengenal luka dan derita, dia selalu bahagia baik secara alami maupun buatan dan kebanyakaan memang buatan. 

Lama terdiam kami hanya saling memandang tanpa kata-kata, seolah hati telah mengungkapkan segalanya

Tapi kali ini bibir tipisnya membentuk senyum saat kuperlihatkan si little Ruby yang terlihat lelap dalam pelukan baby sitter yang sengaja kubayar untuk merawatnya, yah dia memang putri kecil almarhum Ruby,sahabat kami tercinta, yang meninggal karena melahirkannya. Tak hanya wajah Jelita Ruby, si kecil malang inipun mewarisi bibit HIV-nya.

Segalanya semakin tak tertahankan, aku terus saja membiarkan air mataku bergulir. Menyesali segalanya, tangan kurus Ayla menggenggam tanganku untuk menguatkan tapi hanya menambah deras tangisku. Bagaimana bisa dia terlihat seperti Zombie, hanya berupa rangka, pucat, dengan banyak goresan luka siletan di lengan-lengannya, tak mendapatkan apa yang dibutuhkannya dia menghisap darahnya sendiri, berharap cairan merah itu meninggalkan rasa yang di carinya. Dia nyaris tak kukenali dibalik piyama biru tua, seragam pasien rehabilitasi.
***
Aku tak bisa memaafkan diriku karena melangkah sendiri, seharusnya aku sedikit memaksa agar mereka bisa ikut serta, tak tertinggal begini dalam suram dan sepi.

Terlalu terlambat untuk mengikuti peta ke jalan yang benar, tapi terima kasih untuk rasa indah di masa lalu, aku belajar dan berubah. 
***

Cermin di depanku tak lagi merefleksikan gadis ceria dengan rambut berhighlight menyala juga takt top dan mini skirt. Hanya aku yang sekarang yang lebih dewasa dan telah kembali kejalan yang seharusnya.

2 komentar: