Gambar: di sini
Kisah
ini berasal dari sebuah kota yang sebenarnya tidak terlalu indah. Kenapa tidak
terlalu indah? karena sedikit sekali rumput hijau di sana, dan langit jarang
berwarna biru dan udara segarnya sudah tercemar polusi. Orang-orangnya berisik,
selalu bicara ...tapi tidak bicara dengan manusia di sekelilingnya, mereka
bicara pada benda mati yang disebut telepon pintar. Aku kadang bertanya jika
teleponnya pintar apa mereka begitu bodohnya? Belum lagi suara klakson taxy yang ributnya minta ampun. Fiuh! Di
malam hari, kamu tidak bisa berdansa di bawah sinar bulan dan sulit sekali
menemukan bintang-bintang karena lampu-lampunya terlalu terang. Memang, kota
itu tidak terlalu indah tapi... . hmmm bagaimana jika kita sebut kota itu sebagai
kota yang bercahaya, karena banyak lampu-lampunya? Bukankah kita menyukai sinar
yang terang-benderang?
Di sudut kota itu terdapat sebuah toko
kue mungil berwarna cokelat dan pink yang cantik. Sayangnya, kamu tidak akan
mencium aroma lelehan Mentega. Tidak ada wangi Cokelat nikmat yang menenangkan,
kamu bahkan tidak akan melihat uap perak yang keluar dari oven dan menguarkan
aroma roti yang nikmat. Apakah toko kue itu dikutuk oleh ibu Peri? Apakah
ceritanya seperti ini; ketika ibu Peri berpura-pura menjadi nenek tua
kelaparan, si pemilik toko kue kejam bahkan tak memberinya sepotong roti dan
malah memaki-maki? Tidak...tidak...tidak...! si pemilik toko adalah seorang
wanita yang baik hati, dia malah sebaik ibu Peri.
Wanita pemilik toko kue itu bernama nyonya
Anna, dia adalah pembuat kue terbaik di kota itu. Dia membuat macam-macam roti,
cake, pie, muffin, semua yang lezat,
manis dan disukai anak-anak. Tidak hanya anak-anak sih, tapi orang dewasa juga
para orang tua. Nyonya Anna bahkan menjadi kaya raya dan memiliki banyak toko
kue. Toko kuenya tersebar di seluruh penjuru kota, bahkan sampai di benua
lainnya.
Tapi, di akhir masa hidupnya Nyonya
Anna bersedih, karena nyonya Anna tak memiliki seorang putri, untuk diwarisi
kerajaan toko kue yang sangat dia cintai. Nyonya Anna memang memiliki seorang
putra, namanya Dominic, dia pemuda yang baik tapi Dominic tidak berbakat
membuat kue. Jadi, nyonya Anna sengaja membangun lagi sebuah toko kue mungil jauh dari pusat kota. Toko mungil yang nyaris
tak terlihat karena berada di kawasan kumuh yang tidak menarik.Tapi, itu
rahasia kecil nyonya Anna, nyonya Anna punya rencana dengan toko kuenya. Kamu
tahu, cinta nyonya Anna untuk putra
semata wayangnya, membuat toko kue mungil itu memiliki keajaiban!
***
Di etalase toko kue itu terdapat tiga
buah replika cupcake yang cantik; yang pertama, Red Velvet cupcake dengan krim
keju lezat, yang kedua cupcake Mocca dengan krim Espresso yang enak dan yang
ketiga hanya cupcake Vanilla tanpa krim apapun di atasnya. Hanya cupcake sederhana
berformula 1,2,3.
Satu
cangkir susu, satu cangkir gula, satu cangkir mentega, satu sedok teh garam dan vanila. Dua cangkir terigu
dan dua butir telur, serta tiga sendok
teh baking powder. Pokoknya gampang, anak-anak juga bisa membuatnya. Si cupcake
vanilla sama sekali tidak istimewa. Maaf keliru, bukan tidak istimewa sama
sekali sih. Mereka sebenarnya, replika kue ajaib. Mereka hidup di dalam toko.
“Hey Vanilla, kau tahu aku ada di
urutan pertama sebagi cupcake favorite penduduk kota ini.” Si Red Velvet
menyombongkan diri. Si Vanilla tahu si Red Velvet memang agak tinggi hati.
“Jadi, kamu bangga? Huh... dasar Red
Velvet sombong! Okay, kamu boleh jadi
favorite semua orang....tapi kamu harus tahu bahwa cupcake Mocca-lah yang
paling laris. Semua orang membeliku!” si Mocca tak mau kalah.
“Membelimu? Para pria tua dan wanita
berjas dengan tampang serius dan berkacamata itu? Fiuuuuuh! Betapa
membosankannya! Mereka membelimu karena kafeinmu, sementara aku? aku selalu
berada di nampan-nampan pelayan di tengah pesta selebritas dunia. Aku dikagumi
karena kecantikanku, para pembeli mengantri demi mendapatkanku, dan aku....ada
di televisi, nyaris setiap hari!
“Rendah hatilah, Red Velvet!” Mocca
memperingati.
“Kau saja, Mocca!” jawabnya sombong
“Aku? Takkan pernah! Berdoalah agar mereka terus membelimu, agar kau tak
seperti si malang Vanilla! Donat Cokelat bahkan lebih laku dibanding dirinya!”
Si
Vanilla yang mendengar perkataan Red Velvet hanya tersenyum. Vanilla hafal
sifat kedua temannya, Red Velvet yang cantik dan sombong sementara Mocca si
kaku yang angkuh.
“Aku bangga dengan kalian berdua,
tapi...kadang aku bertanya-tanya. Kapan penantian kita berakhir. Aku ingin
sekali pintu itu terbuka, dan Dominic akan membawa gadisnya yang akan
menggantikan Nyonya Anna untuk membuat kue-kue enak.”
“Dan itu berarti hidupmu berakhir,
sayangku yang malang.” Ejek Red Velvet. “Aku tahu pada akhirnya, Dominic akan
membawa gadis yang secantik dan sepopuler aku.”
“Hey! Jaga perkataanmu Red Velvet,
Dominic pemuda cerdas, dia akan memilih gadis yang pintar. Cantik akan termakan
usia tapi kepintaran akan bertahan selamanya.” Seru Mocca dengan lantang.
“Aku percaya Dominic akan memilih
gadis yang memiliki hati sebaik dan selembut ibunya. Dan gadis itu....pandai
membuat kue. Dia akan memenuhi toko ini dengan banyak kue lezat....”
“Tapi sialnya, kau tidak termasuk
Vanilla sayang. ”Ejek Red Velvet dan Mocca kompak. “Siapa yang mau membuat kue
tidak enak seperti kamu.”
Vanilla tidak sakit hati, dia tahu itu
cuma cara kedua temannya untuk menyakiti. Vanilla tahu sekali bahwa dia sangat
istimewa karena dia adalah kue favorite nyonya Anna.
***
Seorang pemuda tampan memasuki toko
itu. Dialah Dominic. Serta merta semua benda yang berada di sana, langsung
berkilauan dan senyum cerah mengembang di wajah tiga replika kue ajaib itu.
Toko kue mungil itu selalu menunggu kedatangan Dominic.
“Akhirnya aku kemari, seandainya mama
ada di sini.” Si pemuda berbicara sendiri. Seandainya dia tahu bahwa ketiga kue
itu mendengarnya. “Aku teringat pesan mama, ketika aku menemukan gadis yang
membuatku jatuh cinta maka aku harus membawanya kemari. Mungkinkah mama akan
meminta gadisku untuk membuat kue?” Dominic bicara sendiri dan bertanya
sendiri, dia terlihat kebingungan.
“Ini
sulit, entahlah tapi aku memiliki tiga gadis, entah mana yang paling kucintai.
Bella, cantik dan terkenal. Pewaris hotel berbintang. Dia pemilik mahkota dari
kerajaan bisnis ayahnya yang kaya. Emma, temanku sejak masa kanak-kanak. Dia
terpelajar dan sopan. Dia memiliki gelar putri dari kontes kecantikan. Dan ada
Jade, gadis bermahkota kertas, hadiah dari anak-anak yang menyayanginya. Aku
bertemu dengan Jade di rumah sakit tempatku pernah menjadi relawan. Dia gadis
sederhana yang jelita. Dia juga seorang relawan dan dia pernah berkeliling
banyak negara untuk membantu anak-anak cacat dan mereka yang kelaparan.”
“Aku
kesulitan untuk memilih, dan seandainya mama masih ada tentu mama tahu gadis
mana yang tepat bagiku.” Dominic terlihat putus asa.
Seketika
ruangan berpendar dan cahaya di sekitar berbinar. Tiba-tiba keajaiban terjadi,
tercium aroma cupcake yang baru keluar dari oven, cream melayang diudara dan langsung menghiasi atasan cupcake, lalu
tiga kotak merah mulai terisi dengan cupcake-cupcake cantik. Ketiga kotak itu
tertutup dan pena ajaib bertinta emas menuliskan nama ketiga gadis di atas
kotak berbeda. Nama Bella di kotak berisi selusin Red Velvet, nama Emma di
kotak berisi selusin Cupcake Mocca, dan nama Jade di kotak berisi selusin
Cupcake Vanilla.
Dominic
masih terheran-heran sampai dia
menyadari bahwa keajaiban itu adalah cara ibunya untuk membantunya memilihkan
gadis yang tepat. Dengan cepat dia mengambil ketiga kotak itu dan membawanya
pada ketiga gadis tersebut. Dia mendatangi Bella dan menyerahkan kotak kuenya,
tahu apa yang dikatakan Bella?
“Red
Velvet, oh dia sangat cantik. Tapi maaf sayang, aku tidak makan yang
manis-manis. Gula tidak baik untuk kecantikanku.” Bahkan tanpa mencicipi
sepotongpun Bella langsung menolak kuenya. Tak mau mengambil pusing dengan
segera Dominic menemui Emma.
“Wah
Cupcake Mocca, sangat menggoda dan terlihat enak, tapi maaf sayang. Kue seperti
ini tak baik untuk kesehatanku dan bisa merusak gigiku.” Emma bahkan tak
menyentuhnya. Dengan langkah berat Dominic meninggalkan Emma dan Dominic seakan
kehilangan keyakinan, bahkan ketika menemui Jade. Jade, akan sama seperti dua
gadis sebelumnya. Dan Cupcake Vanilla untuknya bahkan tidak istimewa.
Jadi,
dengan cepat Dominic menyembunyikan kotak kue tersebut sebelum Jade melihatnya.
Sial, Jade mengetahuinya.
“Kau
punya kejutan untukku?” dengan lembut Jade berkata.
“Sebenarnya...ini...hanya
kue dan sepertinya kau tidak akan menyukainya.” Dominic ragu-ragu.
“Bolehkah
aku melihatnya?” pinta Jade manja dan Dominic pun menyerah.
Senyum
mengembang di wajahnya dan dia berterima kasih pada Dominic. “Kejutan yang
hebat, terima kasih sayang.” Jade memberi ciuman kecil di pipi Dominic. “Kue
ini terlalu banyak untukku sendiri, bagaimana jika kue ini kita bagi-bagi?”
dengan penuh semangat Jade menarik tangan Dominic dan membawa Dominic berjalan
beberapa blok dari rumahnya dan masuk ke sebuah perumahan kumuh yang ternyata
dekat dengan toko kue mamanya, dan setelah berjalan cukup lama pada akhirnya
mereka berhenti di sebuah lapangan bermain.
Jade
menyapa anak-anak dan mereka menyambutnya dengan suka cita, mereka terlihat
sudah saling mengenal sejak lama. Mereka bermain, berlari, bernyanyi dan
menari. Mereka bersenang-senang. Kebahagiaan mereka seolah beterbangan di
udara.
Di
akhir waktu bermain Jade memanggil anak-anak itu dan membagi-bagikan itu
cupcake Vanilla itu ke masing-masing anak. Anak-anak tersebut berbahagia dengan
kemurahan hati Jade dan mereka sangat berterima kasih. Jade serta Dominic
bersyukur akan hal itu. Mereka percaya kebahagiaan itu jadi sangat berarti
ketika dibagi.
Dan
sekarang Dominic menemukan jawabannya. Jade-lah gadis yang tepat untuknya. Dan
diakhir hari itu, ketika Dominic mengantarkan Jade pulang. Dominic dan Jade
menemukan sebuah keajaiban. Cupcake Vanilla itu masih tersisa sebuah. Jade bersikeras
agar cupcake itu mereka bagi berdua. Dan
tebaklah apa yang mereka temukan ketika cupcake itu terbelah? Sebuah cincin!
cincin milik ibu Dominic. Dominic tahu apa yang harus dia lakukan. Melamar
Jade! Tak diragukan lagi, setelah Jade menerima lamarannya. Pada akhirnya
mereka menikah dan bahagia selama-lamanya.
Apakah
kisahnya hanya berakhir sampai di sini? Tentu tidak! Karena setelah Dominic dan
Jade menikah, keajaiban di toko kue kecil itu hilang sudah. Walau ketiga
replika cupcake itu tak lagi hidup, tapi di toko kue mungil itu selalu tercium
aroma nikmat cupcake yang baru keluar dari oven. Tak hanya Vanilla, tapi juga
Mocca dan Red Velvet. Semua kue di toko itu diberikan gratis untuk semua anak-anak
dari perumahan kumuh yang mampir ke sana
setelah pulang sekolah. Dan di setiap penghujung hari. Di dapur toko kue mungil
itu, dari jendela yang berkaca warna-warni. Bayangan Dominic dan Jade terlihat.
Mereka sedang menikmati cupcake Vanilla dengan secangkir teh sambil berbagi
tawa dan bahagia.
:::The End:::
Tidak ada komentar:
Posting Komentar