Date a girl who reads

Date a girl who reads

Rabu, 27 November 2013

Dongeng: Dominic dan Toko Kue Ajaib

Gambar: di sini




Kisah ini berasal dari sebuah kota yang sebenarnya tidak terlalu indah. Kenapa tidak terlalu indah? karena sedikit sekali rumput hijau di sana, dan langit jarang berwarna biru dan udara segarnya sudah tercemar polusi. Orang-orangnya berisik, selalu bicara ...tapi tidak bicara dengan manusia di sekelilingnya, mereka bicara pada benda mati yang disebut telepon pintar. Aku kadang bertanya jika teleponnya pintar apa mereka begitu bodohnya? Belum lagi suara klakson taxy yang ributnya minta ampun. Fiuh! Di malam hari, kamu tidak bisa berdansa di bawah sinar bulan dan sulit sekali menemukan bintang-bintang karena lampu-lampunya terlalu terang. Memang, kota itu tidak terlalu indah tapi... . hmmm bagaimana jika kita sebut kota itu sebagai kota yang bercahaya, karena banyak lampu-lampunya? Bukankah kita menyukai sinar yang terang-benderang?
          Di sudut kota itu terdapat sebuah toko kue mungil berwarna cokelat dan pink yang cantik. Sayangnya, kamu tidak akan mencium aroma lelehan Mentega. Tidak ada wangi Cokelat nikmat yang menenangkan, kamu bahkan tidak akan melihat uap perak yang keluar dari oven dan menguarkan aroma roti yang nikmat. Apakah toko kue itu dikutuk oleh ibu Peri? Apakah ceritanya seperti ini; ketika ibu Peri berpura-pura menjadi nenek tua kelaparan, si pemilik toko kue kejam bahkan tak memberinya sepotong roti dan malah memaki-maki? Tidak...tidak...tidak...! si pemilik toko adalah seorang wanita yang baik hati, dia malah sebaik ibu Peri.

          Wanita pemilik toko kue itu bernama nyonya Anna, dia adalah pembuat kue terbaik di kota itu. Dia membuat macam-macam roti, cake, pie, muffin, semua yang lezat, manis dan disukai anak-anak. Tidak hanya anak-anak sih, tapi orang dewasa juga para orang tua. Nyonya Anna bahkan menjadi kaya raya dan memiliki banyak toko kue. Toko kuenya tersebar di seluruh penjuru kota, bahkan sampai di benua lainnya.
          Tapi, di akhir masa hidupnya Nyonya Anna bersedih, karena nyonya Anna tak memiliki seorang putri, untuk diwarisi kerajaan toko kue yang sangat dia cintai. Nyonya Anna memang memiliki seorang putra, namanya Dominic, dia pemuda yang baik tapi Dominic tidak berbakat membuat kue. Jadi, nyonya Anna sengaja membangun lagi sebuah toko kue mungil  jauh dari pusat kota. Toko mungil yang nyaris tak terlihat karena berada di kawasan kumuh yang tidak menarik.Tapi, itu rahasia kecil nyonya Anna, nyonya Anna punya rencana dengan toko kuenya. Kamu tahu,  cinta nyonya Anna untuk putra semata wayangnya, membuat toko kue mungil itu memiliki keajaiban!
***
          Di etalase toko kue itu terdapat tiga buah replika cupcake yang cantik; yang pertama, Red Velvet cupcake dengan krim keju lezat, yang kedua cupcake Mocca dengan krim Espresso yang enak dan yang ketiga hanya cupcake Vanilla tanpa krim apapun di atasnya. Hanya cupcake sederhana berformula 1,2,3. 
Satu cangkir susu, satu cangkir gula, satu cangkir mentega, satu  sedok teh garam dan vanila. Dua cangkir terigu dan dua  butir telur, serta tiga sendok teh baking powder. Pokoknya gampang, anak-anak juga bisa membuatnya. Si cupcake vanilla sama sekali tidak istimewa. Maaf keliru, bukan tidak istimewa sama sekali sih. Mereka sebenarnya, replika kue ajaib. Mereka hidup di dalam toko.
          “Hey Vanilla, kau tahu aku ada di urutan pertama sebagi cupcake favorite penduduk kota ini.” Si Red Velvet menyombongkan diri. Si Vanilla tahu si Red Velvet memang agak tinggi hati.
          “Jadi, kamu bangga? Huh... dasar Red Velvet sombong! Okay, kamu boleh jadi favorite semua orang....tapi kamu harus tahu bahwa cupcake Mocca-lah yang paling laris. Semua orang membeliku!” si Mocca tak mau kalah.
          “Membelimu? Para pria tua dan wanita berjas dengan tampang serius dan berkacamata itu? Fiuuuuuh! Betapa membosankannya! Mereka membelimu karena kafeinmu, sementara aku? aku selalu berada di nampan-nampan pelayan di tengah pesta selebritas dunia. Aku dikagumi karena kecantikanku, para pembeli mengantri demi mendapatkanku, dan aku....ada di televisi, nyaris setiap hari!
          “Rendah hatilah, Red Velvet!” Mocca memperingati.
          “Kau saja, Mocca!” jawabnya sombong “Aku? Takkan pernah! Berdoalah agar mereka terus membelimu, agar kau tak seperti si malang Vanilla! Donat Cokelat bahkan lebih laku dibanding dirinya!”
Si Vanilla yang mendengar perkataan Red Velvet hanya tersenyum. Vanilla hafal sifat kedua temannya, Red Velvet yang cantik dan sombong sementara Mocca si kaku yang angkuh.
          “Aku bangga dengan kalian berdua, tapi...kadang aku bertanya-tanya. Kapan penantian kita berakhir. Aku ingin sekali pintu itu terbuka, dan Dominic akan membawa gadisnya yang akan menggantikan Nyonya Anna untuk membuat kue-kue enak.”
          “Dan itu berarti hidupmu berakhir, sayangku yang malang.” Ejek Red Velvet. “Aku tahu pada akhirnya, Dominic akan membawa gadis yang secantik dan sepopuler aku.”
          “Hey! Jaga perkataanmu Red Velvet, Dominic pemuda cerdas, dia akan memilih gadis yang pintar. Cantik akan termakan usia tapi kepintaran akan bertahan selamanya.” Seru Mocca dengan lantang.
          “Aku percaya Dominic akan memilih gadis yang memiliki hati sebaik dan selembut ibunya. Dan gadis itu....pandai membuat kue. Dia akan memenuhi toko ini dengan banyak kue lezat....”
          “Tapi sialnya, kau tidak termasuk Vanilla sayang. ”Ejek Red Velvet dan Mocca kompak. “Siapa yang mau membuat kue tidak enak seperti kamu.”
          Vanilla tidak sakit hati, dia tahu itu cuma cara kedua temannya untuk menyakiti. Vanilla tahu sekali bahwa dia sangat istimewa karena dia adalah kue favorite nyonya Anna.
***
          Seorang pemuda tampan memasuki toko itu. Dialah Dominic. Serta merta semua benda yang berada di sana, langsung berkilauan dan senyum cerah mengembang di wajah tiga replika kue ajaib itu. Toko kue mungil itu selalu menunggu kedatangan Dominic.
          “Akhirnya aku kemari, seandainya mama ada di sini.” Si pemuda berbicara sendiri. Seandainya dia tahu bahwa ketiga kue itu mendengarnya. “Aku teringat pesan mama, ketika aku menemukan gadis yang membuatku jatuh cinta maka aku harus membawanya kemari. Mungkinkah mama akan meminta gadisku untuk membuat kue?” Dominic bicara sendiri dan bertanya sendiri, dia terlihat kebingungan.
“Ini sulit, entahlah tapi aku memiliki tiga gadis, entah mana yang paling kucintai. Bella, cantik dan terkenal. Pewaris hotel berbintang. Dia pemilik mahkota dari kerajaan bisnis ayahnya yang kaya. Emma, temanku sejak masa kanak-kanak. Dia terpelajar dan sopan. Dia memiliki gelar putri dari kontes kecantikan. Dan ada Jade, gadis bermahkota kertas, hadiah dari anak-anak yang menyayanginya. Aku bertemu dengan Jade di rumah sakit tempatku pernah menjadi relawan. Dia gadis sederhana yang jelita. Dia juga seorang relawan dan dia pernah berkeliling banyak negara untuk membantu anak-anak cacat dan mereka yang kelaparan.”
“Aku kesulitan untuk memilih, dan seandainya mama masih ada tentu mama tahu gadis mana yang tepat bagiku.” Dominic terlihat putus asa.
Seketika ruangan berpendar dan cahaya di sekitar berbinar. Tiba-tiba keajaiban terjadi, tercium aroma cupcake yang baru keluar dari oven, cream melayang diudara dan langsung menghiasi atasan cupcake, lalu tiga kotak merah mulai terisi dengan cupcake-cupcake cantik. Ketiga kotak itu tertutup dan pena ajaib bertinta emas menuliskan nama ketiga gadis di atas kotak berbeda. Nama Bella di kotak berisi selusin Red Velvet, nama Emma di kotak berisi selusin Cupcake Mocca, dan nama Jade di kotak berisi selusin Cupcake Vanilla.
Dominic masih terheran-heran  sampai dia menyadari bahwa keajaiban itu adalah cara ibunya untuk membantunya memilihkan gadis yang tepat. Dengan cepat dia mengambil ketiga kotak itu dan membawanya pada ketiga gadis tersebut. Dia mendatangi Bella dan menyerahkan kotak kuenya, tahu apa yang dikatakan Bella?
“Red Velvet, oh dia sangat cantik. Tapi maaf sayang, aku tidak makan yang manis-manis. Gula tidak baik untuk kecantikanku.” Bahkan tanpa mencicipi sepotongpun Bella langsung menolak kuenya. Tak mau mengambil pusing dengan segera Dominic menemui Emma.
“Wah Cupcake Mocca, sangat menggoda dan terlihat enak, tapi maaf sayang. Kue seperti ini tak baik untuk kesehatanku dan bisa merusak gigiku.” Emma bahkan tak menyentuhnya. Dengan langkah berat Dominic meninggalkan Emma dan Dominic seakan kehilangan keyakinan, bahkan ketika menemui Jade. Jade, akan sama seperti dua gadis sebelumnya. Dan Cupcake Vanilla untuknya bahkan tidak istimewa.
Jadi, dengan cepat Dominic menyembunyikan kotak kue tersebut sebelum Jade melihatnya. Sial, Jade mengetahuinya.
“Kau punya kejutan untukku?” dengan lembut Jade berkata.
“Sebenarnya...ini...hanya kue dan sepertinya kau tidak akan menyukainya.” Dominic ragu-ragu.
“Bolehkah aku melihatnya?” pinta Jade manja dan Dominic pun menyerah.
Senyum mengembang di wajahnya dan dia berterima kasih pada Dominic. “Kejutan yang hebat, terima kasih sayang.” Jade memberi ciuman kecil di pipi Dominic. “Kue ini terlalu banyak untukku sendiri, bagaimana jika kue ini kita bagi-bagi?” dengan penuh semangat Jade menarik tangan Dominic dan membawa Dominic berjalan beberapa blok dari rumahnya dan masuk ke sebuah perumahan kumuh yang ternyata dekat dengan toko kue mamanya, dan setelah berjalan cukup lama pada akhirnya mereka berhenti di sebuah lapangan bermain.
Jade menyapa anak-anak dan mereka menyambutnya dengan suka cita, mereka terlihat sudah saling mengenal sejak lama. Mereka bermain, berlari, bernyanyi dan menari. Mereka bersenang-senang. Kebahagiaan mereka seolah beterbangan di udara.
Di akhir waktu bermain Jade memanggil anak-anak itu dan membagi-bagikan itu cupcake Vanilla itu ke masing-masing anak. Anak-anak tersebut berbahagia dengan kemurahan hati Jade dan mereka sangat berterima kasih. Jade serta Dominic bersyukur akan hal itu. Mereka percaya kebahagiaan itu jadi sangat berarti ketika dibagi.
Dan sekarang Dominic menemukan jawabannya. Jade-lah gadis yang tepat untuknya. Dan diakhir hari itu, ketika Dominic mengantarkan Jade pulang. Dominic dan Jade menemukan sebuah keajaiban. Cupcake Vanilla itu masih tersisa sebuah. Jade bersikeras agar cupcake itu mereka bagi berdua.  Dan tebaklah apa yang mereka temukan ketika cupcake itu terbelah? Sebuah cincin! cincin milik ibu Dominic. Dominic tahu apa yang harus dia lakukan. Melamar Jade! Tak diragukan lagi, setelah Jade menerima lamarannya. Pada akhirnya mereka menikah dan bahagia selama-lamanya.
Apakah kisahnya hanya berakhir sampai di sini? Tentu tidak! Karena setelah Dominic dan Jade menikah, keajaiban di toko kue kecil itu hilang sudah. Walau ketiga replika cupcake itu tak lagi hidup, tapi di toko kue mungil itu selalu tercium aroma nikmat cupcake yang baru keluar dari oven. Tak hanya Vanilla, tapi juga Mocca dan Red Velvet. Semua kue di toko itu diberikan gratis untuk semua anak-anak  dari perumahan kumuh yang mampir ke sana setelah pulang sekolah. Dan di setiap penghujung hari. Di dapur toko kue mungil itu, dari jendela yang berkaca warna-warni. Bayangan Dominic dan Jade terlihat. Mereka sedang menikmati cupcake Vanilla dengan secangkir teh sambil berbagi tawa dan bahagia.


:::The End:::


Tidak ada komentar:

Posting Komentar