Date a girl who reads

Date a girl who reads

Selasa, 04 November 2014

Resensi : Into The Wild- Kisah Tragis Sang Petualang Muda





Judul Asli        : Into the Wild
Jenis Buku       : Non Fiksi
Penulis             : Jon Krakauer
Penerjemah      : Lala Herawati Dharma
Penyunting      : Maria M Lubis
Penerbit           : Qanita (Mizan)
Tahun terbit     : 2005
ISBN               :  9793269308
Karakter          : Christopher McCandless
Lokasi             : Alaska (United States), Mexico, Virginia (United States) ,The Slabs, Mojave Desert, California.

Apa yang ada dalam benak seorang pemuda cerdas, sarjana berpredikat cum laude, ketika dia meninggalkan kehidupannya, keluarga yang mencintainya, dan mengasingkan diri ke alam liar? Mengapa dia menanggalkan kenyamanan peradaban dan semua atribut duniawi, dengan menyumbangkan semua tabungannya, membakar sisa uang tunai yang dia miliki, serta meninggalkan mobil kesayangannya di tengah hutan begitu saja?
Christopher McCandless menjelma menjadi Alexander si Petualang Super -- menggantungkan hidup pada alam sepenuhnya, mengabaikan risiko apa pun, dan mencoba bertahan di tengah kebekuan dan kesunyian Alaska, The Last Frontier, dataran kejam yang tak kenal belas kasihan. Akankah petualangan ini membawa dia pada makna kehidupan? Ataukah ini hanya kegialaan kompleks seorang pemuda yang nyentrik yang haus sensasi?
Di dalam Into the Wild: Kisah Tragis sang Petualang Muda, Jon Krakauer mengajak kita menguak misteri pengasingan diri Alexander si Petualang Super dan menyelamai gairah manusia saat bersinggungan dengan bahaya dan maut.
Buku wajib bagi para petualang alam dan pemilik jiwa yang resah.



            Saya harus membuka resensi ini dengan kutipan dari Mark Twain, Berhati-hatilah membaca buku kesehatan, kamu bisa mati karena kesalahan cetak. Agaknya, inilah yang menjadi kesalahan kecil bodoh jika kita berpikir sebagai manusia yang tak menyangka  bahwa inilah yang menjadi akhir tragis dari kehidupan si petualang super. Alex atau nama aslinya adalah Christopher McCandless. Karena ‘keliru’ membaca buku botani, Alex keracunan kacang manis liar yang dipikirnya tanaman kentang liar. Akibat kelaparan di kejamnya pedalaman Alaska, tempat yang dipilihnya setelah dia memutuskan untuk meninggalkan kehidupan pribadi dan keluarganya. Sepertinya ‘kesalahan membaca buku’ juga yang mempengaruhi keputusan Alex sebelum akhirnya menuju ke alam liar.
Pemikiran tokoh-tokoh semacam Mark Twain, Leo Tolstoy, Jack London, Anthonny Storr, Henry David Thorreau dan sebagainya adalah pembentuk pribadi McCandless. Secara tidak langsung panutannya adalah mereka yang bertanggung jawab atas petualangan McCandless yang berujung pada kematian. London misalnya, penulis yang bagi McCandless adalah bagai pahlawan, yang sialnya mati bukan sebagai pahlawan namun sebagai pemabuk depresi sementara pemikiran bijaksana Tolstoy agaknya dilupakan McCandless sebagai fiksi yang tak nyata.
Selain alasan bersifat pribadi dengan orang tuanya dan juga pemerintah yang dinilai Alex memuakan. Memang agak logis untuk menelusuri apa saja yang menjadikan seorang jenius semacam Alex mau menyerahkan nyawanya pada kejamnya belantara. Ataukah karena prinsip hidupnya yang menyukai tantangan dan alam liar adalah tantangan yang dipikirnya bisa dihadapi atau juga karena hanya ingin bersikap entah apatis atau itulah ketenangan karena Alex pernah berkata tentang “Aku tidak ingin tahu jam berapa sekarang. Aku tidak ingin tahu hari apa sekarang atau di mana aku saat ini. Semua itu sama sekali tak berarti.” Namun pada akhirnya Alex mendapat pelajaran dalam kesunyian yang dicari. Seperti kutipannya yang fenomenal: KEBAHAGIAAN HANYA AKAN NYATA APABILA DIBAGI. Tak perlu jadi jenius untuk memahami bahwa kalimat itu adalah penyesalan Alex karena meninggalkan orang-orang tersayang dan juga peradaban.
Kisah Alex sendiri sungguh luar biasa. Saya kagum dan bersimpati untuknya. Namun, tulisan Krakauer sedikit membuat saya kecewa. Sebuah buku yang memiliki cita rasa keterpaksaan, karena memang asal-usul buku ini adalah perpanjangan dari artikel sembilan ribu kata dalam majalah Outside yang mendapat begitu banyak tanggapan beberapa saat setelah kematian McCandless. Komersialisasi akan sebuah kisah walau jelas memberi pesan tertertu kepada pembaca, maka akan mentahnya isi begitu tahu bahwa kisah Alex si Petualang Super yang Menyedihkan harus bercampur baur dengan petualangan pribadi si penulis dan beberapa orang lain yang harusnya ceritanya berdiri sendiri atau lebih bijaksana bila berganti judul, misal Akhir Petualang Tragis si Petualang dan Kisah-Kisah Tragis Lainnya, walau jelas judul Into The Wild sendiri telah mewakili isi kisah, namun fatalnya bahwa pada blurb yang berada di sampul belakang hanya bercerita tentang Alex, namun isi Alex dan bermacam petualangan lainnya.
Pada dasarnya saya mencintai cara menulis Krakauer, narasinya mengalir dan penuh sensasi walau jelas dituliskan sangat hati-hati mengingat betapa sedihnya kisah ini. Pencitraan Alex sebagai pemuda yang mungkin bisa dikatakan sangat naïf namun terlalu idealis sama sekali tak nampak, dia begitu terkesan sebagai pahlawan walau mati kelaparan karena kesalahan makan. Betapa menyedihkan tahun 1993 anak keluarga kulit putih berkecukupan harus meninggal di tengan kedinginan akibat kelaparan hingga salah makan tanaman liar. Kalimat  saya itu mengandung sebuah ejekan, namun fakta itu tertulis indah dan memiliki kekuatan heroik di tangan Krakauer. Saya sendiri menganggap Alex McCandless sebagai pahlawan, dan mulai jatuh cinta untuk masuk ke alam liar (walau tak seekstrem Alex) setelah membaca kisahnya.
Bagian terbaik dari sebuah buku adalah nilai yang dipetik, bagi saya buku ini telah menyampaikan pesan dari sosok Christopher McCandless ini yang inspiratif. Di tengah kekalutannya, dia memilih alam sebagai pelariannya sambil tenggelam bersama pemikiran para penulis besar. Setidaknya walau berakhir tragis pilihan McCandless lebih bisa ditoleransi dibanding pemuda yang mati bunuh diri karena putus asa, membunuh perlahan dirinya dengan narkoba, melakukan tindakan anarkis untuk melawan pemerintah dan orang tua. Masuk hutan liar dan kelaparan lebih baik dibanding anti kemapanan para penganut aliran Punk. Sayang, McCandless harus meninggal di usia begitu muda, seandainya alam menyelamatkannya dan membuatnya kembali pada peradaban mungkin memang tidak ada si Petualang Super, namun sebuah kadang pelajaran datang di saat yang sangat terlambat. Pelajaran terbaik dari McCandless adalah bahwa seorang manusia hanya boleh membawa apa yang bisa menampung di otak, hati, dan punggungnya. Setidaknya hal tersebut memberitahu bahwa gaya hidup remaja matrealisme dan hedonisme bukan pilihan bijak. Dan juga masuk ke alam liar tanpa persiapan juga tak bisa dibenarkan.
Mengomentari fisik buku, saya tidak setuju dengan sampul versi Qanita, saya telah membandingkan dengan berbagai sampul buku ini. Kesukaan saya jatuh pada sampul bergambar McCandless di bus tua tempat dia tinggal, beberapa hari sebelum kematiannya. Siapapun yang melihat, karena saya percaya bahwa gambar memiliki sejuta kata untuk berbicara. Pasti menangkap aura kebahagiaan yang menyedihkan di wajah McCandless, foto itu adalah di hari-hari terakhir sebelum kematiannya. Dia kurus, kelaparan, namun bahagia dengan apa yang telah dilakukan. Seorang seperti McCandless adalah dia yang memiliki harga diri yang tinggi. Kekuatan itulah yang menurut saya lebih pas dibanding sampul bergambar pemuda di dataran bersalju yang seolah marah pada jagad raya.
Untuk masalah penulisan, berhubung ini buku terjemahan saya berterima kasih karena Qanita tidak hanya melibatkan penerjemah namun juga editor, karena kesalahan dari banyak buku terjemahan adalah kadang akanhasilnya  terasa kaku bila tanpa didampingi editor karena kadang ada penerjemah yang tidak bisa juga berperan sebagai editor.
Pada akhirnya saya menutup resensi ini dengan kutipan kesayangan McCandless dari buku Family Happiness milik Leo Tolstoy. Aku ingin pergerakkan dinamis, bukan kehidupan yang tenang, bahaya dan kesempatan untuk mengorbankan diri bagi orang yang kucintai. Aku merasakan di dalam diriku tumpukan energi sangat besar tidak menemukan penyaluran di dalam kehidupan kita yang tenang. Semoga kita menjalani petualang yang membawa kita pada pelajaran tentang kehidupan di saat kita masih bernafas. Terima kasih McCandless kau begitu menginspirasi.



5 komentar:

  1. punnya bukunya gan? dijual ngga?

    BalasHapus
  2. Saya sangat kagum dengan tegad dan keberanian sang petualang super.. terima kasih sudah berbagi resensi dan blog ini

    BalasHapus
  3. Christopher pahlawan bagi kehidupan yg hrs diubah sosok pemimpin bahkan seorang tokoh rohaniawan yg menghalakan rohaniawan sesungguhnya

    BalasHapus
  4. Saya cari buku ini sudah jarang banget ditemui kira kira dimana ya yang jual lagi?

    BalasHapus
  5. Sepertinya kita tidak perlu menjatuhkan satu ideologi untuk mengagumi ideologi yg lainnya, setiap individu semestinya memiliki hak untuk memilih ideologi ug menurutnya sesuai hati nurani nya, selama itu tidak menganggu individu lainnya.

    BalasHapus