Date a girl who reads

Date a girl who reads

Kamis, 19 Februari 2015

[Review] Forest Gump: Kamu Tak Terlalu Idiot Selagi Kamu Menyadari Bahwa Kamu Idiot



Judul Buku                              : Forrest Gump
Jenis Buku                               : Fiksi
Penulis                                    : Winston Groom
Alih Bahasa                             : Hendarto Setiadi
Penerbit                                   : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan                                   : I Oktober 1994
Tebal                                       : 302 halaman
ISBN                                       : 979-605-103-6


            "Pokoknya nggak enak deh jadi idiot," tapi, "Paling nggak aku bisa bilang hidupku nggak ngebosenin." Begitulah kata Forrest Gump, tokoh novel yang lucu ini. Ketika tim football University of Alabama menarik Forrest dan menjadikannya bintang, itu baru permulaannya. Keluar dari tim football, ia terjun ke Perang Vietnam dan menjadi Pahlawan, lalu menjadi atlet pingpong kelas dunia, pegulat, dan konglomerat. Ia bertemu dengan Lyndon Johnson dan Richard Nixon, juga mengalami pasang surutnya cinta sejati. Dan akhir kisahnya… benar-benar tak terduga.
***
            Ketika orang normal menyerukan "betapa membosankannya menjadi normal," kupikir itu sangat sombong dan ketika seorang idiot berperilaku lebih dari orang normal tapi tak melupakan betapa idiotnya dia, kupikir itulah yang coba dibicarakan Groom dari novel satir sosialnya yang menjadikan tokoh Forrest Gump menjadi fenomenal, dia menginspirasi juga membuat iri.
            Ditulis dari sudut pandang Forrest yang ber-IQ sekitar 70 membuat pembaca merasa menjadi dirinya, berpikir dengan cara, berbicara sebagaimana dia yang biasa. Dituturkan secara lucu dan kocak, tak masuk akal tapi jelas kita mencoba untuk mempercayai episode-episode ajaib penuh keberuntungan yang dialami Forrest. Baiklah, mari menjadi idiot dan jalani saja proses hidup, tanpa protes. Semacam Forrest. Forrest hanya menjalani hidupnya dan lihatlah apa saja yang telah dialaminya. Pengalaman hidupnya sangat kaya, lebih dari yang mampu diharapkan orang normal manapun. Ini membuat saya mengingat kutipan entah dari siapa yang berbunyi "Lakukan dengan antusias walaupun kamu melakukan hal yang konyol." Pesan Forrest yang saya tangkap dari sini adalah; fokus, antusias dan totalitas.

            Buku ini memiliki kekuatan untuk membuat pembaca tertawa, tapi bukan dengan cara murahan, leluconnya sangat cerdas dan berkelas. Misal ketika Forrest menyahuti Curtis si pemarah "Katanya kau idiot, dari mana kau dapat ide kayak begitu?" dan si Forrest bilang saja, "Aku memang idiot tapi aku nggak dungu." Ini membuktikan satu hal, bahwa apa lagi yang lebih sial dari memiliki otak normal tapi tak mau repot-repot menggunakannya? Bagaimana olok-olokan soal propaganda politik lewat media massa pasca pertandingan pingpong dunia yang Forrest lakukan. Dan, tentu saja, we got to pee alias "aku kebelet" menjadi slogan saat Forrest dicalonkan menjadi senator, itu terdengar memalukan tapi siapa yang peduli pada artinya lagi ketika semua orang lebih menganggap kata-kata itu sebagai sebuah simbol. Semacam siapa yang peduli jika seseorang idiot, jika dia terlihat 'merakyat' bahkan tanpa perlu pengetahuan politik dia bisa saja terjun menjadi politikus, itu bisa disulap. Untungnya karier politik Forrest tak berkembang sebelum itu menghancurkannya, sehancur hatinya akibat Jenny Curran cinta sejatinya.
             Pada awalnya buku ini akan terasa membosankan karena penulisannya yang berantakan, penggunakan kata yang seenaknya tapi tentu saja itu bisa dimaafkan karena toh sedari awal Forrest mengaku idiot, dia mengatakan soal pikir memikir dia cukup hebat tapi menulis soal yang dipikirnya, urusannya menjadi kacau. Itu menurut saya adalah salah satu kehebatan Groom, dan bisa nih jadi cara ngeles dari editor soal teknik menulis yang payah, ya tentu saja dengan catatan bahwa tokohnya adalah idiot.
            Kisah ini bagus dalam ukuran yang pas, dan walau pertama kali menonton filmnya baru kemudian membaca bukunya kupikir buku dan filmnya tak boleh dibandingkan keduanya bagus dengan versinya masing-masing. Dan saya ingin mengabaikan hal lain karena sebagai pembaca saya menghargai hasil kerja para penulis sehingga saya tak berniat mengoreksi karena memang lebih mudah untuk menikmati, maka fokus saya adalah hanya tentang apa-apa yang bisa dipelajari dari buku ini. Salah satunya adalah, bahwa setiap manusia membutuhkan manusia (termasuk Sue si monyet jantan dengan nama yang sangat betina) lainnya, siapa Forrest tanpa; mama, Bubba, Jenny, Sue, Dan, Curtis, Snake, Coach Feller, Mr. Tribble dan lainnya. Ingat apa yang Forrest lakukan untuk mereka pada akhirnya? Buku ini hebat! Pelajarannya luar biasa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar