Date a girl who reads

Date a girl who reads

Rabu, 08 April 2015

Komitmen itu Mungkin Seperti Membaca atau Mungkin Juga Seperti Menulis dan Kemudian Membaca



Untuk saat ini, menjalani sebuah komitmen itu menurut saya  seperti membaca fiksi yang sangat bagus.
            Anggaplah itu, Pride and Prejudice  atau The Known World.
            Iya saya membacanya, menikmati kata perkatanya.
            Namun, selalu ada jeda untuk membalik halamannya.
            Untuk menatap sekilas  ke kejauhan, untuk mengedipkan mata, untuk menyandarkan kepala.
            Mungkin saya akan berbicara dengan orang di sekitar, mungkin saya akan mendengarkan mereka yang perlu di dengarkan. Saya melipat halaman dan menutup bukunya sebentar.
            Saya kembali, membalik bab baru. Menandai bagian penting, bagian terbaik, bagian yang tak ingin terlupakan, saya ingin mengabadikannya, mungkin saya berjanji membaca ulangnya suatu hari nanti.
            Saya mungkin menyesap kopi, berjalan melanjutkan tujuan, atau malah jatuh tertidurbukan karena bosan tapi lebih karena membaca seperti bermimpi dengan mata terbuka dan saya hanya terlalu nyaman jadi melanjutkannya sambil memejamkan mata, bukankah kita menutup mata ketika ingin melihat hal yang begitu indah?

            Di suatu ketika saya membacanya lagi, memberinya marginalia. Berdebat dengan kepala bahwa cerita ini mungkin salah satu bagiannya juga pernah saya alami. Saya berpikir, membaca lagi dan membandingkan hingga tahu-tahu saya menutup bagian akhirnya.
            Saya mendapatkan perasaannya, perasaan yang buku itu berikan, tapi inilah perpisahan.
            Saya menilainya saya mungkin merensinya, saya ingin menguatkannya dalam ingatan. Tapi mengingatkan diri lagi, saya telah menutupnya.
            Setelahnya, iya saya kembali ke keadaan yang sebenarnya. Menyelesaikan bacaan lainnya yang tertunda, yang tak sempat saya kerjalan, membaca laporan, membaca esai anak-anak, membaca buku refrensi apa yang diajarkan besok, membaca tips-tips dari majalah, membuka lagi buku teori Sosiologi, saya masih berharap belajar ini lagi suatu hari nanti. Membaca artikel yang mereka bagikan di beranda, membaca apa yang ada di sekitar dan ya hingga apa yang buku itu berikan memudar dan siap memilih buku bagus lainnya.
            Dan setiap orang seperti buku yang bagus dengan kisah yang berbeda. Dan dalam setiap komitmen saya menghubungkan mereka yang bersama saya dengan buku apa yang tengah saya baca.

            Di sana pernah ada dia si cowok komik dan serial fear street, hey kita berjalan bersama untuk menemukan bacaan bagus.
            Pernah ada dia, si teenlit dan buku-buku pengembangan diri di saat hantaman masa remaja menyiksa.
            Pernah ada dia di deretan chicklit dan majalah perempuan yang menyuruh perempuan jadi diri sendiri dengan standar majalah mereka yang mahal dan tinggi.
            Pernah ada dia diantara Mapping Human History hingga Letter to Daniel, saat mulai ingin memetakan hidup.
            Dan pernah ada dia, saat tangan dengan tumpukan buku-buku yang harus dibaca sebelum mati, saat saya mulai membaca karya Murakami, Adiga, hingga Tolstoy. Saat episode hidup memaksa untuk berpikir lebih matang dan mulai menomor-duakan kesenangan.

            Pada akhirnya mungkin sebuah komitmen nantinya lebih mirip seperti buku catatan, dimana ada seseorang yang bersedia menulis dan kemudian membacanya secara bersama-sama dengan saya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar